Part 3 ( Dihukum Bareng)

2 1 0
                                    

Setelah pembayaran mereka pergi dari kasir menuju pintu keluar.
Mereka berdua saling menyalahkan satu sama lain, sifat mereka di bilang sama, sama keras kepala.

Gilang pergi dari hadapan Kenzya, dan Kenzya pergi berlawanan arah dari Gilang.

"Kenapa gue harus ketemu sama cowok rese kaya dia sih," sepanjang jalan Kenzya menggerutu karena kesialannya hari ini bertemu dengan Gilang.

Sampai tak terasa Kenzya sudah berada di depan rumahnya yang bercat putih dengan model rumah klasik.

Gilang membawa motor dengan kecepatan tinggi, sampai di apartemen Bagaskara hanya membutuhkan waktu tujuh menit yang harusnya lima belas menit, oke bisa dibayangkan bagaimana Gilang membawa motornya.

Gilang sudah sampai dilantai 30 apartemen, di pencetnya sandi milik Bagaskara.
Gilang memasuki apartemen sambil menggerutu tiada henti, Reza dan Bagaskara menatap Gilang dari tempat mereka duduk sampai Gilang sudah duduk dihadapan mereka.

"Kenapa Lo, datang bukannya ucap salam, malah marah-marah," ucap Reza sambil membuka kulit kacang.

"Gue ketemu kuntilanak sial kan,"

"Hah, dimana?" ucap serempak Reza dan Bagaskara.

"Di supermarket," jawab singkat Gilang sambil rebahan dan membuka minuman kaleng yang tadi dia beli.

Reza dan Bagaskara bingung dengan jawaban Gilang, mana ada kuntilanak di supermarket, apa jangan-jangan kuntilanak zaman sekarang pada modern yak. Reza dan Bagaskara saling pandang dan mengedikkan bahunya acuh.

Mereka bermain PS sampai larut malam, Gilang yang sedang bermain PS sudah di telepon oleh sang Bunda untuk segera pulang, dia cepat-cepat pergi berlalu dari Apartemen Bagaskara.

**
Alarm sudah berbunyi berselang lima menit sekali, hingga waktu menunjukan puku setengah tujuh pagi, gadis yang tomboy namun cantik mematikan alarmnya, sambil melihat jam tersebut.

"Astaga, setengah tujuh, busyet ini mamah kok, gak bangunin Zya sih," Kenzya berlari sambil melempar jam yang dia pegang kesembarang arah, dia harus cepat-cepat bergegas jika tidak ingin, bertemu dengan yang namanya hukuman.

Kenzya turun dari kamar menuju meja makan, dilihatnya sang Mamah sudah membereskan sarapannya, hanya tersisa segelas susu putih yang dia temukan.

"Oke fix, Mamah tega sama Kenzya, gak bangunin." Kenzya merajuk pada Sang Mamah.

"Mamah capek udah berapa kali balikan mamah gedor kamar kamu, tapi yang mamah dapet apa ? Suara dengkuran kamu, jadi mamah biarin aja kamu telat terus dihukum." ucap santai sang Mamah pada anak gadisnya itu.

"Dah lah, capek ngomong sama Mamah gak akan bener, Zya pamit bye Assalamualaikum," pamitnya sambil berlari ke arah gerbang untuk mencari taxi.

Sang Mamah menatap kepergian anak gadisnya sambil menggelengkan kepala dan menghembuskan nafasnya gusar.

"Ngidam apa aku dulu, anak gadis kelakuan kaya preman, ya Allah," sang Mamah mengelus dadanya bersabar.

Sampailah Kenzya di depan gerbang yang sudah tertutup rapat.
Dilihatnya Pak Satpam sedang meminum secangkir kopi yang masih panas.

"Pagi pak Mamat," sapa Kenzya pada Pak Mamat satpam sekolah Nusa Bangsa.

"Eh Neng Kenzya, telat lagi Neng," jawab Pak Mamat pada Kenzya, mereka memang sudah akrab sejak dari dulu, karena tingkah laku Kenzya yang selalu membuat onar.

"Yoi dong Pak, kalo gak telat gak keren, tapi sekarang tolong buka ya, Pak, Kenzya mau ulangan, kalo Kenzya gak ulangan nanti dapet nilainya nol dong," Kenzya sedang menjalankan perannya sebaik mungkin supaya Pak Mamat mau kasihan padanya.

Hati Yang Dijaga TuhannyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang