(16) Tak bisa marah

2.7K 278 2
                                    

"Hey, sayang."

"Omi." Suara parau (Name) terdengar menyakitkan ditelinga Sakusa.

Sakusa membelai kepala (Name) lembut. Tatapan matanya tak sedetik pun teralihkan dari wajah pucat (Name). Tangan lainnya menggenggam tangan istrinya. (Name) mengeratkan genggamannya, pandangannya masih terlihat lemah dikarenakan baru saja siuman.

Perasaan bersalah seketika menyelimuti Sakusa, seharusnya dia lebih memerhatikan (Name). Suami macam apa dia yang tidak peka sama sekali dengan kondisi istrinya. Dia terlalu sibuk dengan aktivitas clubnya. Dia bahkan tidak mengetahui kalau (Name) ternyata sudah berbadan dua.

"Jangan marah," ucap (Name).

Sakusa menahan napasnya, raut wajahnya seakan menahan sesuatu. Dia merasa marah, tapi di satu sisi dia tidak bisa memarahi (Name). Tatapan (Name) menjelaskan kalau dirinya takut Sakusa marah.

"Kan udah kubilang." Sakusa menggantung kalimatnya. Dirinya menghela napas pelan.

"Sudahlah nanti saja. Syukurlah tidak terjadi hal buruk pada kalian," lanjutnya.

(Name) mengerutkan dahinya, "Kalian?"

Sakusa mencium kening (Name) yang kebingungan, cukup lama. Wanita itu dapat merasakan helaan napas Sakusa yang teratur. Pria itu mengulas senyum kecil yang lembut, tangannya perlahan meraba perut (Name), ditatapnya mata wanita itu. Tanpa berkata apa pun, (Name) pun tahu apa yang di maksud oleh suaminya.

Suasana haru menyelimuti keduanya. Kini bulir air mata mengalir di pipi (Name). Sakusa kembali mencium kening (Name), membisikkan betapa bersyukurnya dia memiliki istri seperti (Name).

"Maaf, aku janji ini tidak akan terulang lagi," lirih (Name) sesegukan.

"Omi jangan marah," bisiknya lagi.

Sakusa menggeleng cepat. Dia membelai pipi (Name), "Aku gak marah, sayang. Aku juga minta maaf, aku kurang memperhatikanmu. Maafin aku."

Hal itu membuat (Name) menangis lebih kencang, wanita itu sangat menyukai sisi lembut dan penyayang pria itu. Pria itu memang terlihat cuek dan dingin di luar, namun begitu hangat di dalam.

"Sstt sstt, jangan nangis lagi," bisik Sakusa membawa (Name) dalam pelukannya.

"Aku akan menjaga kalian. Aku janji," lanjutnya lagi.

(Name) masih sesegukan dalam pelukannya, "U-udah berapa-pa bulan?"

"Kata dokter masih tiga bulan, sayang."

(Name) mengeratkan pelukannya, "Apa di-dia sehat?"

Sakusa mengangguk, "Iya."

(Name) merasa sangat lega mendengarnya. Mulai sekarang dia harus lebih berhati-hati, dia akan selalu memastikan buah cinta mereka tetap sehat.

"I really love you, Omi."

"I love you more, baby."

***

See you next chapter!
#skrind🦊

Become His Wife? | Sakusa Kiyoomi X ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang