[Tiga] Sahur Bersama Taya

2.5K 245 12
                                    

Sejak tadi Taya susah dibangunkan, padahal ia yang paling semangat untuk sahur pertama kali. Sejak sore, bocah gembul itu begitu cerewet mengingatkan semua orang agar membangunkannya sahur.

"Ini diangkat saja ke meja makan?"

Byakta sanksi dengan ide istrinya itu, namun putra gembulnya itu tidak ada tanda-tanda untuk bangun dan terganggu sama sekali.

"Iya, nanti dia juga bangun kalau di dudukin. Tadi malam minta dibangunin, jadi bangunin aja."

Byakta mengikuti saja saran istrinya itu, sejujurnya ia tak tega mengangkut putra gembulnya yang terlihat tidur nyenyak itu untuk sahur.

"Lah bocilnya masih tidur Mas?"

Balqis kagum dengan keponakannya itu, sudah diangkut-angkut begitu masih saja terlihat lelap dan tak merasa terganggu sama sekali.

"Abang, bangun Nak. Katanya mau ikut sahur, ini sudah mau sahur." Byakta masih berusaha membangunkan putranya itu.

"Tidurnya malam yah tadi Taya?"

"Jam 9 lewat sih. Tapi biasanya gampang bangun, lah ini sudah diangkut begini masih pules dia."

"Tayoooo..."

Balqis mencolek gemas pipi keponakannya itu. Uhh rasanya mau gigit saja biar dia bangun, tapi Balqis juga tahu resikonya kalau gigit pipi bulat itu. Jadi mending pilih hari damai saja. Masih terlalu dini untuk membuat keributan.

Takut di satroni pak RT karena mengira menyiksa bocah.

"Abang..." panggil neneknya lembut, beda sekali dengan tantenya.

"Abang, bangun yukk. Sahur..."

Usaha tidak menghianati hasil, buktinya bocah gembul itu mulai menunjukkan tanda-tanda kehidupan.

"Mama...." Panggilnya parau, antara sadar dan tak sadar. Matanya masih menutup sempurna, menghalau silau lampu yang tiba-tiba terang.

"Bangun yuk, sudah mau sahur loh. Ini ditunggu sama Kasan, Necan, Aunty sama Ayah juga loh. Tunggu Abang, sahur yah." Bujuk Baheera sayang, ia mengambil alih putranya.

"Taya mau cuci muka dulu nih Kasan, Necan, Aunty, Ayah, nanti Taya menyusul sahurnya sama Mama."

Baheera mengangkat bocah gembul itu dari kursi makan, sengaja mengajak Taya untuk cuci muka, agar lebih segar dan tidak mengantuk lagi.

Mungkin orang lain di luaran sana memiliki banyak pendapat mengenai ini, namun sedini mungkin Byakta dan Baheera sepakat untuk mengenalkan agama mereka kepada putranya gembulnya ini sedari dini. Walaupun Taya belumlah ada kewajiban untuk menunaikan puasa, tetapi tidak ada salahnya untuk mulai membiasakan Taya merasakan suasana ramadhan.

"Mama sahul ndak?"

"Ini kita mau sahur, Abang cuci muka dulu biar segar. Nanti sahur sama-sama. Itu ditunggu sama semuanya."

Bocah gembul itu menurut, tanpa drama.

Begitu sampai meja makan, bocah gembul itu sudah terlihat segar dan disambut meriah oleh keluarganya. "Wah Abang hebat yah bangun sahur." Puji tantenya bangga.

"Taya mau sahul."

"Abang mau apa Nak?" tawar neneknya semangat.

"Maam apa? Mau telul.."

Lah bocah ini minta menu yang tak ada di meja makan.

"Nggak ada telur, ada sup daging, Yummi loh, benar kan Aunty?" Bujuk Baheera.

"Wah semua makan sup daging loh. Yummi, Kasan sama Necan saja punya tuh mangkok sendiri, ada sayurnya loh sama dagingnya. Ayah Taya juga tuh, lihat deh."

"Ndak telul Mama? Anteu, Kasan ndak maam telul?"

Taya melirik minat mangkok kakek neneknya, memastikan apa yang tantenya ucapkan itu benar adanya.

"Kasan makan sup daging, yummi. Taya mau coba?"

Kakenya menawarkan miliknya agar bocah gembul itu tertarik mencoba.

"Sup Mama, Ayah?"

"Ayah juga ini makan sup loh. Yummi, pakai kerupuk ini. Wah favorit Abang nih."

Untung ada kerupuk putih yang sengaja di beli untuk teman sahur kali ini. Walaupun yang makan hanya Balqis dan Byakta saja, dan tentu saja Taya juga.

"Mau kelupuk, maam sahul kelupuk kan?"

"Sama nasi yah sedikit. Nasinya makan sama kerupuk."

Byakta memberikan kerupuk begitu Baheera menyodorkan nasi dan juga sayur sup dalam mangkok yang terpisah. Kerjasama yang luar biasa.

Alhamdulillah sahur pertama tanpa drama.

Ramadhan with NatayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang