4

925 116 6
                                    

Satu Minggu berlalu dengan cepat dan satu Minggu pun tanpa libur jihoon terus diganggu hanya saja bedanya sekarang manusia yang membuat masalah dengannya tak menampakan diri dihadapannya.

Namu ada satu gangguan yang membuat jihoon ingin rasanya melempar manusia bermata sipit dari lantai atas karena saking seringnya mengikutinya kemana pun.

"Berhenti mengikuti ku sialan"ujar jihoon kesal
"Tidak sampai kau mau menjelaskan mengenai min jihoon"sahut soonyoung
"Untuk apa? Kau kan yang bersekolah dengannya lebih dulu kenapa malah bertanya pada ku yang murid baru"
"Ku mohon aku hanya ingin minta maaf padanya saja tidak lebih setelah itu aku tak akan menggangu mu lagi"
"Tidak mau, minggir aku mau kekantin"

Jihoon pergi meninggalkan soonyoung seorang diri dan bergegas menuju kantin karena wonwoo sudah menunggu disana harusnya mereka pergi bersama kalau bukan karena soonyoung pasti jihoon sedang makan saat ini.

Dari kejauhan seseorang dengan pakaian serba hitam mengamati gerak gerik jihoon dari teropong hitam yang ia pegangan di ikuti dengan seringaian yang membuat orang lain takut.

"Kau akan mati setelah ini"ujarnya sebelum ia pergi meninggalkan sekolah dimana ia menyamar

Jihoon duduk dengan tenang di hadapan wonwoo dengan makan siang yang sudah siap ia makan, bersyukur wonwoo peka mau mengambilkan makanan untuk nya meski kadang rasa ingin membuang wonwoo juga masih ada.

"Mereka masih menggangu mu?"tanya wonwoo
"Kau tahu sendiri kan bahkan meja ku tak pernah bersih dari sampah satu hari pun"sahut jihoon
"Sebetulnya ada yang membuat ku aneh saat membaca buku milik woozi ji?"
"Aneh karena woozi seolah menunjukan bahwa ada satu tersangka besar disana"
"Nah itu paham, pasti ji kalau tak salah woozi selalu menyebutnya 'dia' dan ditulis dalam tinta merah"
"Nah itu yang harus kita cari"
"Lebih tepatnya kita cari mati jihoon"

Jihoon hanya terkekeh jihoon pikir hanya dia saja yang merasa aneh dengan buku milik woozi siapa sangka jika wonwoo juga merasa aneh, menurut jihoon kematian woozi menghubungkan banyak hal dengan woozi korban pertama.

"Jihoon"panggil wonwoo
"Apa?"sahut jihoon
"Bagaimana jika kita memberitahu yoongi eomma dan Jimin samchoon, karena menurut ku ini bukan masalah dalam lingkungan sekolah saja"
"Aku belum siap won, karena untuk masalah sekolah saja sudah cukup membuat ku gila belum lagi ketambahan manusia hamster yang selalu mengikuti ku kemana pun"
"Ah ya kau ada benarnya juga, kau sudah seperti orang gila yang ingin membunuh orang waras selama disini"
"Sialan manusia emo ini"

Mereka kembali meneruskan acara makan mereka yang kurang sedikit lagi namun bukannya selesai dengan tenang jihoon malah menyelesaikannya dalam keadaan basah kuyup karena tiba-tiba disiram dengan air dingin satu ember bahkan wonwoo masih bisa melihat beberapa es batu yang berserakan dilantai.

Dingin itu yang kulit jihoon rasakan saat ini, jihoon kurang suka dengan suhu dingin karena membuatnya mudah terserang demam berbeda dengan woozi yang sangat suka dingin.

"Itu untuk mu jalang karena berani mendekati soonyoung"remeh Haeun

Jihoon menatap tajam haeun yang mana membuat haeun sedikit takut, jihoon heran kenapa manusia ulat dihadapannya ini tak pernah berhenti mengganggu dirinya dan apa tadi? Mendekati soonyoung? Yang benar saja yang ada soonyoung yang mendekatinya jihoon malas berurusan dengan soonyoung.

"Kau belum puas ku buat babak belur ya?"tanya jihoon
"Itu hanya luka kecil...aku tak tahu jika min jalang itu punya saudara kembar yang pastinya juga sama-sama jalang nya"ujar haeun
"Oh aku jalang? Won benar aku jalang?"tanya jihoon menatap wonwoo
"He? Kapan kau bermain ke club' ji? Nah kalau wanita jelmaan ulat bulu didepan mu itu baru aku percaya kalau dia jalang"sahut wonwoo santai
"Mana mungkin perempuan terhormat seperti ku bermain ke tempat ditempat yang cocok untuk ku?"ujar Haeun
"Oh perlukah ku robek baju mu dan memperlihatkan pada satu sekolah kalau tubuh mu yang katanya terhormat ini penuh dengan tanda merah dari orang yang dilayaninya malam tadi?"ujar jihoon santai
"Coba saja kalau kau berani, kalian habisi dia"

Beberapa murid yang mengikuti haeun kini mulia menyerang jihoon tak ada yang berani mendekat, mereka takut dengan kekuasan haeun dan perilaku menyeramkan jihoon dan memisahkan jihoon yang dalam keadaan bertanduk merah adalah salah satu bunuh diri yang tak ingin mereka coba.

Satu persatu dari mereka mulai tumbang dengan pukulan mematikan jihoon, langkah kaki jihoon berjalan mendekati haeun, satu pukulan telak jihoon berikan pada perempuan itu yang mana langsung membuatnya jatuh tersungkur ke lantai dan memberi beberapa lebam pada Harun sama seperti dirinya

Tangan jihoon meraih ih rambut Haeun hingga membuat sang pemilik rambut memekik keras, ini yang selalu murid sekolah jihoon dulu hindari, amarah jihoon akan terus meningkat jika lawan masih tak tahu terima kasih jika sudah di beri kesempatan untuk hidup.

Jihoon harus kembali melakukan hal yang sama seperti pertama kali masuk sekolah, tangan lembutnya menarik baju seragam kekurangan bahan milik haeun dengan sekali tarik yang mana membuatnya robek dan memperlihatkan tubuh haeun yang penuh tanda merah.

Satu kantin terdiam membeku, orang yang melawan jihoon pertama dihari pertama jihoon berakhir pindah sekolah dan sekarang mereka melihat hal yang sama kembali.

Tangan jihoon menarik jari-jari lentik haeun dan meremasnya dengan kuat tak peduli jika jari itu patah atau tidak yang jihoon tahu manusia satu ini pernah membuat woozi tak pernah memainkan alat musik kembali.

"Itu balasan mu karena menghentikan impian adik ku sampah"

Bugh!

Harun terjatuh dengan ketakutan dilantai sekolah dan jika seperti ini wonwoo bertugas mengirim Vidio yang wonwoo kumpulkan pada orang tua yang bersangkutan.

Jihoon pergi meninggalkan kantin di ikuti dengan wonwoo meninggalkan Harun dan komplotannya yang kini tengah dibantu siswa lain.
.
.
.

"Jihoon-ie!"

Kedua mata jihoon terbuka dengan sempurna sebari melihat keadaan sekitar dan ini bukan kamar miliknya seingat jihoon ia sudah ada dikamar namun sekarang kenapa malah ada diruangan serba putih dan tangannya tertancap jarum infus.

Ah jihoon ingat sekarang ia pulang dengan keadaan kepala pusing kemungkinan ia terkena demam namun kenapa ia harus di rumah sakit

Pintu ruang rawat jihoon terbuka di ikuti dengan masuknya yoongi dan Jimin dan beberapa tas kecil ditangan mereka, yoongi langsung duduk disamping ranjang rawat jihoon.

"Eomma..."lirih jihoon
"Apa yang kau rasakan sekarang?"tanya yoongi
"Pusing eomma"sahut jihoon
"Kau itu mandi di sekolah atau bagaimana sampai terkena demam tinggi seperti ini"ujar Jimin
"Aku demam biasa appa"ujar jihoon
"Kau sempat kejang ji, makannya kau ada di rumah sakit...kau itu kalau demam tinggi sampai kejang"jelas yoongi
"Benarkah? Aku tidak merasakannya"ujar jihoon
"Kau tak sadar bocah, sekarang katakan pada ku apa ada yang menggangu mu di sekolah!"tanya Jimin

Jihoon hanya bisa diam tak mungkin kan jihoon mengatakan jika sejak awal masuk ia diganggu dan terakhir dia disiram air es hingga berakhir di rumah sakit terlebih lagi untuk membalas para anak nakal itu Jimin memang selalu mendapat laporan jihoon.

Jihoon sengaja tak memberi tahu Jimin kalau ia diganggu disekolah bisa-bisa pak tua ini datang ke sekolah sebelum masalah selesai, lagi pula ini masih biasa belum sampai mengancam nyawa.

"Kau tak mau bilang? Baiklah appa cari tahu sendiri"ujar Jimin
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc
______________________________________
"Na baru tahu kalau dokter mata adek na itu carat, susah kali cari carat nih"

Love RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang