(21) Eri

2K 204 0
                                    

"Halo, Oba-san. Bagaimana Eri hari ini?"

"(Name)-san, sudah pulang," ucap Nakano menoleh ke arah (Name) yang baru saja pulang kerja sore itu.

"Lihat, mamamu sudah pulang, sayang," sambungnya menggendong Eri.

Nakano Kayo bekerja dengan keluarga Sakusa baru dua bulan lamanya, namun wanita paruh baya tersebut sudah begitu akrab dengan keluarga Sakusa. Wanita berumur 50 tahun itu masih sehat dan prima, setiap pagi beliau akan datang ke rumah keluarga Sakusa dan pulang pada sore harinya ketika (Name) pulang.

(Name) tersenyum melihat anaknya yang sudah mandi dan wangi khas aroma bayi.

"Oba-san udah makan?"

Nakano mengangguk, "Udah."

"Eri hari ini rewel gak?"

"Enggak, dia lebih tenang dari kemarin."

(Name) mengangguk, dia mengambil Eri dari gendongan Nakano. Bayi berusia lima bulan itu sudah terasa lebih berat dari sebelumnya.

"Wangi banget putri mama," ucap (Name) mengajak bicara setelah dia mencium harum tubuh putrinya

"Kau lebih berat dari sebelumnya, makin embul ya. Embul banget pipinya," tutur wanita itu tak tahan dengan wajah gemas putrinya.

Lagi-lagi (Name) menciumi pipi Eri berkali-kali, hingga bayi itu seakan menahan wajah mamanya untuk berhenti menciumi pipinya.

"Oba-san, pulang aja gak apa-apa. Kalau mau bawa kue yang di kulkas, bawa aja ya."

Nakano mengangguk, wanita itu mulai membereskan beberapa barang yang berantakan. Wanita itu memang dibayar hanya untuk mengasuh Eri, namun sesekali dia juga mengerjakan pekerjaan rumah, padahal (Name) sudah melarangnya untuk hanya melakukan tugas baby sitternya.

"Baiklah, Oba-san pulang dulu ya. Eri, Oba-san pulang ya."

Nakano berpamitan pulang pada keduanya dengan membawa beberapa kue di tangannya.

***

Pada malam hari, tiba-tiba Eri menjadi rewel dan menangis terus menerus. (Name) kebingungan, padahal putrinya sudah menyusu sampai kenyang, seharusnya Eri tertidur setelahnya. (Name) berusaha menenangkan Eri, menggendongnya sembari berharap Eri cepat tenang.

"Eri kenapa?" tanya Sakusa yang akhirnya menghampiri (Name) ketika mendengar Eri tak kunjung tenang.

"Aku gak tau, dia terus menangis, padahal sudah menyusu tadi."

Sakusa yang curiga melihat wajah Eri mulai sedikit memerah, tangannya terulur menyentuh lengan kecil itu.

"Badannya hangat. Aku takut Eri demam tengah malam nanti. Coba kompres dulu pakai penurun panas," ucapnya dengan tenang, dia tidak mau membuat (Name) panik.

"Nanti kalau badannya panas, kita langsung ke rumah sakit aja, sayang. Aku takut Eri kenapa-kenapa," tutur (Name).

Sakusa mengangguk sembari menatap mata istrinya, tangannya beralih mengelus pundak wanitanya.

"Iya, sayang."

Akhirnya Sakusa membantu menenangkan (Name) sembari menidurkan Eri.

***

See you next chapter!
#skrind🦊

Become His Wife? | Sakusa Kiyoomi X ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang