The Perfect CEO - 14

1.7K 164 44
                                    

Sesampainya di rumah, Nick berjalan cepat ke atas rooftop rumahnya. Dia melihat Chloe sedang membaca buku, Olivia duduk di sampingnya sembari memainkan ponsel dan Jade menatap ke arah Nick.

"Ke mana saja Tuan Muda kita ini?" Kata Jade dengan cengiran lebar yang misterius. "Aku meninggalkan kalian selama dua jam, tapi Nick meninggalkan istrinya lebih dari lima jam." Dia menggeleng miris.

"Jangan katakan hal ini pada kakekku." Pinta Nick sembari melangkah mendekati Chloe yang tetap fokus membaca buku tanpa memperhatikan di sekelilingnya.

"Tergantung. Kalau kamu memberikan aku wine untuk minum aku tidak akan bilang pada Tuan Besar. Aku cukup handal menjaga rahasia, Tuan Muda."

"Olivia, ambilkan wine untuk Jade."

"Baik, Tuan." Olivia beringsut pergi mengambil botol wine.

"Bisakah aku minta privasi, Jade?"

Jade memiringkan kepala. "Tidak bisa." Kata Jade merasa punya kuasa lebih dari Nick.

Dahi Nick mengerut. "Aku sudah memberikanmu wine." Protesnya.

"Yang menggajiku Tuan Besar. Aku bekerja untuknya."

"Kamu memang sialan."

"Ya, begitulah aku ditakdirkan." Jawab Jade enteng. "Oke, aku tidak akan pergi dari sini, tapi aku akan duduk di sana." Jade menunjuk sudut rooftop. Dia beringsut ke arah sudut rooftop.

Nick menatap Chloe yang hanya memfokuskan matanya pada buku. Entah Chloe benar-benar membacanya atau tidak. Mata sembab Chloe membuat Nick merasa tak nyaman. Dia memang tidak menyukai Chloe, tapi air mata seorang wanita membuatnya tak tahan. Dan mata sembab Chloe adalah hasil dari terlalu banyak air mata yang keluar dari kedua mata indah Chloe itu.

"Kamu menangisi pria berengsek?" Nick duduk di sebelah Chloe.

Chloe tidak menanggapi bahkan untuk menatap Nick pun enggan.

"Kamu seharusnya tidak menjadi kekasih Andrew. Dia lelaki pengecut."

"Aku tidak ingin mendengar ucapan kotormu." Chloe berkata namun pandangannya masih tertuju pada buku.

"Saat tahu kalau kekasihnya dijodohkan denganku, sepupuku hanya pasrah. Apalagi sebutan untuk pria yang tidak melakukan apa-apa dan hanya pasrah saat kekasihnya akan menjadi istri pria lain."

"Lalu bagaimana denganmu?" Chloe menutup bukunya dan meletakkannya di atas meja dengan kasar. Chloe Menatap wajah Nick dengan mata sembabnya. "Kamu juga saat dijodohkan denganku, kamu hanya pasrah kan, Tuan Sampah."

"Itu jelas kasus yang berbeda antara aku dan Andrew. Kalau aku tidak menikah denganmu aku tidak akan menjadi pewaris tunggal bisnis kakekku."

"Artinya, kamu sama saja dengan Andrew." Chloe mendekatkan bibirnya pada wajah Nick. "Bahkan lebih buruk, Nick. Kamu tidak bisa mempertahankan kekasihmu. Kamu tidak bisa menyelamatkan hubunganmu dengan Garnetta."

"Berapa lama kamu menangisi Andrew?" Sebelah sudut bibir Nick tertarik ke atas.

"Dengan siapa kamu minum?" Bukannya menjawab Chloe malah balik bertanya pada Nick. "Wanita yang bisa dibayar atau yang memberikan tubuhnya dengan sukarela hanya dengan imbal balik sebuah ciuman panas darimu?"

"Apakah aku seburuk itu di matamu, Chloe?"

Chloe mengangguk kecil. "Aku tahu seberapa banyak wanita bodoh yang mau denganmu. Di mataku bahkan kamu lebih buruk dari apa yang pernah aku katakan."

"Jangan terlalu membenciku. Aku hanya memanfaatkan apa yang aku miliki. Mereka menyukai ketampanan dan kekayaanku, apa salahnya dengan memanfaatkan potensiku sebagai seorang pria." Nick mencoba memanas-manasi Chloe. Dia ingin tahu bagaimana respons Chloe ketika dia menceritakan tentang dirinya sendiri dalam hal negatif. Sebagai bukti bahwa dia sangat mudah mendapatkan wanita tanpa perlu bersusah payah.

"Apa kamu tidak berminat menghabiskan malam denganku?" Jari telunjuk Nick menyentuh sebelah pipi Chloe lembut.

Mata Chloe menyipit, tapi dia tidak mencoba untuk menepis jari Nick dari pipinya.

"Aku bisa membuatmu melupakan Andrew dengan tidur bersamaku." Jari Nick turun ke bibir Chloe.

"Apa mereka akan berciuman?" Tanya Olivia pada Jade yang kedatangannya tidak disadari Nick dan Chloe.

Olivia tidak hanya membawa botol wine, tapi juga kacang. Jade dan Olivia menikmati pemandangan dramatis Nick dan Chloe.

"Chloe bukan wanita sembarangan bukan? Dia tidak akan menyerahkan apa yang Nick inginkan begitu saja. Sepertinya, Chloe memiliki harga diri tinggi. Pantang baginya menjilat ludahnya sendiri." Kata Jade sembari memandang ke arah Chloe.

"Kamu ini peramal atau apa sampai bisa tahu tentang Nyonya begitu mudah hanya dengan melihatnya saja."

"Aku tahu banyak hal. Aku juga tahu kalau kamu diam-diam menyukaiku."

Olivia memelotot. Wajahnya memerah. "Aku tidak menyukaimu, bodoh!" Elak Olivia.

Jade tersenyum kecil. "Jangan begitu, kalau nanti aku jatuh cinta dengan yang lain kamu bakalan patah hati."

Bibir Olivia bergerak-gerak tak keruan.

Chloe hanya terdiam. Saat jari Nick mulai bergerak nakal di tengah bibirnya, Chloe menyingkirkan jari Nick. "Apa kamu mau melampiaskan amarahmu karena Garnetta padaku?"

Mereka saling menatap.

Hening.

"Aku rasa lebih baik kita masuk ke kamar sekarang, Jade dan Olivia menonton kita seperti menonton film dewasa."

Chloe menoleh ke arah Jade dan Olivia yang sedang menatap ke arahnya dengan dua gelas wine dan sepiring kacang.

"Aku akan tidur dengan Olivia." Chloe kembali menatap Nick. "Aku tidak akan pernah tidur denganmu. Aku tidak akan pernah mencintaimu dan aku tidak akan pernah melakukan apa pun yang kamu minta, Nick." Katanya tegas. "Jadi, berhentilah memintaku untuk menghabiskan malam denganmu. Kamu bisa menghabiskannya dengan Garnetta atau wanita lainnya."

"Kamu terlalu keras sebagai seorang wanita. Apa yang membuatmu tergila-gila pada Andrew?"

"Aku tidak mencintainya lagi."

"Oh ya? Tapi matamu mengatakan hal yang berkebalikan dengan mulutmu, Chloe."

"Lalu, bagaimana dengan dirimu, Nick? Bukankah kamu sangat tergila-gila pada Garnetta. Ibumu mengizinkan Garnetta menjadi simpananmu kan." Chloe tersenyum misterius. "Sayangnya, Garnetta memilih menjadi kekasih Andrew dan akan menjadi istri Andrew. Dia tidak ingin menjadi simpananmu."

Olivia menenggak wine. "Sepertinya Tuan dan Nyonya sedang adu otot." Olivia menatap serius Tuan dan Nyonyanya.

Jade melirik heran pada Olivia. "Adu mulut, Liv. Bukan adu otot."

Olivia menoleh dengan menatap tersinggung Jade. Dia merasa benar dengan perkataannya. "Apa bedanya adu otot dan adu mulut."

"Astaga, kamu jadi bodoh bukan karena menyukaiku bukan?"

***

Nick sama Chloe makin panas aja nih.

The Perfect CEO (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang