Pagi menjelang siang itu, Ben melihat sosok yang sudah tak asing lagi. Sosok itu terlihat sedang menghitung lembaran uang yang ia keluarkan dari kantong saku kemejanya. Banyu sedang menghitung sisa uang yang ada dikantongnya. Uang itu harus cukup untuk makan beberapa hari kedepan. Ben masih mengamati sosok itu dari atas sepeda motornya.
Sosok itu Banyu. Sama seperti Ben, Banyu pernah bekerja di salah satu perusahaan di Jakarta. Bedanya, Banyu dikeluarkan perusahaan karena pernah memperbaiki salah satu komputer kantor tanpa membackup data - data dikomputer terlebih dahulu. Parahnya lagi, data - data yang hilang itu adalah data - data penting perusahaan. Tidak hanya dikeluarkan, gaji terakhir yang diterima pun tidak utuh.
"Nyu!" panggil Ben menghampiri. "Ikut aku, yuk!" ajak Ben.
"Kemana?"
"Makan siang, ikan gurame bakar," jawab Ben. "Lekas!" pinta Ben.
Banyu pun membonceng sepeda motor Ben. Ben pun mengendarai sepeda motornya menuju tempat yang dimaksud. Ben tahu betul kondisi Banyu saat ini. Jika Banyu membeli makan siang di warung makan, ia akan meminta tambahan nasinya. Lauk yang ia pilih pun cukup terseleksi. Telur asin, ikan asin, telur dadar, atau menu lainnya yang bisa dibilang bisa tahan lama untuk dimakan. Usut punya usut, Banyu memilih menu - menu seperti itu agar ia bisa makan setengahnya untuk hari ini dan setengahnya untuk esok hari.
"Jualan pot gimana, Nyu?" tanya Ben.
"Ya, lumayan. Kadang ada yang beli, kadang sepi, kadang rame. Namanya jualan, kan?"
"Betul, Nyu."
Selain bekerja sebagai karyawan di sebuah percetakan kecil, Banyu juga menyambi jualan pot bunga. Impiannya adalah ia bisa membuka jualan es teh di samping toko pot bunganya. Pot bunga itu sebetulnya bukan milik Banyu.
"Aku tadi ketemu Madi. Dia mencarimu."
"Madi? Ah, yang betul kamu, Nyu?" ucap Ben setengah tak percaya.
"Betul. Masa aku mengarang? Apalagi mau ditraktir kamu makan ikan gurame bakar. Bisa batal nanti," kelakar Banyu.
"Ah, bisa aja."
Madi ternyata sudah pulang dari luar negeri. Ia adalah satu - satunya penjaga makam dengan gelar S-3. Sampai saat ini, Ben masih mencari tahu motif Madi bekerja sebagai penjaga makam. Ben hanya pernah mendengar, Madi pernah menjadi seorang konsultan di sebuah perusahaan. Apa iya, Madi di luar negeri juga menjadi penjaga makam? Rasanya tidak mungkin.
"Nah sampai," ucap Ben. "Kamu tak usah sungkan untuk memilih menu yang lain, ya."
Rumah makan itu seperi saung. Disampingnya ada sawah. Terlihat juga ada akuarium berisikan ikan kecil yang berwarna warni. Hanya ada satu meja yang berisikan 5 orang sedang menyantap hidangan
"Wah pasti menunya enak - enak," ucap Banyu.
"Sudah pasti. Walau terlihat sepi. Tapi, bukankah yang enak tidak selalu ramai? Bahkan, yang biasa saja seringkali terlihat ramai," sahut Ben.
Ben dan Banyu memilih meja angkringan dekat sawah. Mereka terlihat memilih dan memesan menu. Kondisi Banyu memang sedang kesulitan keuangan saat ini. Tapi, ... ditengah kesulitannya, ia seperti menjadi perencana keuangan dadakan. Setiap Rp 1 begitu berarti. Banyu pernah membagi uang 30 ribu untuk bertahan hidup selama 5 hari.
"Ben, uangmu yang 75rb itu belum bisa aku kembalikan, ya?" ucap Banyu.
"Ah, masih dibahasa saja," sahut Ben tertawa.
"Hutangku belum dibayar, malah kamu mentraktirku seperti ini," balas Banyu.
"Tidak apa - apa kok, Nyu. Kamu nikmati menu makananmu hari ini." Mendengar ucapan Banyu, Ben merasa getir. Untuk sebagian orang, bahkan menu ayam goreng pun adalah sebuah hidangan yang mewah dan mahal.
Ben teringat dengan salah satu rekannya dulu. Setiap diajak untuk makan siang, ia hampir selalu menolak. Alasannya, masih banyak pekerjaan. Tapi kenyataannya, ia tak memiliki uang yang cukup untuk makan siang diluar setiap hari. Tak seorang pun tahu mengenai kondisi atau sesuatu yang sedang dialami seseorang.
Ben melihat Banyu begitu senang menyantap menu hidangan siang itu. Bagi sebagian orang, setiap Rp 1 begitu berarti. Ben juga terlihat senang mengajak Banyu makan siang hari itu. Bukan untuk bergaya, tapi ada hal lain yang lebih berarti. Tapi, pada akhirnya setiap kebaikan sekecil apapun akan memberikan dampak diwaktu yang lain.
"Makasih Ben. Enak sekali ini," ucap Banyu bahagia sambil menyantap nasi panas dan ikan bakar gurame dengan taburan kecap, irisan bawang, dan cabai rawit. Belum lagi segelas es jeruk menemani siang yang cukup panas
Ben terlihat tersenyum mendengar ucapan Banyu.
"Tambah lagi, Nyu. Menu yang lain," sahut Ben.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sarjana Penjaga Makam (Judul Horor, Cerita Penuh Makna)
Aktuelle LiteraturBen memutuskan resign dari tempatnya bekerja. Iming-iming kenaikan gaji pun tak begitu ia hiraukan. "Ini bukan persoalan uang, tapi ... " ucap Ben. "Tapi apa?" potong Winda salah satu temannya. "Aku sudah mulai tidak menikmati apa yang aku kerjakan...