Bab 48 - Sahabat

41 8 0
                                    

***

~Bandara~

Setelah hadir dalam acara meet and greet tadi, siang hari ini Sarah ternyata akan langsung terbang ke Bali lagi. Sebelum berangkat, Sarah ditemani Nuri dan Mika di dalam bandara. Mereka duduk bertiga di kursi tempat menunggu keberangkatan.

"Ra, kenapa kamu langsung balik ke Bali? Nggak di Jakarta dulu gitu beberapa hari?" tanya Nuri.

"Nggak Nur. Langsung balik aja," jawabnya.

"Nggak pengen ketemu Ariel sebentar gitu? Dia pasti pengen ketemu kamu," kata Mika.

"Iya Ra. Kamu masih cinta kan sama Ariel?" sahut Nuri.

"Sebenernya masih sih, tapi aku udah kecewa banget sama dia," kata Sarah seraya matanya berkaca-kaca.

"Kecewa kenapa?" tanya Nuri.

"Sebelum aku berangkat ke Bali, Ariel janji akan kasih aku kejutan di stasiun. Tapi nyatanya sudah beberapa jam aku nungguin dia. Dia ternyata nggak datang. Aku bodoh banget, nungguin seseorang yang jelas-jelas nggak akan pernah datang. Aku bukan siapa-siapanya dia. Lebih sakitnya lagi, dia nitipin kado buat aku. Dan isinya itu bikin aku makin hancur Nur," jelas Sarah seraya menitihkan air mata.

"Isinya apa?" tanya Nuri penasaran.

Sarah kemudian membuka tas ranselnya. Ia mengeluarkan kotak kado yang didapatnya saat di stasiun minggu lalu.

Sarah kemudian memberikan kotak kado tersebut kepada Nuri dan Mika.

"Itu kado dari Ariel kemarin," kata Sarah saat kado tersebut sudah dipegang Nuri. Nuri dan Mika pun penasaran dengan isi kotak kado tersebut.

Saat kotak akan dibuka, Sarah disiruh petugas bandara untuk menuju ke pintu keberangkatan karena sebentar lagi pesawat akan siap terbang.

"Aku berangkat dulu ya Nur, Mik. Sampai ketemu lagi," pamit Sarah seraya beranjak berdiri. Nuri dan Mika pun menutup kembali kado tersebut lalu ikut berdiri bersama Sarah.

"Hati-hati ya, Ra," pesan Nuri dan Mika.

Sarah menganggukkan kepala lalu berjalan ke arah pintu keberangkatan seraya melambaikan tangan kepada Nuri dan Mika. Mereka berdua pun ikut melambaikan tangan kepada Sarah.

Setelah Sarah sudah tak terlihat lagi, Nuri kemudian membuka kotak kado tersebut. Dan akhirnya mereka berdua pun kaget melihat isi kotak kado tersebut berupa undangan pernikahan.

"Undangan pernikahan Ariel dan Jenie?" Nuri kaget saat membaca tulisan undangan tersebut.

"Undangan pernikahan? Mana ada pernikahan? Hubungan mereka aja udah putus," kata Mika.

"Wah bener-bener! Ini semua pasti akal-akalannya Jenie. Dia bikin undangan palsu biar Sarah jauhin Ariel? Ini nggak bisa dibiarin! Sarah harus tau kalau sebenarnya Ariel nggak nikah sama Jenie," kata Nuri.

"Betul itu. Kasihan Sarah, dia pasti berfikir hari ini adalah hari pernikahan Ariel," sahut Mika.

"RAAA! TUNGGU RAA!" Nuri berlari menuju pintu keberangkatan. Namun dicegah oleh Mika.

"Sarah udah naik pesawat, Nur! Percuma kamu kejar! Kita telpon aja!"

"Bener-bener. Ditelpon aja biar cepet!" pinta Nuri.

Mika kemudian mengambil ponselnya dari dalam tas lalu menelpon Sarah. Berkali-kali ia menelpon Sarah namun nomornya tidak aktif.

"Gimana sih, Nur! Ngapain kita telpon! Di pesawat itu semua handphone dimatiin. Ya jelas dong, nomor Sarah dari tadi nggak aktif," kata Mika setelah menurunkan ponselnya.

TENTANG ARISA [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang