Bab 26: Kastil Harapan

21 0 0
                                    

Lantai permata beraneka warna. Lampu kristal berkilau. Sofa empuk untuk mengistirahatkan punggung. Semua itu tiada berpengaruh apa-apa baginya. Karena ada yang lebih penting dan berharga daripada semua kemewahan yang bisa didapatkan.

Emosi sudah menyelimuti sorot di mata. Kedua tangan itu mengepal. Sedangkan giginya menggeletuk. Dari dada tampak naik turun, seperti jantung yang dipompa cepat. Tetapi sekujur tubuhnya mencoba untuk tetap tegap sebagaimana saat ini.

Memori selama beberapa hari belakangan menghantui. Kejadiannya berlangsung terlalu cepat. Membuat dirinya tak sanggup berpikir jernih. Bercampur aduk satu sama lain. Hingga suara pintu terbuka tidak dihiraukan. Padahal sangat keras.

"Tuan Muda!"

Makhluk bersegmen tiba. Mendekati Viktor yang masih diam menatap kelengangan di luar jendela.

"Tuan Muda! Yang Mulia meminta semua orang untuk berkumpul di serambi utama."

Mukanya kusut ketika ia berbalik.

"Sekarang?"

"Sekarang juga."

Ia benar-benar muak dengan makhluk yang mengaku raja tersebut. Mungkin sudah kesekian kalinya sikap itu mengemuka. Tetapi Viktor tetap bertahan pendiriannya. Untuk tujuan yang tak pernah bisa dimengerti siapa pun.

Familiar tadi membawanya menuju tempat lain. Di sana bukan hanya ada Sang Raja, melainkan juga makhluk lain yang mirip. Tetapi segmen di situ lebih lonjong. Bukan bulat atau segi banyak. Juga ada yang membedakannya dari Joker meskipun tinggi mereka sama, yaitu keberadaan segmen yang membentuk topi miter. Status makhluk itu cukup penting.

Viktor tiba dan langsung disambut. Ia dipersilakan untuk maju lebih dekat. Pada singgasana berbalut permata, sosok tinggi memandang sinis pada sekelilingnya. Terutama pada para penjaga yang sudah memenuhi ruangan.

"Hur! Kematian Joker adalah pukulan telak bagi kita semua! Sekarang ramalan di sana tidak bisa menjadi kenyataan!" Ia berdiri lalu mengibas tongkat ke lukisan kaca di belakangnya.

"Bukankah ini keinginanmu?" Viktor segera membuka mulut.

Sekarang Sang Raja berbalik, geram mendengarnya. "Dia hanya badut yang selalu bermain-main, mengacaukan setiap rencana kita! Bahkan membiarkan calon mempelaiku melarikan diri!"

Seketika semua familiar prajurit merinding hebat. Tak bisa dipungkiri majikan di mana mereka mengabdi sudah terlanjur kecewa. Pekerjaan yang tak becus pasti akan dibayar dengan mahal. Seperti saat ini, salah satu dari kelompok mereka tiba-tiba ditunjuk oleh raja.

Yang lain mundur ke tepi ruangan. Hanya menyisakan kelompok tersebut, berdiri dalam lingkarannya sendiri. Ini pertanda buruk. Karena beberapa saat setelahnya, datang gerombolan familiar. Menerobos masuk ke pintu besar hingga jebol. Dengan insting kuat mencabik-cabik tubuh bersegmen di dalam lingkaran.

Hari itu hanya ada teriakan di dalam sana. Selebihnya hening karena tidak ada yang tersisa lagi. Mungkin cuma sedikit pecahan kecil yang terlewat dari gigi-gigi bergerigi.

Seorang familiar yang bertopi di dekat altar mendekat. Masih syok, membungkukkan badan di depan sana. Mencari anggota tubuh yang mungkin bisa dipungut. Selanjutnya mulut itu komat-kamit. Doa dalam bahasa asing dipanjatkan pada mereka.

Ada seorang tiran di hadapan penghuni dunia tersebut. Semua orang kini menyadari betapa pentingnya nubuat yang terlukis pada empat kaca besar. Setelah sebelumnya hanya patuh buta, tak bisa melihat kewajiban lain.

"Hur! Kekuatan kendali telah diwariskan padaku. Lihatlah baik-baik semua, akibat nyata dari kegagalan!" Tongkatnya menunjuk pada bekas tersebut. "Sekarang aku perintahkan kalian untuk membereskan kesalahan mereka! Bawa gadis itu kemari hidup-hidup!"

Tales of the Endearing DollsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang