Part 25 (Mengungkapkan Perasaan)

7 1 0
                                    

"Gimana udah mendingan? " tanya Kirana melihat Kenzya sedang berbaring menatap lengannya sendiri yang sudah di perban di UKS kampus. Dan sejak tadi siang sampai kosan oun,  Kenzya enggan berbicara pada siapapun,  termasuk Gilang.

"Hmm,  gue mau istirahat, sorry gue enggak bisa nganter Lo beli motor. " Kenzya berbalik membelakangi Kirana.

Kirana yang paham dengan situasi Kenzya,  memilih untuk pergi sendiri,  dan sebelum itu Kirana berpamitan terlebih dahulu pada Kenzya.

Kenzya kembali menatap langit-langit kamar kosannya,  mengingat kejadian tadi terus berputar di kepalanya,  dia yakin bahwa Shopia yang menyenggol lengannya,  namun mengapa Shopia tidak meminta maaf?  Seolah-olah ini adalah kesalahan Kenzya sendiri.

"Gue yakin,  ini ulah dia,  kenapa dia pura-pura tidak terjadi sesuatu? Apa ini unsur kesengajaan? " Kenzya bermonolog sampai dering telepon terdengar.

Dering is call My Mom.
"Hallo?  Assalamualaikum. " salam Kenzya pada Mamahnya.

"Wa'alaikumsalam,  Sayang,  gimana sehat?  Mamah di sini khawatir sekali,  apa di sana kamu baik-baik saja? " tanya Miska dengan nada khawatir.

"Hmm.. Zya baik-baik aja Mah,  Mamah enggak usah khawatir. "

"Kamu yakin?  Kok,  Mamah kurang yakin,  jujur Sayang,  kamu baik kan? "

"Iya Mamahku Sayang,  Zya baik kok, udah ah,  jangan berpikir yang enggak-enggak,  pokonya doain Zya di sini,  nanti libur semester Zya pasti pulang."

"Baiklah,  Mamah tunggu.  Mamah sudah merindukan anak gadis yang pemalas ini, Oh iya,  Kirana kemana?  Biasanya ikut nimbrung. "

"Dia lagi ke sorum motor Mah, dia udah bosen pakai angkot. "

"Oh,  kamu mau Mamah belikan mobil? Kamu juga di sana naik angkot terus kan."

"Enggak perlu Mah, Zya bisa nebeng sama Kirana kok."

"Kamu jangan nyusahin Kirana terus dong. Ya udah Mamah mau masak dulu, buat makan malam nanti, kamu di situ baik-baik yah,  Assalamualaikum. " pamit Miska pada Kenzya.

"Iya Mah,  Waalaikumsalam," jawab Kenzya sembari mematikan sambungan teleponnya.

**

Di apartemen Gilang dan dua sahabatnya berada mereka sedang melakukan aktifitas seperti biasa apalagi kalau bukan bermain games. Gilang bermain sembari tiada hentinya memikirkan keadaan kenzya,  saat pulang tadi Kenzya terdiam tidak mudah berbicara itu yang ada di pikiran Gilang saat ini.

Dering telepon terdengar di handphone milik Gilang,  Gilang yang kegirangan melemparkan stik gamesnya dan berlari menganggil handphone tersebut.

Saat mengangkat telepon,  ternyata bukan suara Kenzya yang dia dapatkan melainkan suara wanita yang tidak asing terdengar.

"Zya! " panggil Gilang.

"Eh,  sorry Lang  gue Shopia,  Lo enggak save nomor gue? " tanya Shopia.

"Oh,  iya sorry gue kira Kenzya.  Ada apa Lo nelpone gue? "

"Gue mau minta tolong boleh? " ucap Shopia dengan nada berbisik.

Gilang menaikkan satu alisnya bingung.  "Minta tolong apa? "

"Tolong beliin gue pembalut bisa? Hehe , enggak ada lagi orang yang bisa gue minta tolongin. Please! " mohon Shopia pada Gilang.

Gilang diam dan seketika dia mengangguk menyetujui permintaan Shopia. Tidak lama sambungan telepon mereka terputus sepihak oleh Gilang sendiri.

Reza dan Bagaskara melihat Gilang sedang mengambil kunci mobil dan jaketnya,  sepertinya dia akan keluar menurut pemikiran mereka berdua.

"Lo mau kemana? " tanya Reza.

"Emm,  gue mau keluar bentar. Enggak akan lama kok,  oke." Setelah itu Gilang keluar apartemen dengan tergesa,  dia berlari ke arah basement di mana tempat mobil miliknya terparkir.

Gilang mengendari dengan kecepatan sedang,  karena jarak dari apartemen ke arah rumah Shopia tidak terlalu jauh.
Di perjalanan dia mencari sebuah supermarket,  dia akan mencoba mencari sesuatu yang Shopia butuhkan.

"Selama gue jadian sama Kenzya,  belum pernah gue ngalamin kaya beginian. " monolog Gilang yang sudah berkeringat dingin menahan malu,  Gilang pun sudah berada di depan rak tempat pembalut wanita.

Tanpa pikir panjang dia membeli kebutuhan wanita dengan semua jenis merek,  dia lupa menanyakan pada Shopia pembalut apa yang harus dia beli,  Gilang cepat-cepat berlari ke arah kasir,  dia membayar lalu membawa satu kantong keresek yang berisikan pesanan Shopia.

Dan sampailah dia di tempat Shopia,  dengan rumah yang tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil,  rapi dan halaman cukup luas.

Gilang menelpon Shopia,  memberitahukan bahwa dirinya sudah berada di depan gerbang rumah Shopia,  tanpa berlama-lama pembantu Shopia membukakan gerbang dan Gilang pun memasuki halaman rumahnya.

"Nih. " Gilang menyodorkan belanjaan tersebut ke hadapan Shopia.

Shopia mengambilnya dan tidak lupa mengucapkan terima kasih,  lalu berlari menjauh dari hadapan Gilang menuju kamarnya.

Lima menit menunggu Shopia keluar dari kamarnya dan melihat Gilang sedang duduk di sofa ruang tamu,  dengan di temani segelas air teh hangat yang diberikan pembantu Shopia.

"Thank yah,  dan maaf udah ngerepotin, " ucap Shopia dengan tersenyum

"Kenapa enggak minta tolong pembantu Lo aja tadi? " jawab Gilang.

"Oh,  itu emm..  Tadi pembantu gue lagi keluar entah kemana,  gue cari enggak ada,  gue panik dong,  jadi gue langsung nelpon Lo deh,  ganggu yah? " tanya Shopia.

"Enggak juga sih," sela Gilang.

Mereka berdua diam sejenak,  Shopia ingin mencoba berbicara pada Gilang,  mengutarakan isi hatinya. 

"Lang,  gue mau ngomong sesuatu sama Lo, " ucap Shopia.

"Bilang aja, " jawab Gilang dengan keheranan.

"Emm, sebenernya gue suka sama Lo dari awal ospek,  gue kira Lo belum punya cewek, jadi gue naruh hati sama Lo, " ungkap Shopia pada Gilang.

Gilang terkejut dengan ungkapan Shopia barusan,  jadi yang diucapkan Reza dan Bagaskara itu benar.

"Gilang, Lo harus inget,  Lo punya Kenzya. " gumam Gilang di dalam hati.

"Duh,  gimana yah, gue anggap Lo cuma sahabat, dan  sorry banget gue udah punya pacar,  dan Lo tahu gue sesayang itu sama Kenzya," ucap Gilang dengan tegas.

"Iya santai aja,  gue cuma ungkapin aja kok,  oh yah,  jangan jauhin gue yah,  gara-gara ini,  gue cukup lega aja dan gue enggak mau kehilangan sahabat lagi, " jawab Shopia degan tenang,  tapi ternyata tidak setenang apa yang dibayangkan,  dia mengepalkan lengannya kuat-kuat menahan amarah karena cintanya sudah ditolak oleh Gilang.

"Oh,  iya tenang aja gue enggak akan jauhin Lo kok,  emm,  gue balik yah,  Kenzya udah nelponin gue nih. " pamit Gilang pada Shopia.

"Hmm,  sekali lagi makasih, udah repot-repot ke sini dan ini uang pesenan gue,  Lo hati-hati di jalan, " ucap Shopia sembari mengantarkan Gilang ke luar rumahnya.

"Enggak usah, gue ikhlas kok, yaudah gue pamit."

"Hmm." Shopia mengangguk sembari menatap kepergian Gilang yang sudah keluar dari gerbang rumahnya.

"Lo harus sabar, ada peluang Lo harus masuk ke dalamnya." monolog Shopia dengan mengangkat bibir mungilnya ke atas.

Di perjalanan pulang,  Gilang tiada hentinya mengingat ucapan Shopia yang dengan jujurnya mengungkapkan perasaannya sendiri di hadapan Gilang.

"Lo cantik Shop, tapi gue tetap milih Kenzya jadi pasangan gue."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 20, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hati Yang Dijaga TuhannyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang