Andrew menggandeng tangan Garnetta. Mereka saling bertatapan dan tersenyum. Adegan itu mau tak mau mengiris hati Chloe. Nick tentu saja terluka mengingat Garnetta adalah wanita yang dicintainya.
"Apa-apaan ini?!"
"Hai." Sapa Andrew. "Kami datang ke sini untuk memberikan selamat pada pasangan pengantin baru." Andrew tersenyum. "Boleh kami masuk ke rumah, Nick?"
***
Chloe masih tertegun. Apa yang dilakukan Andrew saat ini? Datang menemuinya dengan membawa dan menggenggam tangan Garnetta. Bisa-bisanya pria yang paling dipercaya dan dicintainya melakukan hal yang menyakitkan padanya. Apa karena adegan ciumannya dengan Nick? Atau karena perasaan Andrew sudah hilang padanya?
Nick memutar kepalanya seolah sedang melepaskan sesuatu yang berat dari kepalanya tanpa diketahui siapa pun.
Andrew dan Chloe saling menatap meskipun tangannya menggenggam tangan Garnetta.
"Kami tidak menerima tamu." Nick menatap sinis Andrew kemudian tatapannya beralih ke mata Garnetta.
"Sayang sekali, pengantin baru ini tidak menerima kita sebagai tamu, Sayang."
Kata 'sayang' yang meluncur membuat dada Chloe memanas. Andrew masih kekasihnya bukan, terlepas dari apa yang dia lakukan pada Andrew. Dia terpaksa menikahi Nick. Pernikahan ini bukan kemauannya.
Chloe tidak bisa berkata-kata. Dia mengunci bibirnya dan membiarkan Andrew bersikap seolah mereka tak pernah memiliki hubungan apa pun. Chloe terbiasa dengan luka. Dia terbiasa berdampingan dengan luka dan menyembuhkannya sendiri tanpa bantuan siapa pun.
Nick menatap Chloe untuk melihat ekspresi istrinya. Mata Chloe memerah. Nick tahu Chloe akan menangis. Untungnya, Chloe bergegas pergi meninggalkan Nick, Andrew dan Garnetta. Chloe memilih lenyap dari pandangan semua orang yang ada di sana.
Mata Nick tertuju pada punggung Chloe hingga punggung itu lenyap dari balik pintu rumah yang ditutup Chloe dengan keras seakan tak mengizinkan siapa pun masuk ke dalam sana.
Nick salah menilai Andrew. Dia mengira Andrew akan menerima dan pasrah dengan apa yang Nick lakukan pada Chloe, tapi... Andrew membalasnya dengan mengejutkan. Membawa Garnetta ke rumah yang di tempati Nick dan Chloe. Andrew jelas ingin membalas dendam pada Nick. Targetnya, bukan hanya Nick tapi Chloe juga.
"Kamu senang melihatnya seperti itu?" Tanya Nick dengan mata menyipit sinis.
Andrew hanya menatap Nick tanpa berniat menjawab pertanyaan Nick.
"Aku senang kamu mulai berani padaku dengan membawa Garnetta di hadapanku." Nick melirik Garnetta.
"Terserah apa yang kamu katakan, Nick. Aku hanya ingin memberitahu kalau aku dan Garnetta sudah merencanakan pernikahan kami."
Nick menggeleng miris sembari menatap dingin Garnetta. "Kamu yakin akan menikahi Andrew?"
"Apa aku terlihat ragu?" Katanya menantang.
"Oke." Nick ingin menemui Chloe. Memastikan kalau dia baik-baik saja. Entah apa yang ada dipikiranya, dengan kebencian yang dimilikinya pada sikap Chloe dan kepribadian Chloe, Nick masih sempat memikirkannya dan ingin memastikan Chloe baik-baik saja. Namun, pada akhirnya dia memilih membiarkan Chloe sendiri. Mungkin dia sedang menangis. Meratapi sikap kekasihnya.
"Mulai sekarang, Chloe istriku sekaligus wanita yang aku cintai. Hubungan di luar kami sudah selesai. Artinya, aku dan Garnetta tidak memiliki hubungan apa pun begitu pun dengan kamu dan Chloe."
"Nick..." Garnetta menatap Nick, berharap pria itu hanya berpura-pura.
***
Saat pukul sembilan malam, Nick yang sedang menghabiskan waktu bersama temannya, Noah dan Steven di sebuah bar. Mereka duduk di meja VVIP. Noah dan Steven sempat heran dengan Nick yang malah mengajak mereka untuk minum-minum. Bukankah seharusnya Nick saat ini sedang menghabiskan waktu bersama istrinya.
Fisik Noah mirip dengan seorang penyanyi pria terkenal yang baru saja putus dengan kekasih wanitanya. Noah memiliki rambut agak bergelombang, tubuh tinggi dan agak kurus. Noah juga pandai bermain gitar. Steven lebih mirip pemain film mandarin. Dia keturunan Asia Timur dengan mata sipit yang menawan. Steven menyukai karya seni. Dia terobsesi dengan barang-barang antik.
"Bukannya menghabiskan waktu dengan istrinya, dia malah menghabiskan waktu dengan kita." Celoteh Noah pada Steven.
"Aku tentu saja akan menghabiskan waktu dengan istriku nanti malam. Hanya saja, aku butuh kalian."
"Kenapa wajahmu malah terlihat sedih sih? Harusnya bahagia. Ngomong-ngomong, Chloe cantik sekali. Aku mengaguminya, Nick." Ujar Steven.
"Jangan membangunkan singa yang sedang tidur." Noah cekikikan.
"Kamu tidak boleh mengagumi istriku. Hanya aku yang boleh mengaguminya." Nick menatap Steven penuh ancaman.
"Oh ya? Bagaimana kalau aku mengagumi Garnetta."
Noah terbahak mendengar ucapan Steven. "Kamu memang sialan, Steven."
"Aku hanya bercanda. Aku tidak berani berurusan dengan Nick. Banyak wanita di bumi ini."
Nick mengirimi pesan pada Olivia.
Di mana Chloe? Sedang apa dia?
Nyonya sedang duduk di rooftop, Tuan. Aku sedang menemaninya.
Dia baik-baik saja?"
Ya. Hanya saja matanya sembab. Dia mengurung diri di kamar dari siang.
Terus temani dia, aku akan pulang ke rumah.
Baik, Tuan. Oh ya, Jade sedang bersama kami. Dia terus mengawasi Nyonya.
Awasi Jade.
Baik, Tuan.
"Aku harus pulang sekarang." Membaca pesan dari Olivia mengenai Jade yang mengawasi Chloe membuat Nick waswas. Dia merasa takut. Entah apa yang ditakutinya dari Jade. Dia hanya merasa Jade memiliki tatapan ganjil dan aneh saat Nick mendapatinya sedang menatap Chloe. Apa ini hanya pikirannya saja?
"Astaga, kita baru beberapa jam di sini. Biasanya kita menghabiskan waktu nyaris seharian." Keluh Noah.
"Jangan begitu, Nick sekarang sudah menjadi suami orang. Dia punya batasan waktu." Steven berkata bijak.
Tanpa mengatakan apa-apa lagi, Nick bergegas pergi dari bar. Pikirannya hanya tertuju pada satu titik fokus. Chloe.
***
Masih pada setia nunggu kelanjutan cerita The Perfect CEO?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect CEO (21+)
Romance*** Di saat semua wanita memuja Nicholas Dean Willis hanya Chloe yang berani menyebutnya 'sampah'dan itu membuat Nick tertantang untuk membuat Chloe bertekuk lutut padanya. mampukah Nick membuat Chloe bertekuk lutut ataukah yang terjadi malah sebal...