Salah satu penjaga makam terlihat sedang membawa sekop, satunya lagi membawa cangkul. Tapi, bukan untuk menggali kubur. Mereka berdua terlihat berjalan cepat keluar area makam. Sesekali terlihat berlari seakan sedang mengejar sesuatu.
"Lekas, Di!" ucap Rawi.
Madi pun terlihat mempercepat langkahnya. Mereka berdua menuju ke arah perlintasan rel dekat gedung tua. Ada truck pengangkut pasir yang terguling. Namun celakanya, muatan pasir di truck itu tumpah menutupi sebagian area rel. Rel itu biasa dilintasi kereta jurusan Jakarta - Surabaya ataupun sebaliknya.
"Woy! Bodoh! Kalau jalan pake mata dong!" umpat seseorang dari balik kaca mobil.
Orang itu hampir menabrak Madi.
"Heh! Kamu yang bodoh. Nyetir sambil main handphone!" balas Rawi. "Turun kalau punya nyali! Sudah salah, nyolot lagi!" tantang Rawi.
"Sudah, Wi. Ada hal yang lebih penting lagi!" lerai Madi.
"Sudahlah, Ay! Jangan cari masalah sama orang kampung yang tidak berpendidikan," sahut seorang wanita cantik disebelah pengemudi. Cantik, tapi mulutnya seperti tidak pernah dididik. "Lihat saja, kuli seperti seperti mereka mana bisa sukses," nyinyirnya lagi. Pengemudi dan wanita itu mungkin tidak tahu, siapa yang dihadapinya? Kalau mau adu pendidikan, mungkin mereka yang akan malu sendiri.
Rawi menatap tajam orang itu. Mungkin dalam hatinya, kalau tidak ada urusan yang lebih penting, mungkin Rawi akan memperpanjang urusannya. Rawi dan Madi pun bergegas pergi menuju lokasi. Beberapa orang sudah berada dilokasi. Truck yang terguling sudah ditarik dari tengah rel. Tapi, tumpukan pasir masih menutupi sebagian area rel.
Rawi dan Madi pun langsung berjibaku membantu membereskan pasir yamg tumpah dengan cangkul dan sekop yang mereka bawa.
"Ayo! Lebih cepat lagi," ucap seseorang seakan memberi intruksi.
Beberapa orang yang turut membantu membersihkan area rel terlihat kelelahan karena ada yang sudah tua renta.
"Biar saya gantikan, Pak!" ucap seseorang mengambil alih pekerjaan orang tua itu menyingkarkan pasir dari area rel. Sosok itu adalah Ben. Entahlah muncul dari mana Ben tiba - tiba berada di area rel.
Terlihat warga saling bahu membahu membersihkan area rel.
"10 menit lagi akan ada kereta melintas, Ben!" teriak seseorang kepada Ben. Orang itu adalah Randu, si porter stasiun. Randu ikut membantu dengan alat seadanya.
"Ayo, sedikit lagi," ucap warga bersorak ditengah kekhawatiran. Dari jauh suara kereta terdengar sayup - sayup.
Rawi, Madi, Ben, dan warga lain dengan gigih berusaha memberishkan pasir dari tumpukan pasir yang menutupi area rel.
Dari kejauhan kepala kereta sudah terlihat. Area rel masih ada sebagian yang belum clear.
"Cepat!"
"Minggir. Awas!"
Teriak warga silih berganti.
"Tapi, ini masih sedikit lagi," ucap Rawi.
Rawi, Madi, Ben, dan warga lain pun menepi. "Ndu, mundur!" teriak Ben.
"Sebentar lagi, Ben!" Randu seperti sedang melepaskan sesuatu yang menyangkut pada rel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sarjana Penjaga Makam (Judul Horor, Cerita Penuh Makna)
General FictionBen memutuskan resign dari tempatnya bekerja. Iming-iming kenaikan gaji pun tak begitu ia hiraukan. "Ini bukan persoalan uang, tapi ... " ucap Ben. "Tapi apa?" potong Winda salah satu temannya. "Aku sudah mulai tidak menikmati apa yang aku kerjakan...