(22) Syukurlah

1.9K 210 0
                                    

"Omi, kata dokter, Eri panas karna mau tumbuh gigi. Aku tidak berpikir ke arah sana, karena Eri masih lima bulan, biasanya bayi tumbuh gigi mulai umur enam bulan."

Ada raut wajah lega pada keduanya.

"Aku kira karena apa, Ya Tuhan," gumam (Name) pelan.

"Syukurlah bukan karena hal buruk. Jangan nangis lagi, Eri akan baik-baik saja," ucap Sakusa membawa tubuh (Name) dalam pelukannya.

"Aku panik, tadi wajahnya sudah sangat memerah sekali. Bisa-bisanya aku ketiduran, bukannya menjaga Eri."

Sepertinya wanita itu menyalahkan dirinya karena tertidur saat menjaga Eri.

"Sudahlah. Ja-"

"Kau tidak mengerti," sungutnya. "Karena kau tidak merasakan bagaimana perasaan seorang ibu."

Sakusa mengeratkan pelukannya, ditepuk-tepuknya pelan punggung sang istri, berharap dapat meredakan keresahan dan kegelisahan hatinya.

"Iya," bisiknya.

"Kalau aku lengah sedikit saja, mungkin Eri ... Eri, gak ... tertolong," ucapnya sendu menenggelamkan kepalanya.

"Hentikan pikiran negatifmu itu." Tangan Sakuka memukul punggungnya pelan.

"Aaa Omi," rengeknya menatap Sakusa.

"Ssttt, berisik. Nanti Eri bangun."

Sakusa membungkam mulut (Name). Keduanya saling bertatapan, dia mengira (Name) sudah diam dan tangannya terlepas dari mulut wanita itu. Namun, (Name) kembali merengek padanya, entahlah rengekan tanpa sebab yang seakan dibuat-buat olehnya.

Tangannya malah memainkan bibir (Name) hingga wanita itu tertawa mendengar suaranya yang terdengar lucu ketika tangan Sakusa menutup dan membuka mulutnya.

Sakusa tidak tertawa sama sekali, dia memasang wajah datar ketika (Name) tertawa pelan.

"Dasar! Padahal pribadimu cuek seperti ini, tapi kau tau cara membuatku tertawa," ujar (Name) bergelayut mesra pada tubuh Sakusa.

"Mulai."

"Mulai apa?"

"Gak usah menyebutku cuek."

"Ah aku koreksi, terkadang pribadimu cuek dan dingin."

Satu tangan Sakusa mencengkram sisi bibir (Name), membuat wanita itu memanyunkan bibirnya.

"Levatsin, tsakith," pintanya.

"Berisik."

Dan setelahnya Sakusa melepaskan tangannya. Kekehan lebar dari (Name) membuatnya tersenyum kecil.

"Tidur sana, aku yang jagain Eri."

"Yakin?"

Sakusa hanya menatap (Name), entahlah sepertinya istrinya ini sedang menjahilinya.

"Yakin nih? Aku bisa tidur nyenyak dong."

Tanpa menjawab, Sakusa melepaskan tangan (Name) yang melingkar di tubuhnya dan berjalan ke sisi ranjang di samping Eri.

"Jawab dong, punya mulut kan?"

"Sayang." Sakusa berucap dengan nada seakan tidak mau diajak bercanda.

Mendengarnya membuat (Name) sempat terdiam, dan mengangkat tangannya memberi tanda perdamaian, "Ok."

***

See you next chapter!
#skrind🦊

Become His Wife? | Sakusa Kiyoomi X ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang