Hari terus berjalan tak ada hal istimewa dalam hidup jihoon kecuali menanggapi kekonyolan soonyoung di setiap harinya contohnya pagi ini, ia yang tadinya ingin berangkat naik bus malah berakhir berangkat dengan soonyoung karena soonyoung sudah berdiri di depan pagar rumah yoongi.
Kenapa jihoon sebut konyol karena setiap di tanya kenapa lelaki bermata sipit itu hanya akan menjawab iseng atau kurang kerjaan saja, wonwoo berangkat dengan mingyu makanya setiap pagi jihoon memilih untuk naik bus karena malas menyetir.
Jihoon turun dari mobil soonyoung dengan santai dan pemandangan itu cukup wajar bagi siswa yang lain belakangan ini terlebih memang jihoon sering sekali pergi atau kemana pun dengan soonyoung.
"Mau ku antar sampai kelas tidak"ujar soonyoung santai
"Tidak perlu, untuk ke kelas aku bisa sendiri kau ke kelas mu sendiri semangat untuk hari ini"sahut jihoon
"Jihoon, apa jawaban mu masih sama? Sungguh tak ada kesempatan untuk ku memulai?"
"Jika hati mu masih menganggap ku woozi maka jawaban ku masih masih sama"
"Kesempatan untuk ku"
"Ku beri kau kesempatan untuk membuktikan itu"Setelah itu jihoon pergi meninggalkan soonyoung yang masih mematung, mungkin tak salah jika memberi kesempatan untuk soonyoung dan semoga saja Soonyoung tak lagi menganggapnya sebagai woozi tapi sebagai jihoon.
Langkah kaki jihoon berjalan menuju kelas dengan tenang, satu tahun belakangan ini memang tak ada gangguan sama sekali jadi jihoon bisa tenang bahkan ia sudah tak pernah melihat Naeun atau lebih tepatnya Naeun yang tak terlihat, namun saat di kelas akhir ini jihoon tidak satu kelas dengan wonwoo karena wonwoo satu kelas dengan mingyu.
Kadang jihoon sedikit kesal dengan wonwoo karena lebih banyak menghabiskan waktu dengan mingyu jika di rumah pun mereka di sibukkan dengan kegiatan belajar untuk persiapan ujian, mereka ingin jadi anak baik dan penurut makannya mereka belajar.
Sesampainya di kelas pemandangan yang pertama jihoon lihat adalah beberapa murid mengerubungi mejanya dan siapa sangka jika meja milik jihoon sudah penuh dengan coretan dengan tulisan keji bahkan meminta jihoon untuk mati.
"Jihoon-na"ujar doyoung selaku ketua kelas
"Ini siapa yang melakukannya?"tanya jihoon
"Kami tak tahu ji saat aku dan hanbin masuk meja mu sudah penuh coretan"ujar Jenni murid yang duduk di depan jihoon
"Susah tak apa, biar aku bersihkan"Jihoon melihat jam tangannya dan melihat jam ia masih punya cukup waktu untuk membersihkan mejanya sebelum jam pelajaran pertama dimulai, beruntung jihoon satu kelas dengan murid yang baik jika tidak mungkin kelas ini sudah penuh dengan korban pembantaian jihoon.
Jauh dari tempat jihoon berdiri dua orang tengah memantau keadaan jihoon dan pelaku, mereka tahu semua kebenaran yang ada bahkan sampai detik-detik woozi menghembuskan nafas terakhirnya pun mereka tahu.
.
.
.
Hari berlalu dengan cepat kedekatan soonyoung dan jihoon juga semakin dekat, menghabiskan waktu berdua hanya untuk bertukar cerita atau pendapat saja tentang perasaan mereka tak perlu dipertanyakan lagi karena sejak jihoon memberitahu mengenai woozi sejak saat itu juga jihoon mulai jatuh hati.Namun ada satu yang berbeda selama ini kedekatan jihoon dengan wonwoo sedikit merenggang jihoon sadar akan hal itu namun tetap membiarkan wonwoo tetap pada zona nyamannya jihoon tak ingin menggangu kenyamanan wonwoo.
Hari ini seperti hari sebelumnya meja jihoon sudah penuh dengan coretan dan sampah, jihoon tahu siapa pelakunya bahkan tanpa harus melihat cctv sekolah pun jihoon tahu namun saat ingin keluar jihoon di kejutkan dengan wonwoo yang berdiri didepan kelas dengan wajah suram
"Kau kenapa?"bingung jihoon
"Kau yang menyebarkan ini di base sekolah ji"sahut wonwoo sebari menunjukan berita pada base sekolah
"Bukan aku, kau tanya dulu adminnya kenapa langsung menuduh ku"
"Karena hanya kau yang tahu ji, masa lalu buruk ku hanya kau yang tahu...aku kecewa pada mu ji, ku kira kita bisa bersahabat dengan baik ternyata aku salah"
"Won...aku tak tahu apa maksud mu"