Bab 16: Tunggu Saja Aku!

42 1 0
                                    

Gemerlap cahaya kota berpadu dengan sinar-sinar itu. Menjulang tinggi namun cukup redup. Orang yang melihatnya akan menganggap itu sebagai lampu sorot biasanya, hanya saja dengan warna biru keunguan. Jikalau warnanya lebih terang pun tidak akan banyak berubah. Tidak ada yang peduli dan lebih memilih untuk larut dalam sibuknya pekerjaan atau terlelap dalam mimpi.

Jika saja penduduk kota tahu alasan sinar tersebut ada, mungkin mereka akan berubah pikiran. Bisa jadi seluruh kota akan menerapkan status darurat dan memanggil militer untuk bertindak. Apalagi jika wujud penyihir yang sekarang menampakkan diri secara langsung di langit. Sayapnya yang besar serta tubuh berzirah itu akan menambah kengerian. Seakan-akan hari penghakiman telah tiba.

Bagi Viktor semua itu tidak ada gunanya. Yang terpenting adalah, membunuh si Penyihir dan balas dendam atas kematian Aria. Hanya itu yang membuat Viktor peduli. Sisanya adalah opsional.

Sementara itu satu dua sinar vertikal tiba-tiba bersinar lebih cemerlang. Viktor segera mempercepat langkahnya hingga tanpa sadar gerombolan familiar terlihat terbang di atas anak itu. Segera ia bersembunyi di balik dua tong berkarat, menunggu mereka pergi.

Dari tempat itu pemandangannya lebih jelas. Singularitas hitam dan cahaya bundar telah menatap. Beberapa kali berpendar lebih terang dari biasanya. Sepertinya ada peristiwa lain yang bakal terjadi.

Dari langit muncul sekelebat benda yang terbang. Familiar yang tadi rupanya. Punya wujud seperti buku dengan lembaran yang membagi antara dua sisinya. Sudah tak asing bagi Viktor karena ia telah berurusan dengan mereka sejak kemarin.

Jika dicermati ada beberapa hal yang cukup membingungkan dari keberadaan makhluk-makhluk buatan penyihir itu. Bentuknya tak aerodinamis namun mereka bisa terbang secara vertikal maupun horizontal. Bahkan juga bisa bermanuver ekstrim seperti menukik tiba-tiba atau membentuk putaran. Hukum fisika benar-benar telah dibelokkan.

Kemudian menukik tajam ke atas kepala Viktor. Tak butuh waktu lama untuk membelah lembaran itu. Rontok begitu mata pedang terayun. Satu lagi yang datang dari belakang langsung ditusuk saat ia berputar.

Makhluk lainnya ikut mendekat tatkala keberadaannya semakin terekspos. Di antaranya adalah familiar berbentuk pulpen maupun pensil. Sekonyong-konyong mereka melompat ke anak itu untuk menusuknya. Meskipun pada akhirnya tak bisa menjadi lawan sepadan bagi Viktor.

Ia lanjut melepas tembakan usai menghindar sambil melompat beberapa meter ke belakang. Dalam jangka waktu beberapa menit saja semua alat tulis kantor di situ berhasil dimusnahkan.

Pedang lurus dan pistol lantas disarungkan. Sekarang ada kesempatan untuk mendekat. Bersamaan dengan derap kakinya, sinar terdekat tiba-tiba semakin berpendar. Viktor lantas menghentikan langkah karena jaraknya sudah tak kurang dari lima belas meter.

Beruntung di sampingnya terdapat gundukan tanah. Maka ia pun menunduk dari sana sembari mengawasi portal. Posisinya cukup strategis karena bisa dengan mudah melihat ke banyak arah sekaligus.

Hanya ada satu kekurangan. Viktor bisa ditemukan dengan mudah oleh familiar yang beterbangan. Namun saat makhluk-makhluk itu kembali muncul, ia diabaikan.

Mereka hanya lewat begitu saja tanpa peduli. Bisa jadi karena tempat itu gelap atau karena daya inteligensia mereka yang rendah hingga tak dapat mengenali musuh.

Setelah beberapa saat anak itu menyadari ada keanehan. Frekuensi sinarnya bisa berubah-ubah secara drastis layaknya sedang menekan panel kontrol suatu instrumen. Belum pernah ia melihat portal yang seperti itu. Mungkin tidak dalam waktu singkat.

Dan pada akhirnya semuanya terbayar. Perlahan portal di sana membesar. Diameter lingkaran foton yang sekarang kira-kira sudah dua belas meter lebih dan terus membesar. Beberapa detik kemudian barulah berhenti membesar tatkala pemandangan aneh samar-samar terlihat dari dalam portal.

Tales of the Endearing DollsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang