Bab 41 - Rencana

26 6 0
                                    

***

Sesampainya di rumah, Mayang kaget melihat muka Ariel yang lebam-lebam itu.

"Ya ampun Arieell, kamu habis berantem?" tanya sang mama saat memperjelas muka Ariel.

"Nggak Ma, tadi Ariel habis jatuh," jawabnya menutupi fakta.

"Masa iya jatuh. Mama nggak percaya. Luka kamu kayak habis ditonjok, Nak! Duduk di sini dulu, Mama ambilkan minyak," Mayang menyuruh Ariel duduk di teras lalu ia masuk ke dalam rumah mengambil obat luka.

Setelah itu, Mayang mengoleskan minyak ke pipi Ariel. Dan Ariel tampak kesakitan.

"Kamu habis berantem, kan?" tanya sang mama seraya mengobati luka.

"Nggak Ma."

"Udahlah jangan bohong. Mama nggak pernah loh ngajarin kamu berantem. Kamu kalau ada masalah sama temen, jangan pake kekerasan. Itu nggak akan bisa menyelesaikan masalah, Nak. Kamu itu seorang pelajar Riel, tugas kamu belajar bukan berantem. Bikin Mama sama Papa bangga dengan prestasi kamu. Mama nyekolahin kamu itu nggak mudah sayang. Mama sama Papa harus kerja keras buat biaya sekolah kamu, itu semua karena Mama sama Papa pengen kamu jadi anak pinter. Jangan berantem lagi ya," pesan sang mama.

Ariel kemudian mengangguk-angguk.

"Bentar lagi ujian, pokoknya Mama minta kamu harus bisa dapet nilai bagus!"

"Iya Ma."

Sang mama kemudian masuk ke dalam rumah.

Ariel mengingat-ingat apa yang dikatakan Aris tadi. Ia juga mengingat-ingat pesan Sarah untuk selalu belajar. Ia sadar bahwa pacarannya selama ini mengganggu pendidikannya.

"Bener kata Aris, aku emang salah selama ini. Aku lupain semua tugas belajarku demi bisa jalan-jalan sama Jenie. Aku harus bisa buktikan ke Aris kalau aku bisa dapetin nilai tinggi lagi kayak dulu. Aku butuh Sarah! Aku pengen belajar bareng dia lagi. Aku nggak mau persahabatan aku sama Sarah hilang. Dia sahabat terbaikku, semoga aja Aris nggak bilang ke Sarah kalau aku habis berantem. Takutnya nanti Sarah nggak mau temenan sama aku lagi. Aku nggak mau kehilangan sahabat sebaik dia. Dia udah bantu aku di segala hal. Termasuk cinta, dia udah bantuin aku jadian sama Jenie. Habis ini aku mandi terus ke rumah Sarah!"

Ariel kemudian masuk ke dalam rumah.

Beberapa menit kemudian, ia sudah siap berangkat ke rumah Sarah. Memakai tas lalu menaiki sepeda. Saat baru saja naik sepeda, ponsel Ariel berbunyi.

Kringg...

"Iya hallo, Jen?"

"Riel, anterin aku beli make up dong! Terus nanti kita ke tempat paralayang yuk! Pengen naik."

"Maaf, Jen. Nggak bisa deh kalau sekarang. Kapan-kapan aja ya ke tempat paralayang. Kalau beli make up-nya nanti malem aja ya."

"Nanti malem aku sibuk. Emang kamu lagi ngapain sih?"

"Aku mau belajar bareng sama Sarah. Mending kamu ikutan yuk. Kita belajar sama-sama."

"Belajarnya nanti sore aja napa. Belajar sama aku. Anterin bentar aja."

"Nggak bisa, Jen. Diundur besok aja ya beli make upnya."

"Ya udah!"

Jenie kemudian menutup panggilannya tiba-tiba. Tampaknya ia merasa cemburu.

***

Sesampainya di rumah Sarah, ternyata Sarah sedang belajar di teras rumah.

"Pas banget!" kata Ariel seraya turun dari atas sepeda.

TENTANG ARISA [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang