[Satu] Persiapan Taraweh bersama Taya

4.7K 302 20
                                    

"Abang besok puasa yah..."

Taya hanya mengangguk angin lalu tantenya. Dasar bocah, kalau sudah asyik dengan mainannya mana peduli dengan dunia lain.

"Nanti pergi tarawih Bang." Ingat Balqis lagi.

Balqis belum tahu saja mengajak Taya pergi tarawih itu pasti penuh dengan cerita.

"Necan, pelgi talawih ndak?" teriaknya memanggil neneknya.

Taya lari meninggalkan tantenya yang mengajaknya berbicara sedari tadi. Bocah gembul itu sok jual mahal sekali. Padahal kalau tantenya tidak ada juga dicari.

Neneknya menghampiri Taya, bertanya dengan antusias, "Abang mau tarawih?"

"Anteu ajak sana, pelgi talawih. Puasa kan?" tanyanya memastikan.

"Iya besok kita puasa, nanti malam sudah boleh pergi tarawih yah. Abang ikut yah, sama Ayah sama Kasan nanti."

"Anteu talawih masjid sana?" tanyanya lagi menghampiri tantenya yang masih duduk di sofa ruang keluarga.

"Iya, kan tadi Aunty ajak Abang."

Balqis gemas sekali dengan keponakan gembulnya itu.

"Taya mau Mama..."

"Kenapa?" heran Balqis, bocah ini ada-ada saja pintanya. Padahal mereka lagi mode akur kok, tiba-tiba saja ingin mamanya.

"Mau Mama, Anteu..."

"Iya, kenapa mau Mama?"

"Itu mau talawih kan?"

Apa hubungannya antara nanti malam mau tarawih dengan mamanya. Apa bocah gembul itu takut mamanya tidak ikut.

"Iya, nanti malam tarawihnya Bang. Mama kan lagi keluar sebentar sama Ayah. Kenapa cari Mama?"

Balqis mulai was-was. Takut tiba-tiba Taya meraung ingin mamanya.

Tadi bocah gembul itu tahu kok kalau orangtuanya pergi keluar sebentar, dan ia tidak di ajak. Jadi seharunysa sih Taya tidak akan menangis. Tetapi siapa yang tahu isi hati dan kepalanya Taya.

Hal yang biasa saja bisa jadi drama yang tak berkesudahan.

"Mau talawih. Mama lama ndak Anteu?"

Bocah gembul itu terlihat mulai resah, mamanya belum pulang. Mainannya dibiarkan begitu saja, ia menghampiri tantenya.

"Abang mau telepon Mama? Nanti bisa tanya masih lama nggak?" tawar Balqis baik hati, siapa tahu dengan berbicara dengan mamanya bocah gembul itu akan baik-baik saja.

"Mauuu, mau telepon Mama." Taya antusias dengan tawaran tantenya.

Belum sempat Balqis menelepon, Taya sudah berlari ke depan rumah begitu mendengar suara mobil ayahnya. Tajam sekali pendengaran bocah gembul itu.

Balqis memutuskan mengikuti Taya ke depan, takut keponakan gembulnya diculik.

"Mama... Pulang.. yaiii..." Taya melompat bahagia begitu melihat orangtuanya turun dari mobil. Hanya mamanya saja yang disapa.

Dasar Taya.

Taya dengan sabar menunggu orangtua dan tantenya mengeluarkan barang belanjaan dari mobil, tidak ada keinginan untuk membantu sama sekali.

"Mama, Mama..." panggilnya manis, mengekori mamanya masuk.

"Iya Nak, kenapa? Abang dari tadi ngapain aja?"

"Umm Mama, nanti talawih kan?" tanyanya lagi untuk kesekian kalinya hari ini.

Baheera tak langsung menjawab pertanyaan putra gembulnya itu, ia membawa masuk barang belanjaan untuk persiapan puasa dan sahur nanti malam.

"Iya Bang, nanti malam kita pergi tarawih yah ke masjid. Abang sudah tahu kan sholat tarawih?"

"Tahu kok, sholat banyak-banyak kan Mama. Umm Anteu bilang talawih nanti."

"Nggak percaya sih, Aunty bilang juga nanti mau tarawih loh." Balqis iseng sekali, dan senang menggoda keponakan gembulnya itu.

"Taya mau bawa Dino boleh?"

Belum juga pergi sudah berencana membawa mainan Dino miliknya.

"Boleh, bawanya yang Abang suka aja yah. Satu atau dua." Beritahu Baheera, takut putranya itu merengek ingin memindahkan mainannya ke masjid sana.

"Taya mau talawih nanti."

"Iya. Abang kasih tahu Kasan dong kalau mau pergi tarawih nanti." Kompor Balqis, mengusir bocah gembul itu dengan halus agar mereka segera merapikan belanjaan tadi.

"Kasan..." teriaknya memanggil kakeknya.

Kontak saja semuanya terkekeh gemas dengan kelakuan Taya.

Ramadhan with NatayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang