1

1.8K 136 6
                                    

Hampa...

Itu yang tengah pemuda bersurai hitam pekat di hadapan batu nisan dengan nama yang tak ia sangka akan tertulis disana, suasana duka juga masih menyelimuti keluarga ini bahkan dari banyaknya pelayat tak satu pun ia melihat orang yang sering di ceritakan pemilik nisan padanya hanya tetangga rumah dan beberapa orang kenalan orang tua mereka.

Langkah kaki pemuda itu berjalan mendekati seorang lelaki manis nan cantik yang saat ini tengah duduk di samping sang mantan suami dengan mata sembab dan wajah penuh air mata.

Ia tak suka melihat orang yang melahirkannya dan pemilik nisan itu menangis seperti ini, ia tahu orang yang sangat berjasa ini sedang kehilangan setengah jiwanya sama sepertinya.

Harus ya hari ini ia menunggu panggilan sang appa untuk bertemu dengan pemilik nisan itu setelah hampir sepuluh tahun tak bertemu dengan kabar bahagia jika pemilik nisan itu tengah menunggunya di rumah dengan sang eomma, bukan datang dengan kabar 'adik mu berpulang'

Hancur, ia juga sama hancurnya tak ada yang tak hancur mengingat kepergian pemilik nisan dengan cara yang sangat tak terduga, bunuh diri dengan hasil otopsi adiknya depresi padahal dari cerita sang eomma sang adik baik-baik saja.

Waktu terus berjalan kini tiga orang itu berada di dalam rumah sederhana milik sang eomma memang sejak berpisah eomma memilih untuk hidup sederhana meski appa meninggalkan rumah mewah untuk eomma namun sang eomma memilih untuk hidup sederhana dengan sang adik berbeda dengan nya namun tak membuatnya hidup dengan sombong.

"Kau tak apa?"tanya sang eomma
"Hilang eomma, separuh semesta ku hilang"ujarnya lirih
"..."
"Padahal aku ingin sekali bertemu dengannya hari ini setelah sepuluh tahu tapi yang ku temui hanya nisan dan abu miliknya saja...apa yang terjadi eomma sampai adik ku melakukan hal gila seperti itu"
"Eomma tak tahu...adik mu tak pernah bercerita sedikit pun pada eomma mengenai kehidupannya ia hanya bercerita jika ia senang bisa bersekolah di sekolah milik appa kalian"
"..."
"Istirahatlah, eomma akan menemui appa kalian dulu"

Ia hanya mengangguk saat sang eomma pergi meninggalkan kamar dengan sejuta kenangan milik Sanga adik yang begitu berharga, ia tahu adiknya bukan orang yang akan melakukan hal gila tanpa ada satu penyebabnya.

Ia melangkahkan kakinya menuju meja belajar milik sang adik, jari-jemarinya bergerak menyentuh semua barang milik sang adik sampai terhenti pada satu buku hitam yang terselip diantara buku tulis lainnya.

Ia membuka buku berwarna hitam itu dan membaca lembar perlembar disana yang sukses membuatnya marah, ia tak menyangka jika sang adik mengalami hal yang tak pernah ia sangka selama di sekolah.

Bahkan ia mendapati satu tulisan yang sukses membuatnya ingin berteriak sekencang-kencangnya

'aku lelah...biarkan aku mati'

Langkah kaki ya berjalan keluar dari kamar milik sang adik dan menghampiri kedua orang tuanya yang sudah bercerai lama  itu dengan pandangan yang tak bisa di artikan.

"Appa aku ingin tinggal bersama eomma dan bersekolah di sekolah milik appa, aku ingin tahu apa yang terjadi pada adik ku dan akan ku buat mereka merasakan hal yang sama seperti adik ku"

Kedua orang dewasa itu hanya diam mereka tahu jika pemuda yang statusnya adalah putra mereka akan seperti ini, langkah kaki pemuda itu berjalan menuju bingkai foto yang berada di tengah-tengah dua vas bunga.

Kedua orang dewasa itu hanya diam mereka tahu jika pemuda yang statusnya adalah putra mereka akan seperti ini, langkah kaki pemuda itu berjalan menuju bingkai foto yang berada di tengah-tengah dua vas bunga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Aku akan membalaskannya min jihoon tenang saja jangan khawatir"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc

Love RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang