Part 24 (Shopia Berulah)

2 1 0
                                    

Di kelas sudah ada Gilang,  Reza dan Bagaskara sedang berkumpul di belakang, mereka sedang membahas tugas kelompok yang belum selesai, dilihatnya ada Shopia duduk di samping Gilang yang sedang mencatat.

"Ini kayanya harus dikerjain secepatnya, gue pengen banget santai, " ucap Reza sembari menyender di bangkunya.

"Hemm,  bener banget akhir-akhir ini tugas banyak banget,  padahal baru semester satu. " Bagaskara menimpali ucapan Reza.

"Kalian sosoan mau kuliah tapi males kerjain tugas gimana sih, " ujar Gilang melempari mereka dengan kertas.

"Ya,  formalitas aja sih,  kita kan, udah kaya lagian perusahaan pasti jatuhnya ke kita ya enggak,  Gas?" sahut Reza dengan sombongnya.

"Ternyata mereka dari keluarga kaya,  emm asyik nih,  bisa gabung sama mereka apalagi mereka enggak kalah ganteng juga, " batin Shopia berbicara sembari tersenyum.

"Ngapain Lo senyum-senyum?  Kesambet, " ujar Bagaskara yang sedari tadi menatap Shopia dengan curiga.

"Eh,  enggak kok, salah lihat kali," sahut Shopia tersenyum kikuk.

Gilang menatap Shopia dari samping, tidak ada kecurigaan sama sekali yang dia rasakan, yang jelas Shopia adalah gadis baik-baik.

**
Mata kuliah Kenzya telah selesai,  Kenzya mendapatkan sebuah pesan dari Gilang seperti biasa menemuinya di kantin,  karena jarak falkutas Kenzya dan Gilang lumayan cukup jauh.

"Habis makan di kantin, kita cari motor yang Lo mau, " ucap Kenzya sembari berjalan.

"Hemm, Lo mau bayarin? " jawab Kirana.

"Ya,  enggak lah,  gue mau nemenin doang keles, " ujar Kenzya sembari menjulurkan lidahnya.

Di sepanjang jalan Kenzya dan Kirana saling melemparkan canda tawa mereka.
Dan sampailah mereka di kantin,  dilihatnya Shopia bersama dengan mereka  Kirana memberikan kekuatan pada Kenzya untuk selalu bersabar, Kenzya mengangguk dan dia akan abai dengan kehadiran Shopia.

"Hay, Ayang," ucap Gilang menyuruh Kenzya duduk di samping Gilang.

"Hy, kamu udah pesen?" tanya Kenzya.

"Belum, nunggu kamu biar sekalian pesennya," sela Gilang sembari tersenyum menatap Kenzya.

Kenzya mengangguk dan dia memesan makanan yang sama dengan Gilang,  Gilang dengan senang hati berdiri dan mengantri makanan untuk Kenzya.

Kenzya bermain ponsel tidak berniat untuk mengobrol dengan yang lain, hanya Kirana, Reza dan Bagaskara yang saling berbicara.

Dirasakan oleh Kenzya,  Shopia hanya diam menatap dirinya dari samping seolah dia ingin berbicara pada Kenzya.

"Kenapa Lo lihatin gue? " tanya Kenzya dengan cuek.

Shopia menggeleng.  "Enggak kok,  Lo cantik , pantes Gilang Sayang banget sama Lo, " sela Shopia sembari tersenyum.

Kirana dan yang lain mendengar percakapan mereka berdua,  sampai Kirana menimpali ucapan Shopia.

"Iyalah Kenzya emang cantik,  baik hati,  enggak suka drama,  makanya Gilang Sayang sama Kenzya, bener kan ?" tanya Kirana pada Reza dan Bagaskara.

Mereka mengangguk dan memberikan jempol, Kenzya tersenyum senang karena mereka berada diposisi Kenzya.

"Iya gue tahu, makanya gue bilang gitu."

Gilang datang dan sedang membawa nampan berisikan pesanan Kenzya. Shopia menyenggol lengan Kenzya, dan menabrak Gilang saat Gilang ingin menyimpan makanannya  di meja.

"Aws..  Panas. " ringisan terdengar dari mulut Kenzya.

Mereka semua terkejut terutama para penghuni kantin,  menatap kejadian tersebut dan bertanya-tanya ada apa.

"Zya buruan berdiri,  ayo kita cuci tangannya nanti melepuh, " ajak Gilang menuntun Kenzya menuju toilet.

Mereka berdua pergi dari hadapan Shopia,  Kirana dan dua sahabat Gilang yang terlihat khawatir melihat Kenzya.

"Lo sengaja yah,  celakai Kenzya? " tunjuk Kirana pada Shopia.

"Lo ada bukti gue yang mau celakai? Dianya aja yang enggak hati-hati, kenapa jadi gue yang disalahin. " Shopia acuh sembari melanjutkan bermain handphonenya.

Reza dan Bagaskara meredamkan amarah Kirana,  tidak akan menang lawan Shopia jika tidak ada buktinya,  padahal mereka tidak terlalu dekat,  dan tidak tahu asal-usul Shopia,  namun firasat mereka yang mengatakan bahwa Shopia adalah orang yang belum tentu baik.

--
Di kediaman Rendi Irawan dan Miska Dwinara,  mereka sedang makan siang disebuah restauran ternama,  Rendi ditemani meeting bersama Miska,  terlihat sang istri sedang kalut karena anak gadisnya sedang berada jauh dari jangkauannya.

"Pah,  Mamah kangen sama Zya, dia kok, enggak ngabarin Mamah yah," ucap Miska dengan sendu.

"Mungkin masih jam kuliah Mah, nanti juga kalau ada waktu biasanya Zya nelpon, udah sabar. Doain aja supaya Zya di sana sehat terus," jawab Rendi yang sedang meminum kopi.

Miska menarik nafasnya dan mengangguk mengiyakan ucapan Rendi, meskipun dalam hati firasat sang Ibu tidak pernah meleset, bahwa sudah terjadi sesuatu kepada anaknya itu.

"Udah mukanya enggak usah ditekuk,  nanti cantiknya hilang. " Rendi mencubit pipi miska yang terlihat tembam.

"Ih,  Papah apa-apaan sih,  malu tahu. " Miska menutup mukanya yang terlihat memerah.

"Cie,  Mamah salah tingkah,  biarin dong,  anggap aja kita masih muda. " Rendi gemas sendiri melihat istrinya.

"Oh iya,  klien Papa mana? " tanya Miska.

"Tuh,  orangnya. " tunjuk Rendi pada kliennya yang baru saja tiba.

Klien Rendi yang bernama Yudistiro Mauren itu terlihat sangat gagah dan tampan, dia bersama dengan istrinya Yulvia nurmala,  mendatangi meja Rendi dan Miska.

"Sorry gue telat.  Biasa Kota Bandung lagi macet-macetnya, " ucap Yudistiro pada Rendi sembari berjabat tangan terlebih dahulu.

"Santai, ayok silahkan Duduk." ajak Rendi.

"Oh,  iya kenalin,  istri gue. " Yudistiro memperkenalkan Yulvia pada Rendi dan Miska.

Sebelum mereka mendiskusikan bisnisnya, terlebih dahulu mereka saling berkenalan satu sama lain,  ternyata Yulvia dan Miska mudah sekali berbaur,  mereka berbincang bersama dengan asyik,  Rendi dan Yudistiro pun asyik membicarakn bisnis yang akan mereka garap bersama.

"Oh,  ternyata kamu punya anak cowok."

"Iyah jeng,  dia lagi kuliah di Jakarta ambil Management Bisnis,  biasa, biar perusahaan nantinya dia pegang sendiri," ujar Yulvia.

"Sama dong,  anak saya juga kuliah di Jakarta ambil Management Bisnis, dia kost di sana, di suruh di apartemen dia nolak, katanya pengen cobain jadi anak kosan," sahut Miska.

"Anak gadis biasa kaya gitu jeng, anak saya tinggal di apartemennya, soalnya anak saya yang cowok orangnya dingin, kalau yang belum kenal pasti kesel, irit banget jeng, mau sama saya atau Papinya gitu." Yulvia menjelaskan dengan rinci sikap anaknya itu.

Mereka pun akhirnya asyik berbincang , dan tiada hentinya mengomentari masing-masing anak gadis dan anak laki-lakinya itu.

Mereka berharap bisa meluangkan waktu bersama untuk sekedar makan malam dan saling mengenal, meskipun Miska tahu Kenzya sudah memiliki kekasih.

Hati Yang Dijaga TuhannyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang