Hari terus berjalan dengan tenang meski pandangan benci masih terus menjadi pemandangan yang jihoon lihat, kemana-mana sendiri juga sudah menjadi rutinitas jihoon saat ini jika dulu ada wonwoo yang menemaninya kesana kemari sekarang ia sendiri bahkan soonyoung juga beberapa kali tak bisa di ajak pergi karena sibuk entah sibuk karena apa jihoon tak tahu.
Teman satu kelas jihoon awalnya ingin menemani jihoon namun jihoon menolak jihoon tak ingin menyeret mereka lebih jauh lagi, sudah cukup mereka melihat isi cip itu jihoon tak ingin mereka masuk terlalu dalam.
Langkah kaki jihoon berjalan dengan santai menuju kantin, ini sudah masuk jam makan siang ia juga lapar memikirkan masalah yang tak kunjung selesai juga butuh tenaga namun sesampainya di kantin jihoon malah di buat bingung dengan Naeun yang tiba-tiba bersimpuh ketakutan di hadapannya.
"Ya kau kenapa?"bingung jihoon ayolah masalah hidupnya sudah banyak jangan di tambah lagi
"Maaf jihoon janji aku tak akan dekat dengan soonyoung lagi, janji aku akan menjauh dari mu dan semua teman mu jangan pukul aku jihoon"Satu kantin langsung memandang jihoon buruk sedangkan jihoon sendiri masih bingung dengan tingkah naeun, ia sudah lama tak melihat gadis ular ini namun sekalinya bertemu kenapa harus seperti ini.
"Naeun-na menjauh darinya nanti kau di pukul kembali"ujar murid disana di ikuti dengan murid yang lain
"Jihoon, aku tahu Naeun salah karena berbohong pada mu dan soonyoung mengenai ginjal woozi tapi tak bisakah tidak memperlakukan orang semau mu"ini bukan murid lain tapi wonwoo yang bicaraJihoon hanya menatap datar wonwoo dan satu kantin ia sudah muak dengan permainan ini, sudah lama jihoon menahan amarah dan semakin di buat marah saat soonyoung malah membantu Naeun berdiri.
"Ah begini cara main mu? Baiklah akan aku ikuti tapi bersiaplah kau tidur panjang di kasur rumah sakit"ujar jihoon santai
"Jihoon!"Plak!
Satu tamparan mendarat di pipi jihoon oleh tangan soonyoung bahkan jihoon rasa pipinya sudah mulai merah karena tamparan soonyoung yang begitu keras, jihoon tak heran jika soonyoung bisa dekat dengan Naeun karena memang Naeun mudah memanipulasi orang.
Plak!
Satu tamparan mendarat di pipi soonyoung balasan dari jihoon sungguh jihoon tak terima di tampar oleh orang jika bukan kesalahannya jihoon tak terima itu, meski soonyoung orang terdekatnya jihoon tak ada hubungan apapun dengan soonyoung.
"Kau siapa berani menampar ku! Aku menyesal memberimu kesempatan Kwon"
Jihoon memilih berbalik ia ingin kembali ke kelas nafsu makannya sudah hilang karena tingkah naeun jika bisa ingin sekali jihoon bunuh sekarang itu manusia ular itu.
"Kau berbeda ji...kau berbeda jauh dengan woozi sungguh berbeda...ku pikir dengan aku mendapatkan kesempatan dari mu aku bisa menemukan sosok woozi pada diri mu namun tidak meski kalian kembar kalian berbeda jauh...aku menyesal meminta kesempatan pada mu jihoon"
Bugh!
Bugh!
Pukulan bertubi-tubi jihoon layangkan pada soonyoung sekarang jihoon tahu alasan kenapa ia besikeras untuk dekat dengannya walau pun jihoon sudah tahu dari dulu, jihoon lupa jika pikiran orang sulit untuk di ubah dan dapat berubah-ubah.
Babak belur keduanya babak belur tak hanya Soonyoung tapi jihoon juga pertarungan mereka membuat rusuh di kantin dan siswa yang ada disana memilih untuk menyingkir.
Naeun dan mingyu yang mencoba memisahkan mereka malah terkena pukulan dari jihoon yang sakitnya bukan main, wonwoo ia tak berani meski ia kecewa dengan jihoon menghadapi jihoon dengan tingkat kemarahan siaga satu seperti ini bukan pilihan yang baik karena siaga satu jihoon sungguh bisa membuat nyawa orang melayang.
"LEE JIHOON!"
Suara teriakan Jimin membuat jihoon dan yang lain berhenti, niat awal ingin berkunjung ke sekolah untuk memeriksa kondisi sekolah Jimin malah mendapati putranya bertengkar bahkan lawannya sudah tak berdaya.
Dapat Jimin lihat jika luka soonyoung soonyoung sungguh parah bahkan di beberapa tempat juga berdarah, yoongi yang ikut dengan Jimin juga tak kalah terkejut dengan itu, yoongi hanya pernah mendengat jihoon padai beladiri namun baru kali ini ia melihat jihoon bukan seperti putranya.
"Ikut ke ruangan kepala sekolah sekarang! Soonyoung dan kedua teman mu obati luka kalian"
Jihoon memilih untuk mengikuti Jimin ke ruang kepala sekolah dan beberapa siswa yang lain memilih untuk membantu soonyoung, mingyu dan Naeun, samar jihoon lihat jika Naeun tersenyum menang.
.
.
.
Berdiri didepan meja kepala sekolah itu yang jihoon lakukan ia sering keluar masuk ruangan ini tapi kali ini sungguh jihoon benci ruangan ini karena harus berhadapan dengan Jimin dan yoongi, dapat jihoon lihat wajah marah Jimin dan kecewa yoongi sungguh ketara."Kenapa buat masalah lagi?"tanya Jimin datar
"Dia yang mulai duluan"sahut jihoon
"Jihoon, appa sudah lelah menghadapi tingkah mu dulu appa mohon jangan berulah kembali...kau bahkan membuat wonwoo tak betah di rumah...appa diam karena appa masih bisa bersabar tapi sekarang kau bahkan memukuli soonyoung, tidak bisakah kau seperti woozi?"
"..."
"Tidak bisakah kau seperti mendiang adik mu, bersikaplah dewasa, baik dan sopan woozi saja bisa melakukannya kenapa kau tak bisa, appa tak pernah dulu mendapat surat panggilan dari sekolah woozi...apa kurang kasih sayang appa dan eomma satu tahun ini? Kami hanya ingin kau seperti woozi jihoon"Jihoon diam dadanya seketika sesak hatinya rasanya seperti di tusuk oleh ribuan pisau ketika mendengar apa yang dikatakan Jimin, jihoon baru tahu jika kasih sayang kedua orang tuanya kini hanya untuk dirinya seperti woozi.
Jihoon tak pernah minta kasih sayang kedua orang tuanya karena sejak perceraian Jimin dan yoongi hingga mereka kembali bersama jihoon tak minta itu, jihoon tak minta itu semua yang ternyata memiliki motif lain.
"Tuan Lee Jimin"panggil jihoon membuat yoongi dan Jimin terkejut
"..."
"Sampai saya mati pun saya tak apa pernah bisa seperti mendiang putra kesayangan anda...saya kira satu tahun ini kasih sayang kalian tulus tanpa maksud tapi saya salah...tuan Lee saya tak pernah minta kasih sayang anda atau pun istri anda, jika saya bilang saya bahagia? Ya saya bahagia dengan kasih sayang palsu kalian...panggilan sekolah? Anda teka pernah datang ke sekolah sekalipun aku terbaring koma di rumah sakit kau tak pernah datang karena putra kesayangan Anda lebih penting...bersikap dewasa? Kurang dewasa apa lagi aku ini, anda meninggalkan ku hanya dengan halmeoni dan harabeoji aku tak protes...jika saya bicara pun anda juga tak akan pernah percaya pada saya, terimakasih sudah memberi saya sakit hati dan rasa kecewa saya permisi"Jihoon pergi meniggalkan ruangan kepala sekolah tanpa memberi kesempatan bicara pada Jimin dan yoongi yang terdiam, langkah kaki jihoon pergi meninggalkan sekolah dengan terburu-buru dari jendela kelasnya wonwoo melihat jihoon yang pergi.
"Apa yang kau lihat"ujar mingyu
"Tidak ada, apa masih sakit luka mu"sahut wonwoo
"Maafkan aku"
"Maaf untuk apa"
"Membuat mu khawatir"Wonwoo hanya mengangguk dan Kembali menatap luar sekolah mengadakan mingyu yang menatap wonwoo sendu.
Apartemen jihoon, tempat dimana tak satu pun yang tahu tempat ini bahkan wonwoo sekali pun hanya jihoon yang tahu tempat ini, sesampainya di dalam dan mengunci pintu tangis jihoon pecah ia tak tahu jika hari ini rasa sakit dalam hati ya akan menyakitkan ini.
Jihoon tak percaya di mulai dari wonwoo, soonyoung dan kedua orang tuanya membuatnya sakit seperti ini kenapa semua orang kepercayaannya membuatnya sakit seperti ini apa salahnya kenapa mereka begitu jahat padanya.
"Aku benci kalian"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc