Bulan dan bintang masih bertakhta kala sebuah portal terbuka di kastel Kingsfort. Dave melompat keluar dan mendarat di lantai kamar sang raja. Andrew tampak sedang tertidur lelap di samping Anna.
Dave berjalan mengendap ke sisi Andrew dengan sebilah pisau tergenggam di tangan. Setelah kegagalan Julia mempengaruhi putranya, Arden mengutusnya untuk membunuh Andrew. Tanpa pemimpin, kekuatan Ethardos tentu akan jauh berkurang.
Di tengah kesunyian malam, Dave mengangkat pisau lalu menghunjamkannya tepat ke dada Andrew.
Namun, apa yang terjadi berikutnya sungguh di luar dugaan. Andrew sama sekali tak terluka. Pisau Arden bak menghantam lempengan besi keras.
Sementara Dave terkejut bukan kepalang, Andrew tersadar dari tidurnya. Secara refleks, ia mengunci tangan Dave dan membuat pisaunya jatuh berkelontangan di lantai.
Karena keributan itu, Anna tersadar dari lelapnya. Ia sangat terperanjat begitu melihat Dave. Wajah itu tak akan pernah ia lupakan. Wajah seorang pedagang budak yang pernah membuat hidupnya begitu sengsara.
"TOLOONG!" Secara refleks, Anna berteriak memanggil para penjaga di depan pintu.
Sementara itu, Dave masih bergelut dengan Andrew. Dalam posisi yang tidak bebas, sang penyihir tak bisa merapalkan sihir teleportasi. Berkali-kali tinjunya melayang ke wajah Andrew, tapi sang raja sama sekali tak merasa sakit. Ia tetap mencengkeram lengan Andrew sekuat tenaga. Tak lama kemudian, para penjaga berhamburan masuk dan menangkap sang penyihir loctrum.
"Sial!" desis Dave. Meski berusaha melawan sekuat tenaga, ia tak bisa melepaskan diri dari cengkeraman para penjaga yang segera membelenggu dan menyeretnya ke penjara.
"Ikat dia dengan rantai yang tertanam di tembok!" perintah Andrew. Berkat aktivitasnya membaca buku-buku penyihir, ia tahu kelemahan seeorang loctrum yang tak bisa berpindah dalam kondisi terikat. Para penjaga lalu pergi dan melakukan apa yang diperintahkan Andrew.
"Aku tak menyangka akhirnya kita bisa menangkap salah satu pemain kunci dari pihak lawan." Anna mendesah lega sambil mendudukkan diri di tepi kasur. Jantungnya masih berdebar akibat kejadian barusan.
"Ya, untung saja aku menuruti nasihatmu untuk memakai kalung ivoltaros setiap saat," sahut Andrew sambil menyodorkan segelas air untuk istrinya.
"Terima kasih," sahut Anna sambil meneguk minumannya. "Semenjak kematian ayahmu, aku merasa bahwa bahaya bisa datang kapan saja."
"Kau benar. Sekarang istirahatlah dulu. Aku perlu menginterogasinya." Andrew lalu pergi meninggalkan Anna di kamar untuk menemui Dave yang sudah terikat di penjara.
"Berapa jumlah pasukan kalian?" tanya Andrew sambil menarik sebuah kursi kayu ke hadapan Dave.
"Ratusan ribu. Kau tak akan bisa membayangkannya, apalagi mengalahkannya," sahut Dave mengintimidasi. "Menyerahlah. Aku bisa memohonkan ampun untukmu."
"Huh, kau tak bisa melihat siapa yang seharusnya memohon ampun?" sindir Andrew. "Katamu kau punya pasukan yang begitu hebat, tapi mengutus seseorang untuk membunuhku malam-malam? Bukankah itu pengecut?"
"Jika itu bisa mencegah jatuhnya banyak korban, kenapa tidak?"
"Lalu apa yang sebenarnya kalian inginkan?"
"Kekuasaan," tegas Dave. "Selama ini ayahmu memerintah dengan tidak benar. Kami datang untuk memperbaikinya."
"Kau pikir kalian yang paling benar? Ayah sudah wafat, dan sekarang aku menggantikannya."
"Jujur saja, aku sama sekali tak yakin bahwa kondisi kaum penyihir akan lebih baik di bawah kepemimpinanmu."
"Kau meragukanku?"
![](https://img.wattpad.com/cover/292752376-288-k851148.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Putra Penyihir - Raung Kehancuran
Fantasy[Buku ketiga dari seri Putra Penyihir] Kehidupan Gladys yang awalnya bahagia berubah nestapa hanya dalam semalam. Tangisnya pecah dari balik jeruji besi, sementara ia tak tahu lagi siapa kawan siapa lawan. Malam itu, ia terusir dari rumahnya dan ter...