[Dua Puluh Tiga] Zakat Bersama Taya

1.3K 207 5
                                    

Kegiatan kemarin berjalan dengan lancar. Alhamdulillah Taya mengikuti kegiatan dengan damai, namun tidak sedamai kelancaran acara itu. Taya merengek ingin meminta bingkisan yang akan dibagikan, sedangkan jumlah bingkisannga sudah sesuai.

Baheera harus turun tangan, membujuk putra gambulnya itu. Tentu disertai tangisan, rajukan dan juga kesedihan Taya.

Namum hari ini bocah gembul itu sudah lupa akan insiden kemarin. Sekarang dia tampak bahahia saja bermain bersama ayahnya.

"Abang ayo siap-siap. Kita mau pergi ke Masjid, mau bayar zakat kita."

Byakta mengajak putranya untuk bersiap.

"Zakat apa?"

"Umm zakat itu kita harus mengeluarkan sebagian harta yang diwajibkan Allah SWT untuk diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya dan harus sesuai peraturannya Bang."

Byakta berusaha menjelaskan sebisa dia, yang kira-kita mudah dipahami oleh Taya.

"Halta siapa Ayah? Apa halta?" Taya kebingungan ketika mendengar kata baru yang tak familiar.

"Harta itu apa yang kita miliki yah dan bernilai ekonimis. Umm kalau zakat Fitrah itu dari beras yang biasa kita makan."

Berhadapan dengan Taya terkadang membuat Byakta dan Baheera merasa kurang. Pertanyaan Taya membuat mereka berpikir lebih.

"Kenapa kasih olah belas? Kemalin lama sudah kan? Kemalin juga sudah, ndak belas. Ada hadiah itu?"

Taya masih ingat kok, sebelumnya mereka bagi beras, mie, tepung, banyak deh sama orang. Lalu kemarin berbagi bingkisan di panti asuhan.

Wah ini ayahnya mau bagi beras lagi.

"Kemarin itu berbagi dan beramal, itu nggak wajib loh. Kalau kita punya lebih boleh sharing, nah kalau zakat itu wajib nak bagi setiap muslim. Nah Taya itu muslim atau bukan?"

Taya tak akan mau rapi-rapi sebelum rasa ingin tahunya tuntas. Byakta dan Baheera bisa menghabiskan waktu lama, terkadang penjelasan itu juga sambil jalan.

"Muslim apa?"

"Agama Taya itu apa nak. Sambil siap-siap yuk."

Pokoknya harus banyak sabar.

"Islam Ayah, Taya tahu kok. Ummi bilang Islam, Mama juga. Sholat sama Allah kan, nanti Allah sayang banyak banyak."

Taya tak paham apa itu muslim atau islam. Tapi Taya suka mengaji kok.

"Nah dengan Zakat nanti Allah sayang Abang banyak banyak."

Byakta mulai menggiring putranya ke arah kamar. Mengajak bocah gembul itu mengganti pakaian dengan lebih rapi dan sopan.

Masih pagi saja Taya sudah berkeringat, padahal sudah mandi sama mamanya tadi.

"Nanti kasih olang belas? Allah sayang banyak banyak? Olang ndak kasih Taya, Allah sayang ndak?"

Aduh bagaimana nih menjelaskan konsep Allah menyayangi semua hambanya yang beriman dan beramal sholeh.

"Allah sayang loh sama Abang, bukan berarti Allah nggak sayang kalau nggak ada yang kasih Abang."

"Tapi nanti belas habis, Taya ndak bisa maam. Olang ndak kasih Taya Ayah." protesnya kemudian.

"Abang tuh kan mampu, bisa beli Dino, bisa jajan ke minimarket, bisa jalan jalan liburan, bisa beli kue juga. Nah yang berhak mendapatkan zakat itu ada syaratnya, ada delapan golongan.

Ada Fakir, Miskin, Amil, Mualaf, Budak yang dimerdekakan, Gharim, Fi Sabilillah dan Ibnu Sabil. Nah Abang itu nggak ada dalam ketegori ini. Oke?"

Byakta tak yakin putranya paham.

"Kenapa?"

Lah kenapa apanya?

"Kenapa apa Bang?"

Kegiatan mengganti pakian ini jadi lama dari biasanya.

"Kenapa ndak kasih Taya Ayah. Banyak delapan, semua tangan kan?" Taya menghitung angka delapan dengan tangan mungilnya.

"Allah kasih rezeki yang banyak sama Abang, karena banyak kita harus berbagi. Biar yang nggak punya juga bisa merasakan seperti Taya."

Byakta yakin pertanyaan ini tak akan berhenti. Pasti nanti bocah gembul itu akan menanyakan ini itu lagi.

Ramadhan with NatayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang