[Delapanbelas] Buka Puasa Bersama Taya

1.5K 211 10
                                    

Hari ini adalah agenda buka bersama teman-teman kantor Byakta, tentu saja ini bukan acara kantor hanya teman-teman yang dekat saja. Seluruh keluarga wajib dibawa bagi yang sudah berkeluarga, tujuannya agar ikatan kekeluargaan diantara mereka semakin erat.

Beberapa kali kegiatan mereka melibatkan keluarga, seperti kemping, piknik, atau staycation di tempat tertentu. Walaupun terkadang tidak full team, namun ini merupakan bagian dari boangding yang Byakta dan kawan-kawan coba bangun di tengah-tengah pekerjaan yang menggila.

"Abang...." Panggil salah seorang teman Byakta kepada putranya.

Dua orang bocah sontak menoleh ke arah panggilan tersebut, Taya dan Akmal. Tentu saja Akmal dipanggil Abang karena ia yang paling besar diantara teman-temannya, lalu Taya menoleh juga merasa dipanggil karena keluarganya memanggilnya abang juga.

"Abang Akmal, ndak Taya."

"Iya nak, Abang Akmal. Taya mau ini?" tawar Om Tyo, ayahnya abang Akmal.

"Abang panggil Ayah. Itu kasih maam." Lapornya, padahal Akmal juga mendengar panggilan ayahnya dan juga sudah menyahut.

Setelah laporan, Taya meninggalkan mereka. Ia mulai sibuk lari-larian dan melempar balon bersama teman-temannya yang lain.

"Laffa, ini tangkap." teriaknya memberitahu.

Ketika situasi seperti ini, mengumpulkan para krucil bersama dalam satu tempat, jangan berharap adanya kedamaian. Lari sana-sini, berteriak, dan gelak tawa akan memenuhi indera, tidak pula juga akan ada tangisan nantinya.

"Taya lempar jauh yah."

"Huuh."

"Raihan sama Aku nanti ambilin, nggak boleh kena tanah." Instruksinya.

Mereka mulai asik bermain, ada Raihan, Raffa, Dion, Akmal, Bayu, Afif juga yang sebaya dengan Taya. Sedangkan anak perempuannya ada Sheryl, Cantika, Denice, Inka, Zia. Lumayan banyak, hampir dua belas orang anak kecil. Jangan ditanya seramai apa suasa buka bersama mereka.

"Nataya sudah yuk Nak, sudah mau buka puasa. Dua puluh menit lagi azan."

Byakta menghampiri putranya, begitu juga dengan yang lain. Mereka mau mengadakan Tausiah sebelum buka puasa.

"Kak sudah, Kak Laihan panggil Ayah, main nanti boleh."

Para bocah itu membubarkan diri setelah para ayah menghampiri mereka, tak semudah itu sebenarnya. Ada saja yang menolak dan masih ingin terus bermain.

"Cuci tangan sama-sama yuk.." Raffa mengusulkan idenya, dan ide tersebut disambut gembira oleh teman-temannya.

"Akmal bantu lihat adik-adik yah."

Akmal yang manis menawarkan diri membantu para orangtua, tentu saja ada aura mengayomi dari Akmal, adik-adiknya banyak yang menurut.

"Nataya sama Afif bisa? Westafelnya tinggi." Akmal ingin membantu.

"Ayah ndak sampe.." Taya meminta bantuan ayahnya saja.

"Papi, Afif juga."

"Abang Akmal bantu ayah ndak?" tanya Taya disela mencuci tangannya, ia melirik teman-temannya yang masih mengantri dengan rapi.

"Bisa sendiri, nanti kalau besar Taya bisa sampe kok."

"Ayah sudah."

Dibutuhkan waktu lima menit lebih untuk kegiatan cuci mencuci tangan. Setelah selesai, para krucil itu diajak menuju area buka bersama. Mereka memesan satu area outdoor disalah satu restoran keluarga di Jakarta. Isinya lumayan ada sekitar 50 orang.

"Duduk dekat Abang Akmal."

"Aku juga.."

"Taya juga mau Abang Akmal."

"Kita juga mau duduk sama-sama."

"Iya sama-sama aja."

"Duduk sini saja yuk."

"Sama-sama kita semua."

Suara sahut menyahut tak henti dan terus menggema, perkara duduk saja bisa membutuhkan waktu yang lama.

Para orang tua mau tak mau menuruti keinginan para bocah itu, bayangkan jika tak dituruti pasti akan ada kehebohan.

Akmal duduk di tengah-tengah, lalu disamping kiri dan kanannya ada adik-adiknya yang lumayan sering ditemui ketika ada kegiatan para ayah mereka.

"Aku nggak puasa, makan kurma ini boleh."

Bayu ingin memakan kurma yang ada diatas meja itu.

"Tunggu maglib, Taya ndak puasa tunggu maglib boleh maam." Taya menimpali dengan senang.

"Tunggu azan sebentar yah Bayu." Hibur Akmal penuh perhatian.

"Aku juga nggak puasa." Aku Dion sambal tersenyum.

"Boleh makan kalau nggak puasa."

Tidak ada satupun diantara para bocah itu mendengarkan tausiah, mereka lebih seru dengan dunia sendiri.

Ramadhan with NatayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang