[Tigabelas] Menunggu Ayah Bersama Taya

1.5K 230 2
                                    

"Mama, Ayah ndak pulang?"

Taya mulai resah, ayahnya belum kelihatan dari tadi. Kata mamanya masih di jalan dan macet sekali.

Tapi biasanya tidak semalam ini, ini sudah jam sembilan loh. Tapi ayahnya belum pulang, kan Taya mau main sama ayah.

"Pulang Bang, tapi masih di jalan."

"Kok ndak pulang." pekiknya cepat, sepertinya salah tangkap makna.

"Pulang kok Bang, tapi masih di jalan. Macet Nak."

Baheera mengulang lagi kalimatnya dengan lembut, lebih sabar. Ia tahu jika putra gembulnya itu mulai bosan dan ingin segera bermain bersama ayahnya.

Hubungan Taya dan ayahnya sangat dekat, tentu saja penuh dengan cerita. Terkadang akur, terkadang marah, terkadang sebal, seringnya menangis sih.

"Kenapa lama? Ndak tahu lumah Ayah? Hilang ndak Mama?" paniknya.

Aduh eskpresinya itu loh tak tahan, muka panik plus khawatirnya makin menggemaskan sih.

Tapi kok lucu. Bocah tiga tahun takut ayahnya tersesat dan tak tahu jalan pulang ke rumah.

"Nggak hilang Bang, kan tadi kita sudah telepon Ayah kan. Bilangnya masih jauh loh, terus tadi juga Abang lihat kan di video Ayah kalau macet. Ada mobil ramai loh."

"Hummmm."

Taya mulai sibuk dengan susunan mainan Dinonya, tak terlalu menggubris penjelasan mamanya.

Nanti kalau ayah sampai rumah, Taya mau menunjukan mainan Dino yang sudah ia buat. Taya sedang membuat proyek zoo.

Karpet di ruang tengah sudah penuh, tak bisa di lewati lagi dengan seluruh mainan milik bocah itu. Ia tadi menuangkan dua box mainannya, sudah dilarang tapi tak mau mendengarkan.

Baheera biarkan saja, tentu saja nanti Taya harus merapikan sendiri. Kapok ia tak merapikannya, mainannya hilang (yang sebenarnya disembunyikan mamanya).

"Mama, Ayah bisa buat Zoo ndak?"

"Bisa."

"Zoo punya Taya ini?" tunjuknya pada hasil karyanya.

Lumayan bagus sih kebun binatang mainan bocah gembul ini. Ia menyusunnya seorang diri, dari Baheera mulai tarawih sampai selesai dan sekarang masih menunggu ayahnya belum selesai juga kebun binatangnya di beri dekorasi.

"Itu apa saja Bang?"

Baheera mendekat, mengamati isi kebun binatang bocah itu. Bagusnya Taya mengklasifikasi jenis binatangnya.

"Ini Tliptop, ini T-lex, ini ada zebla, tlus ini ada banyak Blontosaulus Mama. Kalau ini Albeltosaulus, sama sama T-lex Mama."

"Masih satu spesies yah?"

"Huuh."

"Makan apa aja Bang Dinonya?"

Baheera sangat kagum dengan kemampuan putranya untuk mengingat semua nama mainan Dinosaurus miliknya.

"Ini maam sayul  tumbuhan, ada lehel panjang Mama. Blontosaulus, ada apatosaulus juga loh Mama, stegosaulus, ini ini ada tanduk tiga tlicelatops maam tumbuhan semua ini. Taya kasih pohon banyak banyak bial bisa maam kan Mama."

Benar sih, Taya menyatukan mainan Dino miliknya ke tempat yang sama, yang makan daging, tumbuhan, dan yang bisa terbang dipisahkan.

"Nanti bilang Ayah ini Taya buat sendili."

Taya mau pamer sama ayahnya, namun belum sampai juga sekarang. Nanti Taya tidur.

"Iya nanti kita bilang sama Ayah yah."

"Mama itu ada suala mobil. Ayah depan." pekiknya senang begitu medengar suara mobil ayahnya memasuki garasi rumah.

"Mama, ayook buka pintu...."

Ia berlari ke pintu depan, mencoba meriah ganggang pintu yang tentu saja tak sampai.

"Mama tolong, plissss...." pintanya manis. Baheera mengambulkannya, membantu membuka pintu.

"Ayah, Ayah... Yaiii Ayah....." panggilnya semangat, ia sampai selompat senang begitu melihat ayahnya turun dari kemudi.

"Assalamualaikum Abang.."

"Ayah....yaii..." ia berlari ke arah ayahnya, memeluk kaki ayahnya senang.

Penantian Taya terbayar sudah, ia bahagia mendapati ayahnya sudha pulang. Saatnya pamer mainannya.

Ramadhan with NatayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang