Extra Part

2.3K 172 0
                                    

"Cantiknya putri mama!" seru (Name) yang suaranya dapat Sakusa dengar dari kamar mereka.

Putri kecilnya kini baru saja lulus dari taman kanak-kanak, dan kini dia bersiap untuk melakukan pentas di perpisahan sekolahnya. Senyuman lebar tak luntur dari wajah (Name) melihat Eri yang memutar tubuhnya beberapa kali memeragakan tarian balet yang ia pelajari khusus untuk perpisahan sekolahnya. Wanita itu spontan bertepuk tangan ketik Eri mengakhirinya dengan sempurna.

"Perfect!" ujar (Name) memujinya.

Eri terlihat puas, nampaknya ia tak sabar untuk menunjukkan hasil latihannya di depan banyak orang.

"Ayo ma berangkat," ucapnya yang langsung berlari keluar kamar.

Tak lupa (Name) memasukkan barang keperluan Eri ke tas dan menyusulnya keluar. Di ruang tengah, dia sudah melihat Eri berada di gendongan ayahnya. Keduanya terlibat percakapan kecil yang membuat Eri tertawa lepas.

"Udah siap?" tanya Sakusa mengambil kunci mobil di atas meja.

Sejenak (Name) mematung di tempatnya, benar-benar pemandangan yang menyejukkan mata, "Ayah tampan banget sih."

Keduanya memandangi wajah Sakusa secara bersamaan. Membuat tawa Sakusa terdengar.

"Memang ayah paling tampan di sini," ucapnya.

(Name) tertawa kecil, namun tidak dengan Eri yang masih saja menatap wajah ayahnya lekat.

"Ayah gak mau ngasih adek cowok ke Eri?"

Keduanya mematung mendengar pertanyaan Eri. Sungguh mereka sangat tidak memperkirakan Eri berkata hal tersebut.

"Eri mau adek cowok?" tanya Sakusa yang mulai sadar.

Eri mengangguk.

"Coba tanya mama. Mama mau enggak punya adek?"

Eri menoleh menatap (Name) yang sudah berjalan keluar pintu rumah.

"Udah yuk, nanti Eri bisa telat," seru (Name) mengalihkan pembicaraan.

Sakusa tertawa pelan melihat reaksi (Name) yang seakan tidak mau membahasnya. Untunglah Eri tidak membahasnya lebih lanjut karena teralihkan oleh pembicaraan (Name) mengenai penampilannya nanti.

***

"Sayang ... gimana?"

"Apa?"

"Soal permintaan Eri," ucap Sakusa tepat di telinga (Name), karena mereka sedang berada di depan panggung menunggu penampilan Eri.

Rengkuhan tangan di pinggangnya mengerat mendekatkan dirinya pada Sakusa. (Name) dapat memprediksi bahwa pria itu sedang tersenyum miring dari balik maskernya.

"Nanti kalau dapetnya cewek bagaimana?" tanyanya balik.

Sakusa menunduk, mendekatkan wajahnya dengan (Name) yang sedang menoleh padanya.

"Konsultasi ke dokter kan bisa," ucapnya santai sembari menatap lekat.

Hanya bertatapan saja membuat jantung (Name) berdetak cepat, padahal mereka bukan lagi remaja pada awal tahap jatuh cinta. Memang berlama-lama menatap mata suaminya tidak bagus untuk jantungnya. Seketika (Name) mengalihkan pandangannya dan mulai mencari kesibukkan lain.

Apa yang kau bayangkan, (Name)!

"Kita bicarakan nanti saja," ucap (Name) mengeluarkan handphonenya.

"Foto yuk," ajaknya, sengaja mengalihkan topik pembicaraan mereka tadi.

(Name) mengambil angel foto dengan tangannya dan menyuruh pria itu untuk membuka maskernya dan berpose.

"Nanti harus dibicarakan ya."

Napas wanita itu sempat tercekat, "Iya, sayang."

Seulas senyum puas terpatri di bibir Sakusa, seakan merasa menang dengan permbicaraan ini. Mereka mengambil beberapa foto hingga,

Cup

Sakusa mencium pipinya sebelum memakai kembali maskernya.

"Ih!" tukas (Name) spontan menoleh dengan tatapan kesal.

"Kenapa?" timpal Sakusa mengerutkan alisnya.

"Jangan main cium!"

"Cuman di pipi."

"Sama aja."

Sakusa memutar bola matanya sembari menghela napas panjang. Pria itu mengeratkan kembali tangannya yang melingkar di pinggang istrinya.

"Sampai rumah, kau harus bersiap," lanjutnya menatap lurus ke depan.

***

(Name) sangat fokus mengabadikan penampilan Eri di panggung. Senyuman lebar itu tak luntur dari wajahnya sejak pertama kali Eri memasuki panggung.

"Cantiknya," gumam (Name).

Di sampingnya Sakusa bersedekap melihat putrinya menari dengan senyuman yang tampak menggemaskan. Tangannya melambai kecil ketika Eri melihat ke arah mereka.

Sakusa tak menyangka bahwa Eri sebentar lagi memasuki bangku sekolah dasar. Waktu memang berjalan dengan cepat, rasanya baru kemarin dia menggendong bayi kecil perempuannya. Semua memori masa lalu berputar dalam kepalanya, tak sadar membuat Sakusa mengulas senyum kecil.

Seketika tangan Sakusa reflek menahan tubuh (Name) yang hampir menabrak orang, "Sayang, jangan mundur-mundur, ada orang di belakang."

Reflek (Name) menoleh ke belakang, "Oh iya."

Pria itu menatap (Name) yang fokus memvideokan Eri. Perasaannya masih sama seperti waktu SMA dulu, masih saja jatuh cinta dengan pesona wanita itu dari waktu ke waktu. Tanpa sadar Sakusa tertawa kecil melihat tingkah (Name) saat memvideokan Eri.

"Jangan ketawa, suaramu bisa terekam," desis (Name) berbisik.

Tangannya bergerak mengacak-ngacak puncak kepala (Name), tentu saja hal itu langsung mendapatkan delikan kesal darinya.

"Sama-sama menggemaskan," gumam Sakusa kembali memerhatikan Eri.

***

"Eri beneran mau adek?" tanya (Name) pada Eri yang sedang makan di mobil.

"Iya, Ma."

Sakusa tersenyum, "Nanti malam dikasih kok sama Mama," timpalnya.

Seketika Sakusa merasakan cubitan di lengannya yang berhasil menimbulkan gelak tawa dari pria itu. (Name) kembali menatap Eri.

"Kalau nanti dapetnya adek cewek, bagaimana?"

"Gak apa-apa. Aku jadi ada temen main," ucap Eri dengan mulut berisi makanan.

(Name) tertawa kecil, "Eri harus sabar menunggu ya, sayang."

Dielusnya rambut hitam Eri.

"Kalau dilakukan hari ini, paling bulan depan kau udah isi, sayang," goda Sakusa menyunggingkan senyuman kecil.

Lagi-lagi Sakusa merasakan cubitan dari lengannya.

"Sakit."

"Stop it!"

Sakusa tertawa, "Ok ok."

***

End!

Become His Wife? | Sakusa Kiyoomi X ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang