Bab 42 - Tega

31 6 2
                                    

***

Jenie kemudian berhenti di pinggir jalan komplek. Ia memperhatikan kondisi di sekitar komplek dari dalam mobilnya.

Jenie melihat di kejauhan ada seorang kakek-kakek pemulung sambil membawa gerobak.

Gue punya rencana bagus! Lo bakal dibenci Ariel selamanya, Ra.

Jenie tersenyum licik. Ia akan berbuat rencana jahat.

Jenie kemudian keluar dari dalam mobil seraya membawa pigura dan boneka tersebut. Ia kemudian bejalan cepat-cepat mendekati tong sampah yang berada di pinggir jalan tidak terlalu jauh dari mobilnya.

Jenie kemudian menaruh pigura dan boneka tersebut ke dalam tong sampah.

Lalu ia kembali berjalan ke arah mobilnya. Jenie kemudian masuk ke dalam mobil. Ia menunggu kakek pemulung itu berjalan mendekati tong sampah dan berharap pemulung itu mengambil pigura dan boneka tersebut.

Beberapa menit kemudian, kakek pemulung mengambil pigura dan boneka itu dari dalam tong sampah.

"Ini pigura bagus banget. Bonekanya juga masih baru. Kenapa dibuang?" Kakek pemulung bertanya-tanya sendiri seraya memegang pigura dan boneka.

Di saat momen itulah Jenie kemudian keluar dari dalam mobilnya lalu berjalan menghampiri kakek pemulung itu.

"Kakek nemu apa?" tanya Jenie seolah-olah tidak tahu apa-apa.

"Ini, Nak. Ada pigura sama boneka masih bagus kok udah dibuang. Piguranya ada tulisannya tapi Kakek nggak bisa baca," kata sang kakek pemulung.

"Coba saya lihat, Kek."

Kakek pemulung itu kemudian memberikan pigura tersebut kepada Jenie. Jenie kemudian berpura-pura membaca.

"Ini puisi, Kek! Sepertinya punya teman saya. Bentar ya Kek," Jenie kemudian mengambil ponselnya dari dalam saku celana. Jenie akan menelpon Ariel.

"Hallo Riel! Aku tau puisi kamu ada di mana!"

"Di mana, Jen?"

"Di tong sampah!"

"Tong sampah?"

"Iya di tong sampah. Kalau kamu nggak percaya, kamu ke sini deh. Aku di depan rumah Pak Andre sama Kakek pemulung."

"Oke, sekarang aku ke sana."

Jenie kemudian menutup teleponnya. Ia tampak senang dengan rencana liciknya.

"Bentar ya, Kek. Kakek di sini dulu. Pigura ini nanti biar dilihat sama temen saya. Kalau bukan punya dia, nanti Kakek ambil aja, ya," pinta Jenie kepada pemulung itu. Ia ingin kakek itu tidak pergi karena kakek pemulung itu, ia jadikan sebagai bukti orang pertama yang menemukan barang tersebut agar Ariel percaya.

Beberapa menit kemudian, Ariel datang dengan membawa motornya.

"Beneran di tong sampah?" tanya Ariel setelah turun dari motornya.

"Puisi ini, kan?" Jenie memberikan pigura itu kepada Ariel.

"Kakek ini yang nemuin pigura itu di tong sampah. Iya kan, Kek?" tanya Jenie.

"Iya, Nak. Tadi Kakek nemu di dalam tong sampah ini. Itu punya kamu, Nak?" tanya kakek itu kepada Ariel.

"Iya, Kek. Ini punya saya," jawab Ariel.

"Ini bonekanya juga punya kamu? Ini tadi juga ada di tong sampah," sang kakek itu memberikan boneka kepada Ariel. Boneka itu tampak sedikit berdebu.

"Iya, Kek. Barang-barang ini punya saya. Dan ini adalah barang berharga saya."

TENTANG ARISA [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang