Anna yang baru kembali dari hutan terkejut ketika melihat kekacauan di Kingsfort. Para prajurit berlalu lalang sementara lukisan wajah Ronald tertempel di pintu gerbang kota sebagai buronan. Merasa ada yang tidak beres, Anna pun menanyai salah seorang prajurit yang lewat.
"Ronald si penyihir itu telah berkhianat dan membunuh Raja," ujar sang prajurit.
Anna terkejut bukan kepalang. "A-apa kau yakin?" tanyanya pada si prajurit.
"Tentu saja! Banyak yang menjadi saksi, bahkan pangeran melihatnya sendiri."
Detik itu juga Anna merasa seperti tersambar petir di siang bolong. Dengan kalut, ia pun berlari ke kastel untuk menemui Andrew.
Suasana di kastel tengah dilingkupi kedukaan mendalam. Semua orang terlihat murung. Setelah mendapatkan informasi bahwa jasad sang raja tengah disemayamkan di ruang takhta, Anna bergegas mempercepat langkah. Saat itu khasiat ramuan arsimilia telah habis dan ia sudah kembali pada wujud aslinya.
Kala itu jenazah sang raja telah terbaring di sebuah altar. Beberapa orang gerpa yang mengenakan jubah dan bertudung putih tampak di sekitarnya berdoa sambil membawa pedupaan. Sementara itu, Julia, Andrew, dan Isabel duduk tak jauh dari situ dengan muka muram.
Entah kenapa, Anna merasa kehadirannya tak diharapkan. Tatapan tajam dari orang-orang menyambutnya terasa bak pisau yang menghunjam jantung. Meski begitu, ia berusaha tetap tenang dan berjalan mendekati Andrew.
"Apa yang terjadi?" tanyanya lirih.
"Ayah mati dibunuh Ronald," sahut Andrew datar.
Mendengar itu secara langsung dari Andrew membuat Anna seketika merasa lemas. "Maaf ... aku turut berduka cita," lirihnya kemudian.
"BOHONG!" hardik Julia tiba-tiba. "Dari dulu aku memang tak pernah mempercayai penyihir. Sekarang lihat apa yang terjadi!"
"Maaf ... Ibu, tapi aku merasa ada yang aneh. Ronald yang kukenal tak mungkin berkhianat. Kita harus menyelidiki ini dengan lebih teliti," sahut Anna.
"Kau masih berusaha melindunginya?!" Julia mendengkus. "Sudah banyak saksi yang melihatnya sendiri. Bahkan Andrew juga ada di sana saat kejadian!"
"T-tapi—"
"Kau masih mencari-cari alasan? Jangan-jangan kau ikut berkomplot dengan Ronald untuk menggulingkan suamiku. Setelah itu kau berniat mengendalikan Andrew, begitu?!"
"Aku sama sekali tidak berniat seperti itu." sahut Anna dengan suara bergetar. Air matanya mulai berlinang.
"CUKUP! Seret dia ke penjara!" tegas Julia.
Bersamaan dengan itu beberapa penjaga pun datang menghampiri Anna. Namun, mereka berhenti ketika Andrew berdiri untuk mengadang.
"Biar aku sendiri yang mengantarnya ke penjara," ujar Andrew pelan. Ia lalu menggandeng Anna keluar dari ruangan.
Tak ada percakapan yang mewarnai perjalanan mereka melewati lorong-lorong kastel. Andrew terus melangkah cepat menuruni tangga hingga mereka tiba di penjara bawah tanah. Para penjaga di sana pun tak berani berkata-kata ketika Andrew melewati mereka tanpa suara.
"Masuklah," ujarnya lirih pada Anna.
"Mohon pikirkan sekali lagi ... Pangeran." Anna menatap Andrew dengan mata berkaca-kaca. Meski sudah berstatus suami istri, situasi belakangan telah menimbulkan jarak di antara keduanya. Semenjak kematian Alice, Anna semakin menarik diri dari Andrew. Ia memilih tetap menikahi sang pangeran hanya demi menjaga kehormatannya. Bagaimanapun seluruh negeri telah mengetahui rencana pernikahannya. Akan menjadi aib bagi keluarga kerajaan jika pernikahan harus batal. Lagipula Anna merasa bahwa ia masih harus berada di lingkungan kerajaan demi menguak misteri kematian Alice.
KAMU SEDANG MEMBACA
Putra Penyihir - Raung Kehancuran
Fantasy[Buku ketiga dari seri Putra Penyihir] Kehidupan Gladys yang awalnya bahagia berubah nestapa hanya dalam semalam. Tangisnya pecah dari balik jeruji besi, sementara ia tak tahu lagi siapa kawan siapa lawan. Malam itu, ia terusir dari rumahnya dan ter...