9. Alasan

421 57 0
                                    

Ku Lupakan Kamu dengan Bismillah

By

Dwinda Darapati

.
.
.
.

Selamat Membaca 💜

***

Apa yang disampaikan Rahmat langsung dilaksanakan oleh Winda. Dia bangun pukul dua pagi, dimana tidak ada satupun dari orang disana yang sudah bangun. Bergegas berwudhu dan menuju masjid untuk melaksanakan shalat.

Sesampainya disana, dia berniat lalu mengangkat tangan untuk memulai shalatnya. Memulai dengan shalat taubat, seperti apa yang dikatakan Rahmat tadi siang.

Dia berbisik dalam doanya, meminta Allah mengampuni dosa-dosanya. Meminta pada Allah tentang kehidupannya agar lebih terarah dan satu lagi, dia meminta pada Allah.

"Ya Allah, bolehkan Abang Rahmat yang menjadi suami aku?" lirihnya sampai tak terdengar. Dia sangat malu, malu meminta hal yang demikian pada Tuhannya.

Dirinya dan Rahmat berbanding terbalik, apa mungkin bisa bersama?

"Abang Rahmat sempurna untuk menjadi imamku ya Allah ... bolehkah?" lirihnya lagi.

Dia menghentikan ucapannya lalu buru-buru mengusap wajahnya untuk mengakhiri doanya ketika mendengar seseorang yang masuk ke dalam masjid. Seorang wanita yang juga melaksanakan shalat tahajud sama seperti dirinya.

"Fatimah?" tanya Winda pada dirinya sendiri. Winda melepas mukenahnya lalu melipatnya kembali. Sembari menunggu Fatimah selesai berniat untuk mengajaknya berbincang sambil bertukar pikiran.

Sepertinya Fatimah terlalu khusyu' dia bahkan tak menyadari kehadiran Winda disana. Gadis itu pun berdoa seusai shalatnya.

Winda awalnya acuh, dia sibuk dengan ponselnya ketika itu. Namun perhatiannya teralihkan ketika mendengar Isak tangis Fatimah. Isak tangis dalam doanya, yang artinya dia meminta pada Tuhannya dengan sungguh. Tidak seperti Winda yang asal-asalan.

Sejenak gadis itu merasa sangat insecure, orang lain bisa menangis dalam shalatnya, kenapa dia tidak?

"Kenapa dia nangis, ya? Emang minta apaan?" tanya Winda pada dirinya. Dia bergeser ke depan, untuk mendengarkan apa yang diminta oleh Fatimah.

Diam diam dia mendekat tanpa sepengetahuan Fatimah. Ingin tahu saja, apa yang diminta gadis itu hingga menangis di dalam doanya.

"Hamba mencintai kak Rahmat Ya Allah..."

Winda langsung memundurkan tubuhnya, jantungnya bertalu dengan cepat. Terasa sakit di dada bahkan merambat hingga ke tangan dan sikunya. 

"Dia mencintai Abang...." lirih Winda. Tak bisa dicegah, air matanya langsung menggenang di pelupuk matanya.
Fatimah baru hanya mencintai Rahmat, belum memiliki. Winda dan Fatimah sama sama jatuh hati pada orang yang sama. Akan tetapi, mengapa rasanya sakit?

Lantas apa kabar hatinya jika tahu Rahmat mencintai orang lain?

Asyifa Winda menghapus air matanya dengan kasar, dia beranjak dari masjid membawa sajadah dan Al Qur'an. Kemudian keluar dari masjid lalu berlari tengah malam ini untuk kembali kamarnya.

Dia bahkan lupa mengenakan sendal, melangkah tanpa alas kaki. Menginjak batu runcing bahkan hampir terjatuh lantaran tersandung.

Dia ingin kembali ke kamar, namun Winda hilang arah. Dia berjalan ke sembarang arah tidak tau jalan mana yang ditempuhnya. Gelap gulita, ponselnya mati dan Winda tersesat.

Ku Lupakan Kamu dengan BismillahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang