Semua rangkaian bulan Ramadhan telah selesai. Alhamdulillah Taya bisa mengikutinya dengan baik.
Versi baiknya Taya adalah sudah jadi anak manis yang sholeh.
Mereka sekeluarga juga sudah pergi sholat Idul Fitri. Dan sekarang saatnya pergi silaturahmi dengan keluarga besar.
Ayahnya Baheera punya keluarga besar. Biasanya berkumpul dirumah rumah neneknya, namun beliau sudah berpulang beberapa waktu lalu. Sekarang mereka masih berkumpul di rumah itu, karena rumahnya ditinggali oleh Kakak tertua ayahnya Baheera.
Ramai sekali, berenam saudara. Sudah beranak pinang.
Diantara semua sepupunya hanya Baheera yang sendiri, sisanya minimal 3 bersudara. Banyangkan seramai apa itu.
"Mama ada kasi ini loh?"
Taya pamer dapat uang THR dari keluarga.
"Dikasih siapa?"
"Yangti, sama Aunty banyak banyak kasih." Taya tak terlalu ingat siapa yang memberinya.
"Taya ndak maauuu."
"Loh kenapa? Bisa buat beli Dino."
Baheera mengintip amplop THR milik bocah gembul itu. Lumayan yah jumlahnya. Bisa beli Dino banyak.
Kalau di pakai jajan Es Krim bisa sampe flu.
"Ndak kasih maam. Ini kasi amplop loh. Ndak mauuuu."
Taya cemberut, kenapa semua orang memberinya amplop. Mana nggak kelihatan isinya. Taya juga nggak tahu itu bisa dipakai untuk apa.
Taya tak mau sebenarnya, tetapi Tadi ayah sama mama bilang harus terima. Tak boleh tolak.
"Bisa buat beli Dino loh, kenapa Abang nggak mau?"
Baheera simpan aja. Lumayan buat jajan. Mantap sih, para sepupu dan Pakdhe Budhenya kasih amplop THR.
"Ini kasih kasih Taya loh, Taya ndak ada. Ndak kasih..."
"Yah Abang nggak usah kasih. Kan masih kecil, belum kerja. Nggak punya uang pula. Mana ada kamu kasih orang THR."
Baheera gemas dengan putranya itu.
"Katanya Taya kasih kasih olang. Ini Taya kasih ini. Ndak mauuuu..."
Eh maksudnya bagaimana ini?
"Abang maunya kasih orang?"
"Tapi ndak punya Mama..." cemberutnya. Taya sebal rasanya.
"Yah nggak apa-apa Nak. Taya masih kecil, terima saja."
"Ndak mauuu. Nanti olang kasih telus..."
"Bagus dong. Uang Abang banyak."
Baheera masih tak paham dimana letak masalahnya. Taya tak merasa senang dapat amplop dari orang-orang. Sejujurnya Taya juga tak terlalu mengenal uang. Dia tahu seperlunya saja. Baheera dan Byakta serta keluarga besar tak membiasakan bocah gembul ini dapat uang jajan.
Kalau mau sesuatu kasih tahu orang dewasa sekitar.
"Kata Ayah halus kasih olang, ndak kasih Taya."
"Itu Ayah kasih kan?"
"Olang kasih Taya..."
Taya masih saja cemberut perkara orang-orang memberinya amplop.
Baheera jadi paham sebenarnya apa masalah bocah gembul kesayangannyan ini.
Selama ini Taya selalu ditanamkan harus berbagi dengan orang lain. Lalu ketika orang lain memberinya dia tak mau.
"Nggak apa-apa yah Bang, ini karena Abang masih kecil. Kalau sudah besar, sudah kerja nanti Abang kasih orang yah."
"Ndak mau Mama...." tolaknya lagi.
Pokoknya Taya nggak mau.
"Abang terima saja. Nanti kasih Mama."
Baheera membujuk putranya. Masalahnya Taya tuh kadang suka gengsi. Padahal kan lumayan tuh THR bocah.
"Kasih Mama semua?"
"Iya, kasih Mama. Nanti orang-orang kasih Abang. Abang kasih Mama deh. Jadinya Abang berbagi loh."
"Taya bagi bagi?"
"Iya, Taya bagi Mama yah."
Taya mulai termakan bujuk rayu mamanya. Wajahnya tak lagi cemberut.
"Yaudah, Abang main lagi yah."
Baheera membiarkan putranya bermain bersama para sepupunya lagi.
Masalah THR sudah aman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ramadhan with Nataya
Cerita PendekHaiii, ini adalah seri Ramadhan ketiga Nataya.. Semoga suka yah.. Nataya, bocah tiga tahun yang menyambut ramadhan dengan antusias. Bersama Mama dan Ayahnya ada saja tingkah Nataya yang membuat gemas.