Ternyata prediksi Evren benar adanya. Hanya butuh lima detik untuk mendesak Rey. Kemudian tiga detik berikutnya, mengalahkan pemuda itu. Total delapan detik yang dihabiskan dalam pertarungan.
"Dia memenangkan duel!" Sang Pendeta kegirangan sendiri.
Sementara Raja hanya mengangguk setuju. "Cukup seru!"
Kini Ilya dan Evren mesti memutar otak. Mereka tak mungkin bisa menyerang balik begitu saja. Tidak di aula asing yang entah lewat mana jalan keluarnya. Selain itu, Viktor terus membayang-bayangi.
Terutama saat detik-detik terakhir. Jarinya tak bisa lepas dari logam melengkung di sisi bedil. Meskipun semua orang sudah mengetahui siapakah pemenangnya. Seakan enggan untuk berlanjut dalam kesepakatan mereka.
"Ronde ketiga telah berakhir."
Pemuda itu tak berkutik. Setiap waktu yang berlalu jadi terasa lambat. Berulang kali juga ia menelan ludah. Berharap Viktor hanya sekadar menggertak.
"Viktor!"
Evren berteriak. Sungguh ini tidak sesuai harapan. Mereka tak menyangka realisasi dari kesepakatan itu bisa secepat ini. Diberi waktu untuk negosiasi lanjutan pun tidak.
"Aku menawarkan perundingan kedua!" Evren kembali berseru, sambil berharap bocah berambut perak di sana mau berubah pikiran.
Selanjutnya Viktor menoleh. Tatapan tajam itu tak berubah sedikit pun. Seperti halnya posisi jari.
"Pihak yang pertama kali meraih dua angka adalah pemenangnya. Sedangkan pihak yang kalah akan dieksekusi. Sudah jelas?"
"Stop–"
Keduanya makin panik. Sementara Rey sudah dibanjiri keringat. Sebentar lagi adalah akhir dari nasib pemuda malang itu.
Memang ketiganya sudah mengambil keputusan fatal. Mau melawan pun sudah tak mungkin lagi ketika nyawa salah satunya sudah berada di ujung tanduk. Waktu jadi seakan berhenti.
"Aku akan mengakhirinya mulai sekarang."
Ucapan Viktor mengagetkan semua orang. Seketika ia berbalik bersamaan dengan letusan peluru. Dengan kecepatan tinggi menembus segmen lonjong tepat di dada Pendeta.
Kraau!
Makhluk itu hampir jatuh karena energi yang cukup kuat. Namun belum mampu untuk membunuhnya. Tidak semudah itu juga.
Atas kejadian itu publik ganti melirik pada arena. Setiap pandangan tak bisa lepas dari bocah yang matanya memancar sinar merah. Penuh intimidasi. Begitu kental dengan aura gelap berisi dendam. Dari situ juga, mereka diancam oleh kekuatan mengerikan yang mungkin akan bangkit.
"APA MAKSUDNYA INI?!"
Raja marah besar. Tentu siapa yang tidak kecewa berat saat tahu tangan kanannya ternyata berkhianat. Bahkan tepat di depan mata sendiri.
"Memenuhi nubuat yang terlukis pada kaca di atas," jawab Viktor dengan begitu santai.
Baik Rey, Ilya, dan Evren juga tak kalah tercengang. Apakah mungkin Viktor balik mengkhianati mereka? Ataukah justru ia selama ini hanya berpura-pura saja?
Jawabannya akan ditemukan sebentar lagi.
"Kau penipu, manusia! Kau bukanlah nabi!" Pendeta bangkit sambil kepayahan, mungkin terasa amat sakit di dada.
"Aku adalah nabi kalian. Aku bisa mempercepat kedatangan hari akhir. Siapa saja yang menentangku akan binasa."
Raja tiba-tiba melompat dari singgasana. Tongkat berujung segi delapan dari kristal seketika tertuju pada Viktor. Sudah jelas amarahnya tak dapat dibendung lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tales of the Endearing Dolls
Misteri / ThrillerPada hari kelabu di bulan Agustus, Viktor menerima surel dari seorang kenalan sebayanya di dunia maya. Bocah asal Jerman itu diajak untuk saling sapa secara langsung dengan Ilya, setelah sekian lama hanya bersua lewat gim daring populer 'Eternal Sou...