Semalam Taya tidur lebih lama dari jadwal biasanya. Kebanyakan makan kue, manis membuat bocah gembul itu kelebihan gula dan menjadi lebih aktif.
Hal ini pernah Baheera tanyakan dengan dokter anak yan biasa menangani perkembangan bocah itu.
Pagi ini Taya belum bangun, walaupun mama dan ayahnya sudah membangunnya tadi sebelum ayahnya berangkat bekerja."
"Abang, bangun Nak..."
Baheera membangunnya lagi, sekarang sudah pukul delapan pagi dan Taya belum ada tanda-tanda akan bangun.
Tumben sekali.
"Abang, sayang, Nak..." panggil Baheera lagi.
Baheera menjadi khawatir, tadi pagi kondisi Taya masih baik-baik saja. Tapi sekarang kenapa berkeringat dan badannya jadi panas.
"Abang, sayang...." Baheera memaksa putranya bangun. Sedikit panik, badannya panas.
Segera saja Baheera mencari termometer yang biasa ada dikotak obat kamar milik bocah itu, setelah menemukan benda itu, Baheera langsung saja mengukur suhu putranya.
"Bang, Nataya. Ini Mama ukur suhunya dulu yah."
"Mama...." gumamnya parau, namun matanya belum juga terbuka. Bocah gembul itu terkulai lemas tak bertenaga.
"Iya sayang, apa yang Taya rasakan?"
Baheera mengganti baju Taya dengan kaos yang menyerap keringat, mengambil kain lap dan air hangat untuk mengompres dahi bocah kesayangannya.
"Mama.... Panas..."
"Panas?"
"Mama... Ndak enak.. hikss Mama.."Tentu saja rasanya tak nyaman. Suhu tubuhnya cukup tinggi.
"Minum obat yah, makan dulu. Mama buatkan bubur?"
"Ndak enak Mama. Ndak maam, hiks Mama, hiks...."
Taya tak bisa menjelasakan perasaannya dengan gamblang layaknya orang dewasa. Ia hanya merasa tak nyaman, panas dan berkeringat.
Suhu tubuhnya 38 derajat, cukup tinggi.
"Harus makan yah Nak, biar cepat sembuh. Setelah itu nanti Abang bisa minum obat."
Baheera kebingungan, ingin segera membuatkan bubur tapi putranya tak bisa ditinggal.
"Abang mau makan apa?" Tawar Baheera khawatir.
"Ndak maam Mama, hiksss.. ndak mau Mama... ndak mau..." tolaknya sebal, ia tak mau makan. Rasanya tidak enak.
Baheera kesulitan mencari bubur di platform online. Kondisi puasa, dan masih pagi tentu saja banyak toko yang tak buka.
"Makan nasi sama telur yuk, Mama gorengkan telur dadar yah. Abang Mama tinggal sebentar yah Nak."
"Ndak maam Mama, ndak maam. Hiksss ndak maam. Puasa Mama...." isaknya mengeras, sampai kain kompresnya bergeser dan jatuh karena terus bergerak menolak.
Ketika sakit begini, Taya semakin susah untuk makan. Hari-hari biasa saja bocah itu sering tak makan berat, dan sekarang sakit.
Baheera tak lagi bertanya putranya ingin makan apa, ia membiarkan Taya tertidur sejenak dengan kompres yang masih menempel. Dengan begitu ia bisa mengambil roti dan obat bocah kesayangannya itu.
Sedikit heran juga, kenapa Taya bisa tiba-tiba demam begini. Kalau sampai besok panasnya tak turun ia perlu membawanya ke dokter. Hari ini cukup beri obat penurun demam dan lakukan observasi.
"Abang makan roti yuk nak." Baheera membangunkan kesayangannya dengan paksaan, bocah itu harus makan dan minum obat.
Kalau sedang sakit begini tak ada tuh sisa-sisa kelakuan Taya yang bikin mama istigfar.
"Puasa Mama.." tolaknya parau, alasan sekali puasa. Sahur juga tidak.
"Hari ini nggak puasa dulu, nanti habis sholat kita kasih tau Allah kalau Abang nggak puasa."
"Pahit Mama.. hiksss ndak maam." tolaknya lagi.
"Sedikit saja yah, Abang harus makan lalu minum obat. Nanti bisa cepat sembuh kalau makan dan minum obat."
"Hiksss Mama... Hikss huwaaaa...." tangisannya menggema.
Taya ketika sakit menjadi lebih manja dan cengeng. Harus gendong mama kalau tak tidur.
Baheera harus memiliki kesabaran ekstra untuk sesi bujuk membujuk ini.
Jangan lupa menjaga kesehatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ramadhan with Nataya
KurzgeschichtenHaiii, ini adalah seri Ramadhan ketiga Nataya.. Semoga suka yah.. Nataya, bocah tiga tahun yang menyambut ramadhan dengan antusias. Bersama Mama dan Ayahnya ada saja tingkah Nataya yang membuat gemas.