Hujan deras di malam itu semakin menyuramkan suasana kota. Orang-orang sudah lama berlalu, pergi ke rumah masing-masing. Sisanya masih terjebak di bawah atap bangunan lain. Termasuk keempat bocah yang tetap membisu pada sebuah halte dekat pusat kota.
Tatapan kosong menghiasi wajah-wajah suram itu. Apa yang barusan mereka alami bukanlah kejadian yang mengenakkan. Sungguh tiada seorang pun yang setuju jika itu menyenangkan. Alhasil hanya bisa diam dan menunggu hingga seseorang bicara di antara mereka.
Bahkan Evren sendiri benar-benar kehabisan kata untuk mengungkapkannya. Tetapi tak berlangsung lama. Karena selang beberapa menit ia memecah suasana. Sambil menengadah ke samping kiri, dengan sendu ditatapnya Ilya.
"Hei Ilya, apa yang harus kulakukan sekarang? ..." Perlahan isak tangis terdengar. "Aku harus bilang apa pada abdi dalem yang setia menunggunya pulang?"
Lantas ia menggoyang-goyangkan bahu temannya. Pasti berharap bahwa bocal asal Rusia itu punya solusi yang setidaknya bisa menenangkan hati kecil di sana. Namun Ilya kelihatannya juga tak dapat berbuat banyak. Justru ia palingkan sedikit wajah sambil menahan tetesan dari bola mata yang siap meleleh.
Selanjutnya ganti balas menepuk ringan bahu Evren.
"Aria tidak mati sia-sia! Dia mati terhormat demi melindungi kota ini ... dan semua yang berharga baginya!" seru bocah, sama-sama sudah berlinang air mata.
Fionn yang melihat sikap dua temannya itu ikut berderai air mata. "Aria ... padahal kita baru saling mengenal ...."
Sedangkan Viktor sendiri tetap diam sambil membelakangi mereka. Ia masih diam saja sejak awal, bahkan setelah puluhan menit berlalunya kejadian itu. Namun tergaris kemarahan dari bola matanya. Juga kesedihan dari bibir mungil itu. Padahal beberapa jam sebelumnya ia tak peduli sama sekali pada Aria.
Tiada yang mengerti bagaimana perubahan bisa terjadi begitu cepat. Apa yang pernah ada kini menghilang. Sedangkan apa yang pernah menghilang kini terlupakan.
Termasuk di Reksakarta. Sebuah kota yang dinamis. Dalam hitungan menit bahkan detik sekalipun selalu ada yang namanya permulaan dan pengakhiran. Itulah roda kehidupan. Semua berjalan terus menerus tanpa henti. Tak perlu menjadi filsuf untuk memahaminya karena setiap orang pun bisa. Tetapi, kali ini masing-masing dari mereka juga tidak tahu apakah ini pengakhiran atau belum.
Jalan setapak masih tergenang air di saat anak-anak itu memutuskan untuk pergi usai Evren melawan derasnya hujan. Tergores kebencian di mata bocah berambut merah tua itu. Namun yang lain tidak bisa berbuat banyak. Rey dan Melissa sendiri sedang menghubungi kepolisian untuk melaporkan kejadian tadi sore. Berbekal rekaman dari handycam Fionn, mereka berusaha semaksimal mungkin.
Itu tentunya butuh waktu yang tidak sebentar karena laporannya tidak akan diproses semudah yang mereka bayangkan. Kepolisian butuh keterangan tambahan terkait hal di luar nalar mengenai 'dunia lain' bentukan Dream Eater. Peluangnya tidak begitu besar. Malah bisa jadi Rey dan Melissa dianggap membual karena menyerahkan video yang berisi 'potongan film fantasi'. Itu tidaklah beralasan.
Hari yang benar-benar suram. Segalanya berubah total. Termasuk waktu tidur mereka di tengah hujan bersambung riuhnya petir. Hingga pagi hari berikutnya kesedihan belum hilang sedikit pun.
Meskipun demikian, mereka berusaha untuk tetap tegar. Termasuk pada Evren yang sedari kemarin hanya bisa menangisi kepergian sahabatnya. Hari itu, di siang yang masih kelabu, ia pergi ke suatu tempat usai dihubungi oleh sekelompok orang.
Bukan sembarang tempat. Lokasinya ada di kompleks pergudangan di selatan, pada Kelurahan Nawopuncer yang sunyi. Di sana terdapat sebuah bangunan besar berlantai dua, mirip seperti gedung serbaguna yang biasa digunakan untuk acara akbar. Begitu mendekat beberapa orang penjaga bertubuh besar datang untuk mencegat. Kemudian saat diketahui bahwa yang datang adalah Evren, mereka langsung menjauh dan membiarkan anak itu lewat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tales of the Endearing Dolls
غموض / إثارةPada hari kelabu di bulan Agustus, Viktor menerima surel dari seorang kenalan sebayanya di dunia maya. Bocah asal Jerman itu diajak untuk saling sapa secara langsung dengan Ilya, setelah sekian lama hanya bersua lewat gim daring populer 'Eternal Sou...