(28) Kembalinya

2.1K 180 2
                                    

"Gak usah nangis lagi," ucap Sakusa yang sudah lelah memberitahu (Name) untuk berhenti menangis.

"Kau terlalu berlebihan, bahuku sudah membaik," katanya mengelus puncak kepala (Name) yang duduk dihadapannya dengan gulungan kasa dan plester di tangannya.

(Name) mendelik marah menatap Sakusa yang mengeratkan dahinya. Sejenak mereka bertatapan hingga Sakusa menoyor kepala (Name) hingga wanita itu terhuyung.

"Orang sakit jangan sok jahil, aku pukul tuh bahu biar tau rasa!" tukasnya menepis tangan Sakusa di udara.

(Name) terlihat sebal setelahnya, "Kau masih belum mengerti perasaan perempuan, hah? Wajar kalau aku khawatir melihat kondisimu seperti ini. Kau mau aku gak khawatir sama sekali?"

Sakusa hanya diam melihat ocehan (Name), ekspresi wajahnya terlihat kesal namun lucu secara bersamaan. Sakusa mengangkat tanganya memberi isyarat untuk (Name) menghentikan ocehannya.

"Cukup. Kupingku panas. Aku capek, mau tidur," ucapan itu berhasil membuat (Name) terdiam dan hanya melihati Sakusa yang beranjak menaiki kasur mereka. Pria itu dengan santai berbaring tanpa menghiraukan bahunya yang terluka.

Alhasil (Name) ikut menyusul dengan raut wajah kesal. Sakusa mengambil posisi memunggungi (Name), bukan karena sengaja, namun memang hanya posisi ini yang tidak menindih bahunya. Di belakangnya, (Name) memandang punggung yang dilapisi baju tidur abu polos seperti miliknya. Jari telunjuknya menyentuh punggung, menoel-noel berharap suaminya merespon.

"Tega banget malah munggungin," gumam (Name) pelan.

"Omi," panggilnya menoel lagi. "Omi ih. Kau gak kangen denganku? Gak mau cuddle?"

"Mau cuddle?" Akhirnya pria itu menjawab.

(Name) menarik baju tidur Sakusa, "Mau!" rengeknya.

Sakusa menghela napas panjang dan duduk di kasur, "Pindah sini. Bahuku gak bisa kalau bukan di posisi ini," titahnya menepuk sisi kasurnya.

Alhasil (Name) menuruti demi mendapatkan cuddle setelah berpisah lama dengan Sakusa. Pria itu menggeram ketika tangan (Name) tak sengaja menyenggol bahunya.

"Ishh, sakit," desisnya mengeruthkan dahi.

"Maaf," ucap (Name) pelan.

Dengan berhati-hati (Name) memposisikan dirinya untuk dapat memeluk Sakusa dengan aman. Sakusa membiarkan (Name) mencari posisi nyamannya, hitung-hitung supaya marah, khawatir dan kesal wanita itu terbayarkan.

"Sayang, jangan terlalu kencang ya meluknya."

"Iya."

(Name) menenggelamkan wajahnya di dada bidang Sakusa, dia sengaja menghirup dalam-dalam parfum suaminya yang sangat ia rindukan beberapa hari belakangan ini.

"Omi,"

Sakusa berdecak, "Omi Omi, kau temanku?" ketusnya sambil memejamkan mata.

(Name) tertawa kecil, "Sayang."

"Apa?"

"Kangen aku gak?"

Sakusa menghela napas pelan, "Enggak." Hal tersebut langsung mendapat decakan dari (Name).

"Aku tau kau pasti kangen, cuman kau malu mengakuinya."

"Sudahlah, aku mengantuk."

"Ah gak seru."

Sakusa menaruh tangannya di pinggang (Name), dan menepuk-nepuk perlahan. "Aku beneran mengantuk, sayang. Besok lagi bisa dilanjut?"

"Baiklah, maaf ya, Sayang. Tapi cium dulu boleh?" pintanya menatap Sakusa.

Pria itu perlahan membuka matanya, tanpa berbicara meraih wajah (Name), memposisikan wajah mereka untuk mempertemukan keduanya.

Cupp

(Name) memejamkan mata tatkala Sakusa menciumnya dengan lembut, sungguh dia sangat mendambakan ini dari suaminya. Lama kelamaan, permainan Sakusa tidak lagi ia rasakan, bibirnya tidak lagi menyesap miliknya dan (Name) baru menyadarinya. Pria itu tertidur.

Diciumnya pelan bibir Sakusa, sekali hingga dua kali sebelum akhirnya (Name)memutuskan untuk ikut tertidur dalam dekapan suaminya.

***

See you next chapter!
#skrind🦊

Become His Wife? | Sakusa Kiyoomi X ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang