Part 2 (Perang Dunia)

2 1 0
                                    

Jam pulang sekolah telah berbunyi semua siswa berbondong-bondong keluar dari kelas menuju parkiran tempat mereka menyimpan kendaraannya.

Setelah permasalahannya dengan Kenzya, Gilang mengikuti pelajaran sampai selesai.
Gilang membayangkan kejadian taman belakang jika Kenzya bangun, dia pasti akan terguling ke samping dengan leher dan sepatu yang dia ikat.

"Hahaha..." Gilang tak sadar dia tertawa, temannya terheran dan mengerutkan keningnya.

"Kenapa Lo, kesambet?" tanya Reza.

Gilang hanya menggelengkan kepalanya, masih dengan tertawa tiada henti.
Reza dan Bagaskara hanya mengedikkan bahunya acuh tak acuh.

Sampailah mereka di parkiran, Gilang yang penasaran dengan Kenzya menyuruh Reza dan Bagaskara untuk pulang terlebih dahulu menggunakan motor sport mereka yang berwarna hitam terkesan sangat elegan.

Mereka menuruti ucapan Gilang, mereka pergi keluar dari gerbang dan Gilang pergi ke arah taman belakang.

Saat sampai taman belakang dilihatnya Kenzya masih tertidur pulas, padahal waktu pulang sudah terlewat sepuluh menit yang lalu.

"Busyet, kebo banget ini bocah, kalo gue gak kesini, bisa-bisa dia nginep sama kuntilanak," tutur Gilang sambil membungkukkan kepalanya melihat wajah  Kenzya dari dekat.

Tiba-tiba Kenzya membuka matanya, terkaget dengan Gilang yang begitu dekat dengan wajahnya, Kenzya berteriak dan bangun dari tidurnya.
Saat Kenzya bangun dengan satu kali tarikan Kenzya terjatuh kesamping dan Gilang begitu sigap menahan badan Kenzya yang tidak terlalu berat itu.

"Ya Allah ini kenapa bisi gini." ujar Kenzya melihat lehernya yang sakit, sepatu dan kakinya mengangkat, kalian bisa bayangkan bagaimana keadaan Kenzya saat ini.

"Badan Lo ringan banget, kaga pernah dikasih makan Lo," tutur Gilang yang masih menahan badan Kenzya.

"Ini pasti kerjaan Lo kan, cepet buka ikatan gue, gue gak mau tahu." Kenzya berteriak di depan wajah Gilang, sampai Gilang menutup matanya karena muncratan air liur Kenzya.

Gilang tertawa terbahak-bahak melihat Kenzya yang seperti gembel.

"Boleh, asal Lo mau ambil tawaran gue tadi di roof top gimana?" Gilang menjawab dengan menaik turunkan alisnya.

"Sial, kenapa gue harus berurusan sama anak ayam kaya dia sih, kalo gak dibuka sakit leher gue, Ya Allah, gimana ini." Gumamnya dalam hati sambil menatap wajah Gilang yang menyebalkan menurut Kenzya.

"Buruan pegel gue, mau kaga?"

"Hmm,"

"Hah? Apa sih, hm, hm mulu mau jadi Nisya Sabyan Lo."

"Ck, iya gue mau, buruan lepasin." Kenzya terpaksa menerima tawaran Gilang, dipikir-pikir bukan salah Kenzya saat di kantin tadi, tapi kenapa malah dia yang jadi kena imbasnya.

Gilang dan Kenzya sudah berada di gerbang, Gilang yang sudah membawa motornya untuk pulang.

Kenzya yang masih bingung akan pulang dengan menggunakan apa , karena biasanya dia selalu bersama degan Kirana, rumah mereka bertetangga sedari dulu.
Gilang menawarkan tumpangannya untuk Kenzya, namun Kenzya menolaknya mentah-mentah, dia sudah muak seharian ini berurusan dengan Gilang.

Kenzya berjalan mencari taksi atau kendaraan yang selalu lewat, dan akhirnya dia menemukan taksi kosong yang akan mengantarkan dia pulang.

Rumah Kenzya yang berada di kawasan kota kembang yaitu Bandung.
Kota asri yang banyak sekali penduduk nya, sedari kecil Kenzya dibesarkan keluarganya yang berasal dari Sunda.

Hati Yang Dijaga TuhannyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang