Bab 9 - Semprotan air

41 43 0
                                    

Beberapa jam kemudian, saat matahari terlihat menguning, jam dinding toko menunjukkan pukul setengah lima sore. Sarah ke luar toko dan berniat ingin menyiram tanamannya.

Sarah pun mengambil gembor untuk menyiram bunga dan saat ia menyiram bunga mawar warna ungu, ia teringat.

"Ya Allah, sampai lupa aku! Tante Mayang kan pesan bunga mawar warna ungu!"

Kemudian Sarah meletakkan gombornya lagi di bawah.

Sarah memilah-milah bunga mawar yang bagus.

"Yang mana ya enaknya?"-Sarah menyentuh kelopak bunga mawar warna ungu-"yaaa ... rontok!"

Sarah kemudian mengambil satu pot bunga mawar yang sedang kuncup, tapi terlihat sedikit warna ungu di kuncupnya sehingga ia tahu bahwa itu mawar ungu dan besok sepertinya akan mekar.

"Yang ini aja kayaknya,"

Sarah kemudian melangkahkan kakinya ke depan, berjalan ke jalanan komplek menuju rumah Ariel. Ia berjalan kaki di sisi kiri jalan seraya kedua tangannya membawa pot bunga mawar di depan.

Sesampainya di gerbang rumah Ariel, Sarah berhenti.

Sarah mengintip di balik pagar besi, melihat Ariel yang sedang menyiram tanaman di halaman menggunakan selang.

Ariel yang saat itu fokus menghadap ke tanaman, diam-diam Sarah berjalan mendekati Ariel dan berdiri di belakangnya.

"WOY!"

Sontak Ariel langsung menghadap ke belakang dan mengarahkan kepala penyemprotan air ke muka Sarah.

Oh my God

Sarah serasa dihujani badai tornado tepat di depannya.

Mukanya basah, bajunya basah, hijabnya basah, yang lebih parah lagi, mulutnya kemasukan air dari PDAM dan terasa sedikit asin.

"ARIIIEELLLL!"

Ariel kemudian menutup kepala semprotan air tersebut.

"HAHAHA, sekalian mandi, Ra."

"Nyebelin banget sih! Jadi basah kan baju aku!"

Sarah terlihat cemberut, dahinya berkerut, tatapannya maut.

Mayang pun keluar dari dalam rumah lalu menghampiri mereka.

"Ya ampuunnn ... Arieelll! Kamu ngapain nyiram Sarah!"

Mayang mendekati Sarah.

"Nggak Ma, habis hujan tadi."

Ariel mencoba mencari alasan agar dia tidak terlihat bersalah. Namun, selang panjang berwarna biru itu mengunkapkan kebenaran.

"Tuh!"

Mayang memperlihatkan selang yang masih dipegang Ariel. Ariel pun menurunkan pandangannya ke arah selang yang ia pegang. Ariel pun nyengir, merasa dirinya memang tersangka atas kejadian itu dan bukti sudah ada di tangan pelaku.

"Kamu ini! Lain kali jangan diulang lagi. Cepat ambil handuk buat Sarah!" pinta sang mama.

"Iya, Ma."

Ariel kemudian menaruh selang tersebut dan berjalan ke dalam rumah untuk mengambil handuknya di dalam kamar.

"Maafin Ariel ya, Ra."

"Iya, Tante."

Sarah tersenyum. Anggap saja Ariel tidak bersalah dan dia hanya khilaf sementara.

Mayang pun melihat bunga yang masih dibawa Sarah itu.

"Oh ini, bunga mawar pesanan Tante?"

"Iya, Tante," Sarah menyerahkan bunga mawar itu kepada Mayang dan Mayang pun menerimanya.

TENTANG ARISA [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang