Mengejar Jambret

102 6 0
                                    

Siang sudah menunjukkan hampir pukul setengah dua. Setelah mengisi mata kuliah sebagai dosen tamu, Ben langsung bergegas. Namun hari itu, ia tak ada rencana atau kegiatan lain. Ben pun tancap gas dengan sepeda motornya berkeliling kota. Tak lama, ia berhenti di sebuah taman untuk sekedar melepas lelah atau beristirahat.

Ia duduk diatas rerumputan. Cuaca siang itu cukup cerah. Ben pun teringat dengan para mahasiswa dan mahasiswinya di kelas tadi. Sebagian besar mereka ternyata merasa insecure dengan masa depannya setelah lulus kuliah nanti. Beberapa dari mereka memang ada yang dari awal berkuliah hanya untuk ikut-ikutan teman, mengambil jurusan yang sebetulnya tidak mereka minati. Alasan lainnya adalah dari pada nganggur celotehnya. Miris, mendengar hal itu.

Ben pun akhirnya memberikan tugas kepada mereka. Atas ijin dosen tetap mata kuliah dan ketua program, Ben meminta untuk para mahasiswa "bekerja" di pedagang kaki lima disekitar kampus untuk mencari data. Nantinya data-data itu akan diolah dengan metode statistika untuk diambil sebuah kesimpulan. Mereka harus dilatih sedari dini.

"Ben!" panggil seseorang, tak lama orang itupun duduk didekat Ben.

Ben pun terbangun dari lamunannya. "Wi! Ah, aku pikir siapa? Kenapa tiba-tiba ada disini? Apa kau baru saja pulang bekerja? Hmm, berarti kau sudah dapat pekerjaan baru, ya? "

Lelaki itu adalah Rawi yang pernah bertemu dengan Ben sekitar sebulan yang lalu. "Aku memang sudah dapat pekerjaan, tapi ..."

"Tapi apa? Jangan bilang kau kehilangan pekerjaanmu lagi, ya."

"Tadinya aku senang mendapatkan pekerjaan lagi dengan gaji yang menurutku, oke. Tapi, kontrakku baru saja tidak diperpanjang," sahut Rawi.

"Maksudmu?" tanya Ben heran.

"Aku membuat kesalahan," ucap Rawi sambil melihat situasi taman. Terdapat beberapa pedagang kaki lima sedang menjajakkan makanan.

"Kesalahan?" tanya Ben.

"Sebagai lulusan akuntansi dan bekerja di divisi keuangan, aku beberapa kali salah menyusun jurnal pembukuan. Seharusnya dicatat dikolom debit, aku tulis dikolom kredit, dan sebaliknya. Tentu saja itu akan berpengaruh pada pembuatan laporan laba rugi maupun laporan keuangan perusahaan."

"Jadi, kamu lulusan accounting? Lalu, kenapa kamu bisa melakukan kekeliruan itu?"

Rawi hanya mengangguk. "Mungkin karena sudah beberapa tahun, aku tak pernah berurusan dengan akuntansi. Aset, utang, ekuitas, pendapatan, beban. Semua yang seharusnya aku pamahi dengan baik."

Ben hanya diam mendengarkan penjelasan Rawi.

"Lalu, apa kamu masih akan mencari-cari pekerjaan lagi?"

"Entahlah," ucap Rawi pasrah. "Tadinya aku berencana untuk mengambil CA. Aku sudah membayangkan aku akan bekerja lama di tempat itu, naik jabatan, dan mendapat gaji besar. Tapi sepertinya itu hanya sebuah halusinasi."

CA atau Chartered Accountant sebuah sertifikasi atau gelar yang memang dibutuhkan untuk meningkatkan mutu pekerjaan sebagai seorang akuntan.

"Jambrettttt!"

"Begal!"

"Tolongggg!"

Tiba-tiba terdengar suara teriakan meminta tolong. Ben dan Rawi pun beranjak dari duduknya dan mencari-cari asal muasal suara itu. Mereka melihat kerumunan orang.

"Ayo Ben kita kesana," ucap Rawi. Ben pun langsung menuju sepeda motornya.

Ben dan Rawi pun berboncengan menghampiri kerumunan itu.

"Ada apa bapak ibu?" tanya Ben.

"Jambret. Ibu ini baru saja dijambret," sahut salah satu orang di kerumunan.

Sarjana Penjaga Makam (Judul Horor, Cerita Penuh Makna)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang