Duduk termenung di bangku taman sekolah menjadi tempat dimana jihoon sedang asik melamun saat ini bahkan ia tak peduli dengan wonwoo yang mengomel karena pergi kekantin seorang diri.
Jihoon sedang butuh waktu berfikir saat ini, ia masih terngiang-ngiang mimpi saat ia sedang di rumah sakit atau lebih tepatnya saat ia belum sadar dari pingsan panjangnya.
Sebelumnya...
Hamparan rumput hijau menjadi tempat dimana jihoon berdiri sekarang bahkan jihoon rasa tak ada manusia lain selain dirinya disini.
"Lee jihoon!"
Kepala jihoon menoleh kesana kemari untuk mencari siapa yang memanggilnya disaat ia masih bingung seperti ini sampai kedua matanya tertuju pada pemuda yang tengah duduk dibawah pohon melambaikan tangan kearah nya.
"Woozi-ya"lirih jihoon
"Lee jihoon!"teriak woozi lagiLangkah kaki jihoon berjalan mendekati woozi yang masih setia duduk dengan tersenyum dan duduk disamping woozi, jihoon sudah lama tak melihat wajah jihoon apalagi jika sedang tersenyum manis seperti ini.
"Kenapa melihat ku?"bingung woozi
"Harusnya aku yang tanya...kenapa meninggalkan ku"tanya jihoon
"..."
"Jawab aku woozi-ya"
"Aku lelah dan tak ingin menambah beban appa dan eomma"
"Kalau pak tua itu gak akan menganggap mu sebagai beban, mereka saja yang kelewat bodoh"
"Jangan hukum mereka dengan mengambil nyawanya ji...mereka tak sepenuhnya salah karena memang mereka ada pengendalinya, hukum mereka dengan wajar saja dan kau harus hati-hati dengan dia...dia bersembunyi dibalik rasa simpati kau harus berhati-hati ya jihoon-ie!"End...
Jihoon masih tak mengerti siapa yang woozi maksud dengan 'dia', keterangan yang jihoon dapat adalah bersembunyi dibalik rasa simpati' harusnya jihoon bisa menahan woozi lebih lama agar ia tak kesulitan seperti ini.
"Apa yang kau pikirkan?"ujar soonyoung entah datang dari mana
Plak!
Bugh!
Satu tamparan dan pukulan soonyoung dapatkan pada kedua pipinya, jihoon bukan sengaja tapi terkejut karena tiba-tiba ada orang di sampingnya dan anggap saja itu refleks jihoon.
"Sakit jihoon"ujar soonyoung
"Mau ku tambah? Salah sendiri datang tiba-tiba seperti setan, kalau aku jantungan bagaimana? Kau mau kasih jantung mu ha?"ujar jihoon kepalang kesal
"Mana ada setan setampan aku"
"Kau? Tampan? Sepertinya tampan setan daripada kau, karena setan tidak punya mata sipit seperti kau"
"Penghinaan"
"Kenapa kau disini?"
"Hanya menemani mu saja, ku lihat kau sedari tadi duduk melamun disini, apa yang kau lamun kan?"
"Bagaimana cara untuk menghabisi mu, sepertinya jika hanya dimutilasi kurang?"
"Kau tega ji?"
"Tentu saja, memangnya kau apa sampai aku tak tega memutilasi mu...kau ingin ku mutilasi sekarang? Tujuan mu datang menemui ku karena ingin tahu dimana min jihoon bukan?"
"Tentu saja....iya hehehe"
"Haha hehe ku tunjuk juga itu gigi"
"Kau sungguh tak ingin memberitahu ku dimana min jihoon?"
"Iya, aku tak akan memberitahu mu...cari sendiri"Soonyoung terdiam cukup lama ada dua alsan soonyoung mencari keberadaan min jihoon pertama karena ia rindu sosok manis dan ceria itu bahkan ramah, jihoon disampingnya ini terlalu bar-bar jika dikatakan saudara min jihoon.
Kedua ada seseorang yang selalu menunggu kedatangan pemuda manis itu di setiap minggunya untuk menemani kegiatan orang yang juga sama berharganya untuk soonyoung.
"Kau tahu?"ujar soonyoung
"Tidak kau belum bicara"sahut jihoon
"Makannya dengarkan dulu"
"Ya cepat sebelum bel masuk"
"Aku bertemu dengan min jihoon di satu tempat yang tak terduga, dia saat itu sedang jadi relawan sejak saat itu aku berteman dengannya bahkan aku tak tahu jika kami satu sekolah dan yang ku tahu dia menjadi bahan Bullyan siswa lain, alasan ku mencari min jihoon adalah seseorang tengah merindukannya"
"Kau bertemu dengan jihoon di rumah sakit kan?"
"Kau tahu?"
"Adik itu bercerita pada ku...katanya dia bertemu lelaki bodoh bermata sipit di rumah sakit saat ia menjadi relawan dan orang yang merindukannya itu eomma mu...aku benar?"
"Kalian sangat dekat rupanya"
"Ya karena itu yang bisa kita lakukan sejak pak tua bodoh itu tega memisahkan kami"