"Wah ada Nataya..." pekikakn heboh para sepupu Baheere menggema, telihat gemas dengan keponakan gembul yang baru mereka temui lagi.
Jarang-jarang bisa berkumpul begini, walaupun ayahnya Taya masih belum sampai tetapi tidak mengurangi kegembiraan yang dirasakan oleh Baheera. Bisa berkumpul dengan saudara dan keluarga itu luar biasa.
"Abang salim Nak." Baheera menuntun putranya untuk salim.
Taya terlihat malu-malu bertemu dengan orang dewasa yang terasa asing untuknya.
Tentu saja tak semudah itu menyuruh bocah gembul itu untuk salim dengan orang dewasa didepannya. Banyak sekali, dan Taya merasa tak familiar.
Baheera tak memaksa, ia berusaha membuat putranya nyaman terlebih dahulu. Biasanya jika sudah akrab dan kenal Taya akan salim dengan sendirinya.
Hari ini adalah hari kedua Taya di Malang, berhubung sudah banyak sanak saudara yang pulang mudik maka diputuskan untuk buka bersama disalah satu rumah makan.
"Kapan sampai nduk? Suami ndak ikut toh?"
"Kemarin Budhe, Baheera duluan sama Taya. Kangen keluarga, nanti Mas Byakta menyusul waktu cuti bersama."
"Mama tulun, tulun, Ami sana..."
Taya tak betah disuruh duduk, ia ingin mengeklpore rumah makan ini. Sepertinya seru. Saudara-saudara yang lain juga punya anak kecil kok. Bisalah jadi teman Taya.
"Abang mau kemana?"
"Tulun... main sana Mama..."
Taya menunjuk kearah saudaranya yang baru ia temui, usianya tidak jauh beda dengan Taya.
"Abang mau main sama Kakak Ezar?" tanya Baheera memastikan.
"Huuh, main sama sama kan Mama?" mata bulat itu menatap mama dengan polos, belum lagi wajah memelas agar diperbolehkan bermain bersama.
"Kalau ditanya Abang jawabnya bagaimana?"
Aduh Baheera masih merasa ini adalah PR yang tiada berakhir, Taya masih suka menjawab 'huuh' setiap kali ditanya orang. Padahal Baheera selalu mengingatkan untuk menjawab 'iya' atau 'tidak'.
"Iya Mama, main sana sama Kakak Ezar."
Taya senang sih sebenarnya bertemu dengan orang banyak, tapi masih belum paham esensi bertemu dan melepas rindu dengan keluarga.
Walaupun Baheera adalah anak tunggal, tetapi saudara sepupunya sangatlah banyak. Keluarga mereka adalah keluarga besar. Butuh ruang yang luas agar bisa menampung semuanya. Sekarang saja tidak semua bisa ikut dalam kegiatan buka bersama ini, namun setiap keluarga memastikan ada perwakilannya.
Baheera mengantarkan Taya ke saudara sepupunya, yang lain sudah mulai besar. Yang usianya tak beda jauh hanya Taya dan Ezar dan mereka lebih fokus dengan HP masing-masing.
"Kakak Ezar main sama Nataya yah."
"Iya Aunty Ila, Nataya sini.."
Ezar menyambut antusias saudara sepupunya itu, mereka baru bertemu tetapi sepertinya sudah mulai akrab.
"Ezar itu main bareng Nataya?" tanya salah seorang tantenya Ezar dan Taya.
"Iyaa Ty, ayoo main buble yuk."
"Taya tiup..."
"Nggak, aku mau tiup. Kamu tangkapin."
"Nggak, Taya mau tiup bubble..."
"Nggak mau..."
"Shaling..."
Oke tadi mereka akur loh, tetapi lihat sekarang. Keduanya saling teriak tak mau kalah perkara main bubble.
"Nggak mau, aku maunya tiup. Ini punya aku." tolak Ezar untuk kesekian kalinya.
"Amiii... Ami....." panggilnya mencari bantuan neneknya.
Taya meninggalkan Ezar, dia kesal karena keinginannya tak terpenuhi.
"Abang sudah selesai main?"
"Amii, mau bubble sana...." Tunjuknya kearah Ezar yang masih asik main.
"Abang main sama Kakak Ezar? Bisa sharing."
"Ndak shaling."
"Kenapa?"
"Ndak Ami. Mau bubble... mau bubble..." rengeknya kesal.
"Tanya Kakak Ezar dulu yah belinya dimana."
"Ndak mau." Pekiknya marah.
Astaga, Baheera segera saja menghampiri nenek dan cucu itu. Taya kalau sudah seperti ini menyebalkan.
Mana neneknya tak bisa menolak keinginan cucunya lagi, dan memberikan segala pemakluman terhadap perilaku Taya yang tak baik.
"Abang..." tegur Baheera pelan, Taya harus tahu loh perilakunya yang berteriak seperti itu bukan hal baik.
Sontak saja tangisan bocah gembul itu menggema, entah kerena mamanya menegurnya tau karena keinginannya tak terpenuhi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ramadhan with Nataya
Short StoryHaiii, ini adalah seri Ramadhan ketiga Nataya.. Semoga suka yah.. Nataya, bocah tiga tahun yang menyambut ramadhan dengan antusias. Bersama Mama dan Ayahnya ada saja tingkah Nataya yang membuat gemas.