(20) Sakusa Eri

2.7K 230 6
                                    

"Andai aku bisa minta cuti setidaknya dua hari lagi."

Sakusa terdengar menghela napas panjang. Dia menatap jarinya yang digenggam oleh putrinya yang berumur dua bulan, Eri. Mata hitam yang terlihat teduh itu menyipit, tersenyum menatap Eri yang terlihat memainkan mulutnya, tentu saja itu terlihat menggemaskan di mata Sakusa. Ini semua masih terasa seperti mimpi, sepertinya baru kemarin dia masih berpacaran dengan (Name). Sekilas memori masa lalu terlintas di pikirannya, membuat Sakusa tersenyum semringah.

(Name) mendapati sosok pria itu yang tersenyum lebar dan terkekeh pelan, "Lucu banget ekspresinya."

"Hmm?" Sakusa mengalihkan pandangannya menatap (Name).

(Name) tersenyum, "Kau kan sudah cuti tiga hari, sayang."

Sakusa mengulum bibirnya, kembali bermain dengan jari Eri, "Aku tau."

"Aku masih ada sisa libur sebulan lagi, sayang."

Sakusa menoleh ketika (Name) duduk di sampingnya, wanita itu menatap Eri yang terlihat anteng sehabis mandi. Tubuhnya condong ke arah Eri, dia mengajak bicara putri kecil mereka dan jelas terlihat Eri mengecap-ngecap mulutnya seakan ingin mengucapkan sesuatu.

"Apa, sayang?" tanya (Name) dengan suara gemas.

"Eri kok mirip aku banget ya," ucap Sakusa.

"Hmm,, cukup mirip." (Name) masih mengajak ngobrol Eri.

Sakusa menatap (Name) sejenak, dia belum membicarakan satu hal yang penting dengannya. Pria itu mengulas senyum, meraih bahu istrinya dan membuatnya menghadap dirinya.

"Apa?"

"Hmm, ada sesuatu yang mau aku bicarakan."

(Name) membenarkan posisinya untuk menghadap Sakusa sepenuhnya. Wanita itu siap mendengarkannya.

"Jadi begini, kau kan pasti tidak bisa menjaga Eri 24 jam setelah sebulan lagi. Lebih baik jalan keluarnya bagaimana?"

Sudah (Name) duga, pria itu akana membahas hal ini. Sebenarnya (Name) masih ragu, apakah dia akan keluar dari pekerjaannya atau tidak, pekerjaannya saat ini tidak memungkinkan untuk 24 jam menjaga Eri. Ada rasa mengganjal di hatinya jika dia tidak bisa menjaga Eri 24 jam penuh, namun di satu sisi dia juga tidak mau melepaskan pekerjaannya. Menjadi seorang chef adalah impiannya, dia bahkan rela menempuh pendidikan di New Zealand.

"Sebenarnya aku tidak rela melepaskan pekerjaanku, apa aku egois kalau bilang begitu?" tutur (Name) menoleh dengan senyum sendunya.

Sakusa menggeleng, "Tidak, sayang." Tangannya beralih menggenggam tangan (Name). Diulasnya senyuman hangat.

"Menjadi wanita karir bukanlah suatu keegoisan dari seorang ibu. Walau pun nantinya kau tidak akan 24 jam menjaga Eri, tapi kau juga masih dan tetap berperan dalam tumbuh kembang Eri. Aku juga tidak memaksamu untuk keluar kerja, aku terima apa pun keputusanmu, sayang. Ok?" ucap Sakusa mengerti perasaan istrinya.

(Name) mengulas senyum kecil sembari mengangguk, "Arigatou."

"Hmm, bagaimana kalau kita pekerjakan baby sitter?"

"Boleh, nanti kita cari yang berkompeten dan terpercaya."

(Name) mengangguk, "Iya, harus yang terpercaya. Aku takut mendapatkan yang tidak benar."

Sakusa mengangguk, "Iya, pasti. Anything for Eri."

Satu ciuman mendarat tepat di bibir (Name). Keduanya saling melempar senyuman, bersyukur mereka saling mengerti dan melengkapi.

***

See you next chapter!
#skrind🦊

Become His Wife? | Sakusa Kiyoomi X ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang