[Sepuluh] Begadang Bersama Taya

1.6K 220 7
                                    

"Bang, ayo tidur yuk Nak. Mama sudah ngantuk ini nak."

Baheera merasa lelah, putra gembulnya masih segar bugar dan belum ada keinginan untuk tidur. Setengah dari perjalanan mereka tadi digunakan oleh bocah gembul untuk tidur setelah bertanya banyak hal.

"Mama aja bobo, Taya ndak bobo Mama."

Taya masih berlari senang, melompat sana-sini dan masih bermain Dino dan kereta.

"Nanti kita telat sahur loh Bang. Ayah saja sudah tidur loh, besok mau kerja juga Ayah. Mama ngantuk Bang." Baheera mulai merasa putus asa. Belum ada keinginan Taya untuk menyudahi acara bermainnya.

"Taya ndak bobo Mama. Ada suala lame-lame kok lual."

Tentu saja ramai, itu suara speaker orang mengaji. Hanya terdengar samar saja sebenarnya  tapi Taya masih bisa mendengarnya.

"Mama tinggal yah nak. Sudah ngantuk, tadi Abang maam cokelat nggak?"

Tentu saja Baheera tak akan meninggalkan puteranya itu. Bisa-bisa rumah mereka tinggal kenangan, Taya ahli membuat rumah menjadi maha karya.

Jarum jam sudah menunjukkan angka 12 lewat sepuluh menit. Pinggang Baheera terasa pegal, ingin segera merebahkan diri dibalik selimut yang nyaman.

"Ndak maam cokelat Mama. Ndak ada cokelat kok."

"Sudah yuk Nak, Mama sudah tidak kuat. Mengantuk sekali. Kita tidy up besok saja. Mama matikan lampu yah."

Mematikan lampu rumah adalah salah satu cara ampuh menyuruh bocah gembul itu tidur. Mana bisa ia melihat mainannya kalau lampu ruang tengah sudah dimatikan. Hanya samar-samar cahaya masuk dari lampu luar rumah.

"Mama ndak tinggal, Mama...Ikut..." teriaknya panik.

Mau tidak mau Taya berlari mengejar mamanya, takut juga kalau sendirian di ruang tengah rumah mereka.

Padahal Taya belum mau tidur, tapi mama sudah berjalan ke arah kamar.

Taya sudah sikat gigi, cuci kaki tangan, saat naik ke tempat tidur.

"Mama bobo kamal Taya?"

Taya sudah mengambil posisi nyaman dalam pelukan mamanya, walaupun tadi penuh alasan tak mau tidur namun sekarang sudah mulai bergelung nyaman. Nanti juga akan tertidur sendiri.

"Nggak, Mama sama Ayah dong. Mama temani Abang sampai tidur, seperti biasa."

Baheera menepuk pelan pantat putranya. Berharap rasa kantuk bocah gembul itu segera tiba.

"Mama celita, mau celita..." rengeknya mengangu mamanya yang sudah mulai tertidur.

Taya tak rela teman bermainnya tertidur, kalau Taya tidur baru Mama boleh tidur. Nanti tidak punya teman.

"Hmmmm, cerita apa Bang?"

"Mama ndak tidul dong, Mama..."

"Hmmm...."

"Mama...."

Tangan mungil itu tak tinggal diam, bergerak perlahan kearah mata mamanya. Membukanya dengan sungguh-sungguh.

Rasanya jangan ditanya lagi. Sakit dan sedikit kesal, tapi juga tak bisa marah.

"Abang tangannya Nak."

Baheera menegur lembut, huh kalau lagi segar bugar Baheera bisa memberikan kuliah yang panjang kepada putra gembulnya itu. Taya selalu diingatkan untuk berperilaku baik, dan tentu saja diberi contoh oleh orang dewasa disekitarnya. Terutama kedua orangtuanya.

"Ayoo celitaaa duluuuuu....."

Taya merengek manja, tak mau tidur kalau belum dibacakan cerita oleh mamanya.

"Baiklah, mau cerita apa? Abang ambil bukunya yah."

Baheera memilih mengalah, agar malamnya terasa damai. Waktu terus bergerak pelan. Baheera yakin sekali nanti, baru juga tertidur sebentar sudah harus bangun untuk sahur.

"Ini Mama, mau celita kelelawal."

Taya sudah bisa memilih sendiri mau dibacakan buku apa atau cerita apa. Terkadang cerita rakyat, Kisah Nabi, namun Taya paling suka dibacakan buku eksiklopedia mengenai binatang dan alat transportasi.

"Oke, habis ini Abang bobo ya."

Taya mengangguk imut, keingannya terpenuhi.

Mari mendengarkan cerita bersama Taya.

Ramadhan with NatayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang