41. DAMN MISSION!

1.1K 144 5
                                    

hi 🤗 I'm back 👋

Btw vote sama komennya jangan lupa yaa🤗

It's FIKSI! Just my imagination!

Thank you and happy reading 👋

***

Langit sudah semakin gelap, keadaan sekitar pun menjadi temaram Karena di desa yang bangunannya setengah hancur ini hanya di terangi oleh beberapa Obor yang menyala.

Aegle dan Aileen menghela nafasnya dan berjalan sebentar disini, bertujuan untuk menyapa beberapa warga yang melintas atau sedang mengobrol dengan anggota atau tetangganya.

"Gue laper" gumam Aileen pada Aegle.

"Yaudah, kita masak aja gimana? Gue bawa mie" Aegle membalas dengan berbisik.

"Lo bawa mie ke sini?" Tanya gadis itu speechless.

"CK, iya. Mau gak? Kalau gak mau yaudah biar gue abisin sendiri."

"Ih Lo mah gitu. Gue mau"

Memutar bola matanya malas, Aegle langsung berjalan kembali ke tempat pak Saif dan Bu Eka.

Sesampainya mereka disana, Aegle langsung mengambil mie yang mereka perlukan lalu meminta izin pada pak Saif untuk memasak.

Pak Saif yang mendengar permintaan itu langsung menyetujuinya.

"Silahkan, kalau gitu saya permisi" pamit pak Saif yang ingin berbicara dengan istrinya-bu Eka.

Aegle dan Aileen langsung ke dapur sederhana itu dan memasak dua Indomie goreng dengan perasaan senang.

Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya Aegle dan Aileen membawa mie tu ke meja makan kecil yang terbuat dari bambu.

Mereka melahapnya dengan tenang.

Sesudah mie itu habis, barulah mereka kembali ke dapur untuk mencuci mangkuk yang sudah mereka pakai.

***

Kini Aegle dan Aileen ada di ruang tengah-tempat mereka untuk tidur malam ini. Dengan beralaskan tikar yang pak Saif dan Bu Eka punya, mereka mau tak mau harus menyesuaikan diri dengan keadaan sekarang.

Aegle dan Aileen tidur di pojok kanan, sedangkan Bu Eka dan pak Saif di pojok kiri. Ada tas sebagai penghalang diantara mereka.

Saat mereka semua ingin memejamkan mata, terdengar suara ribut luar dikarenakan ada warga yang meminta tolong sambil berteriak.

Refleks keempatnya langsung terbangun dan menghampiri asal suara berisik tersebut.

Saat sudah ada di kerumunan warga, pak Saif membelah kerumunan itu untuk melihat apa yang sedang terjadi.

Pak Saif dan Bu Eka langsung menutup mulut mereka sambil menangis saat melihat keadaan salah satu anak lelakinya yang sudah berlumuran darah dan terdapat banyak cambukan di punggungnya.

"ASTAGA" teriak Bu Eka sambil mendekap anaknya yang sudah sekarat.

"Ibu? bapa?" Panggil anak itu dengan suaranya yang lemah.

"S-sakit pak"

"Cium Radit dulu Bu, pak. Baru Radit bisa pergi.... dan ini" Radit memberikan kalung perak yang langsung digenggam oleh pak Saif.

Pak Saif dan Bu Eka yang mendengar itu langsung menggeleng dan semakin erat memeluk anaknya.

Tapi saat dirasa napas anaknya sudah benar-benar tersendat, mereka terpaksa mencium kening Radit secara bergantian.

THE POISON TWINS (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang