[Dua Puluh Dua] Berbagi Bersama Taya

1.4K 216 5
                                    

Untuk kegiatan berbagi tahun ini, Byakta dan Baheera tak melakukan seorang diri. Bersama teman-teman Bykata mereka akan mengadakan kegiatan berbagi dengan kaum fakir miskin dan duafa. Selain itu mereka juga akan mengadakan kegiatan santunan anak yatim.

Untuk kali ini sasarannya sudah jelas, sebuah panti asuhan yang sudah mereka ketahui dan juga warga kampung dekat perumahan Byakta tinggal.

"Hali ini mau mana?"

Taya sudah rapi dengan baju koko warna cokelat miliknya, sedana dengan pakaian orangtuanya dan teman-teman ayahnya. Ada Om Dyast yang menjadi salah satu om favoritnya Taya sedari dulu.

"Ini kita lagi di panti asuhan yah, kita mau ada kegiatan berbagi."

Baheera menggandeng tangan putranya agar tak segera kabur . Kondisi ramai membuat Baheera harus ekstra sabar dan penuh pengawasan. Taya itu bisa tiba-tiba hilang.

"Bagi siapa?" Bocah gembul itu terlihat berbinar memperhatikan sekitarnya, sudah ada tenda putih dan beberapa kipas angin di sisi-sisinya.

"Berbagi dengan teman-teman Abang, kita lagi di Panti Asuhan nak."

Kegiatan berbagi memang belum dimulai, mereka memang datang lebih awal agar bisa membantu persiapan acara.

"Kenapa?"

"Kenapa apanya Bang?"

"Itu kenapa bagi Mama..." Taya masih bingung, kenapa orangtuanya berbagi lagi. Umm bukannya sudah yah sama Pak RT dulu itu.

Ini ada lagi.

"Om Dyast..." teriak Taya memanggil teman ayahnya itu, mereka sudah seperti bestie. Selalu akur kalau bertemu, terkadang mereka menjadi sekutu.

"Wah Nataya datang, baju Kokonya bagus." puji Dyast gemas, baju koko versi mini begini menggemaskan sekali sih.

"Pake talaweh malam-malam Om. Mama, Ayah juga walna-walna sama. Om juga walna sama." Taya menyadari kalau warna pakaian mereka mirip.

"Nataya sama Om saja yuk..."

Dyast mengajak Taya ikut bersamanya, Taya nanti bisa main dengan anak-anak yang lain.

"Mama ndak hilang?" takut mamanya hilang.

"Nggak dong, Abang sama Om Dyast yah. Jadi anak sholeh yah." Pesan Baheera. Takut putranya membuat ulah dan merepotkan sahabat suaminya itu.

Taya mengikuti langkah om Dyast, entah menuju arah mana. Taya sih ikut saja, biasanya kalau bersama om Dyast pasti seru deh.

"Om Dyast nanti bagi-bagi juga?" bocah gembul itu mengekori Dyast dengan semangat, ingin ikut membantu om yang sedang mengangkut seuatu.

Rencananya Dyast akan membawa Taya bertemu dengan anak-anak panti. Acaranya memang sengaja diadakan dipanti asuhannya langsung, dan kegiatan ini hanya berbagi saja. Tidak sampai acara berbuka puasa bersama, tentu saja mereka juga sudah menyiapkan makanan dari luar untuk mereka berbuka nanti.

"Om ini apa?" Taya meliha bingkisan yang sudah disusun dan berjejer dengan rapi. Umm bingkisannya dari plastik transparan, Taya bisa melihat isinya dari luar.

"Ini bingkisan nanti buat anak-anak di sini."

"Bingkisan apa?"

"Umm hadiah. Iya hadiah, nanti kasih ini loh sama mereka."

Dyast menyadari kalau Taya tidak memahami arti bingkisan.

"Abang bantu Om Dyast?"

Byakta heran melihat putranya sudah bersama sahabatnya itu, tadi perasaan Taya masih bersama mamanya. Byakta tadi langsung membantu yang lain begitu turun dari mobil, tidak bersama Baheera dan Taya.

"Ayah ini mau bagi? Ada bingkisan." lapornya begitu melihat ayahnya datang menghampiri mereka.

"Iya Bang, ini nanti buat kegiatan Ramadhan Berbagi."

"Ada hadiah ini Ayah." tunjuknya antusias.

"Ayah Taya ndak ada hadiah?" tanyanya kemudian.

"Lah Abang kan yang bagi-bagi, jadi nggak dapat loh." gemas Byakta dengan putranya gembulnya itu.

Mana Taya bergelayut manja dikasi ayahnya, membiarkan om Dyast menyusun itu dengan sendiri dibantu yang lain.

"Kenapa?" tanyanya cemberut di kaki ayahnya.

"Ayahnya Nataya sudah banyak uang, minta Ayah saja." goda Dyast, aduh putranya sahabatnya ini ada-ada saja. Ingin diberikan bingkisan santunan juga.

"Taya mau itu jugaaa.." pintanya merengek manja.

"Tanya Mama dulu yah."

Itu adalah salah satu jurus Byakta agar putranya berhenti merengek. Taya harus bersama pawangnya.

Kegiatan belum dimulai, dan Taya sudah mau berulah.

Ramadhan with NatayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang