Bab 39 - Bikin puisi

21 7 0
                                    

***

Beberapa menit kemudian, Jenie pulang bersama Ariel naik mobil. Ariel hari ini memang membawa mobil bersama Jenie.

"Bentar lagi aniversary kita yang ke dua bulan nih. Nggak terasa ya," kata Jenie di dalam mobil.

"Iya ya? Kamu mau kado apa besok?" tanya Ariel seraya menyetir.

"Kado? Kado apa yaa?"

"Baju? Tas? Apa ke salon?"

"Apa yaa... kado ditemenin kamu terus, aku udah seneng kok. Baju, tas, pergi ke salon, semua udah kamu turutin. Terserah kamu deh, pokoknya yang spesial!"

"Spesial? Apa yaa... enaknya. Gimana kalau aku kasih kamu puisi?"

"Puisi? Nggak ah. Kamu nanti minta bikinin Sarah lagi, kan? Kemarin aja kamu begitu. Nggak kreatif!"

"Kok kamu tau kalau kemarin itu bikinan Sarah?"

"Ya tahu lah. Aku baca di buku tulis kamu, ada tulisannya Sarah. Itu sama saja kamu nggak ngasih puisi buat aku. Aku waktu itu udah seneng banget loh, kamu menulis perasaan kamu lewat puisi. Eh taunya bikinan orang lain. Aku kecewa banget tau nggak sih!"

"Hehehe, maaf deh. Buat nebus kekecewaan kamu, gimana kalau aku bikin puisi lagi. Aku akan bikin sendiri dari hati. Aku usahain!"

"Beneran?"

"Bener. Aku akan buatin kamu puisi sebagus mungkin. Aku janji!"

"Oke kalau gitu, aku tunggu. Aku akan memajang puisi bikinan kamu di tembok kamarku."

"Memajang? Beneran?"

"Iya dong. Itu bukti kalau puisi kamu memang berharga untuk aku."

"Siap! Kamu tunggu aniversary kita!"

Jenie pun terlihat begitu sangat senang mendengar Ariel akan memberikannya puisi dari hati.

***

Malam harinya, Ariel mengeluarkan buku tulis dari dalam tasnya. Ia kemudian menaruh buku tulis tersebut di atas meja belajar. Ia berniat ingin membuat puisi sesuai yang dijanjikannya yaitu membuat puisi dari hati. Ia tampak berfikir keras dan kebingungan mencari ide kata untuk puisinya.

Ariel kemudian membuka ponsel lalu mencari aplikasi google.

"Jangan, jangan. Jangan nyontek di google! Kamu harus bisa bikin puisi dari hati, Riel. Buktikan ke Jenie kalau kamu bisa buat puisi dari hati kamu sendiri. Tapi gimana yaa... kok susah amat bikin kata-katanya," keluh Ariel seraya mengurungkan niatnya untuk membuka google dan ponselnya ia letakkan kembali di atas meja.

"Matamuu..., kok matamu sih!" Ariel terlihat sangat bingung.

"Senyummu bagaikan..., bagaikan apa?"

"Bagaikan embun pagi. Embun pagi yang mendinginkaan..., issh kok mendinginkan sih!"

"Senyummu bagaikan embun pagi yang menyejukkan hati ini!"

Ariel pun tersenyum lebar. Sepertinya kata-kata itu bagus bagi dirinya. Ariel kemudian menulis kata-kata itu di dalam buku tulisnya. Sampai larut malam pun, ia masih sibuk membuat puisi yang bagus untuk Jenie.

***

Keesokan harinya, Ariel masih duduk di kursi melanjutkan rangkaian puisinya. Namun ia sudah memakai seragam lengkap dan siap berangkat ke sekolah. Ia pun terlihat sering menguap karena tadi malam ia tidur cuma sebentar karena sibuk membuat puisi.

❝ Senyummu bagaikan embun pagi yang setiap pagi menyejukkan hati.

Matanu bagaikan pelangi yang selalu indah setelah hujan menghampiri.

TENTANG ARISA [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang