Ku Lupakan Kamu dengan Bismillah
By Dwinda Darapati
.
.
.
.Selamat Membaca 💜
***
Nayla mengirimkan tiket film Humaniora yang akan tayang malam nanti pada Hamid. Bukan hanya satu tiket, tapi ada lima tiket. Dia sengaja mengirim dan membeli tiket tersebut agar mereka yang di berada di desa Jeruk bisa ikut menonton film yang dinanti-nanti ini.
Bukan bioskop biasa, ini adalah bioskop premium yang hanya digunakan oleh mereka dengan ekonomi tingkat atas. Fasilitas yang disediakan pun juga jauh berbeda dengan bioskop biasa.
Mobil kijang tua berhenti di depan Nayla. Sedari tadi Nayla sudah menunggu kedatangan mereka. Dia segera mengarahkan untuk parkir lalu mengajak semuanya untuk langsung masuk. Tempat duduk pun sudah di setelnya terlebih dahulu.
Di sisi depan, ada dua bangku untuk Rahmat dan Winda. Sedangkan dibelakang untuk selebihnya. Dan juga, Nayla dengan sengaja memilih agar Hamid dan dirinya bersebelahan.
"Kenapa ga ramai?" tanya Kayla heran.
"Hanya orang tertentu yang datang kesini." Geri menjawab. "Nikmati filmnya," tambahnya.
Rahmat yang duduk di depan menoleh ke belakang. "Saya di depan, maaf kalian terbelakangi."
Geri dan Kayla mengangguk. "Tenang aja," jawab Geri.
Suara heboh datang, itu adalah Nayla dan Fatimah yang membawa makanan. Mereka hanya membawa popcorn masing masing, selebihnya dia serahkan pada Hamid. Lelaki itu tampak kesusahan membawa banyak minuman juga popcorn untuk Kayla, Geri dan dan Rahmat.
Mereka akhirnya duduk ditempat yang sudah ditentukan. Nayla merasa sangat bahagia karena bisa kembali berkumpul dengan para musyrif dan musyrifahnya.
Ketika sedang asyik berbincang, Nayla melihat Winda berjalan ke arah mereka. Dengan gamis ungu kesukaannya dia berjalan dengan sangat anggun.
"Itu dia udah datang," kata Nayla menunjuk Winda.
Rahmat menoleh kesana, ke arah gadis yang mengaku mencintainya. Tampak cantik dengan balutan gamis sederhana, jilbab hitam pashmina yang menutupi kepalanya. Ini pertama kalinya gadis itu mengenakan pashmina.
Dia terpesona.
"Rahmat!" Geri segera menepuk pundak Rahmat untuk menyadarkannya. Lelaki itu terkejut dan mengucap. "Hati-hati zina mata," peringat Geri.
Ketika sampai, Winda duduk disebelah Geri. Dia tidak tahu di kursi mana harus duduk karena Nayla tidak memperlihatkan tiketnya.
"Ini dia pemain kita," ujar Geri saat Winda baru saja duduk.
"Jangan gitu deh, ustadz! Malu!" Winda menutup wajahnya.
"Sekarang penayangan perdana, ya?" tanya Hamid.
Winda hendak menjawab, namun segera di wakili oleh Nayla. "Iya, ustadz. Makanya aku sengaja milih disini biar kita bisa nonton dengan nyaman."
Mereka tertawa melihat aksi Nayla yang begitu kentara, sedang Nayla merasa malu karena Hamid pun ikut menertawainya.
Saat film akan di mulai, sepasang kekasih menegur Winda. "Sayang kenapa dia duduk disini, kan ini tempat kita. Ga sopan banget!" ucapnya.
Winda mengerutkan dahi. Untung saja lampu sudah padam, jika tidak apa mungkin dia selancang itu pada dirinya?
"Nay ... gue dimana?" tanya Winda.
"Disamping saya," jawab Rahmat dengan segera.
Winda memanyunkan bibirnya. "Kan gue udah bilang gue ga mau dekat-dekat sama Abang!" Omel nya tanpa suara dengan menggerakkan bibirnya.
"Maaf, gue kira Lo bakal senang!" jawab Nayla menggerakkan bibirnya tanpa suara.
"Awas Lo!" Winda menunjuk Nayla seakan mengancam.
Akhirnya dia duduk disamping Rahmat dengan jantung yang berdegup kencang. Winda memukul dadanya untuk menormalkan jantungnya. Sering bahkan selalu ketika berada di dekat pria itu, jantungnya tidak bisa diajak kompromi. Dia terus berdegup kencang baik mereka sedang bertengkar sekalipun.
***
Film pun dimulai, mereka menonton dengan santai. Memakan popcorn yang sudah dibeli sebelumnya. Menyaksikan Winda yang duduk didekat mereka tampil di layar sana.
Dalam sebuah rumah, Andy menahan tangan Winda yang hendak pergi. Winda menepisnya namun Andy menahan dengan kuat.
"Jangan pergi..." pintanya.
"Aku harus pergi." Winda berkata dengan suara bergetar.
"Kamu akan meninggalkan aku?" tanya Andy.
"Hanya sesaat, aku akan kembali dan kita bisa bersama." Winda mulai melepaskan tangan Andy.
"Bagaimana kalau kita tak bertemu lagi?"
"Nanti, di surga pasti ketemu."
Dia berjalan meninggalkan Andy, namun laki-laki itu berlari mengejar dan memeluknya dari belakang.
"Jangan pergi," ucapnya sambil menangis.
Para penonton dibuat terharu, begitu juga dengan Nayla dan kawan-kawan yang mulai meneteskan air mata.
Sementara Rahmat sama sekali tidak melihat layar. Dia melirik ke arah selain layar. Winda yang menyadari hal itu tersenyum.
"Itu hanya akting," katanya seakan tahu Rahmat cemburu.
"Saya tahu, itu pekerjaan kamu," jawabnya.
"Aku ga ada perasaan sama Andy. Bahkan ketika dipeluk Andy aku ga merasa nyaman." Dia menjelaskan tanpa disuruh.
Rahmat menoleh pada Winda. "Kamu pikir saya cemburu?"
"Sekarang mungkin belum, tapi nanti bisa jadi." Winda menaik turunkan alisnya. "Karena diakhir akan ada adegan kiss," godanya.
Rahmat menghentakkan kakinya. "T-terserah kamu!"
Setelah itu Rahmat memperhatikan alur film, dia menunggu adegan yang dimaksud Winda tadi. Namun setelah film berakhir adegan tersebut tidak ada.
Ada ekspresi lega dari wajah Rahmat dan Winda menyadari itu.
"Kamu menyukaiku, sepertinya."
***
Alhamdulillah update 😇🥰
Kalau bisa hari ini Nda double up, hehehe. Tapi jangan lupa bintang dan komentar baiknya 🤭🥳
Bab ini pertama kali di publikasikan pada 12 Juni 2022
Kembali di publikasikan setelah di revisi pada 28 September 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Ku Lupakan Kamu dengan Bismillah
Romantizm"Aku mencintaimu karena Allah, maka dengan nama Allah juga aku melupakanmu." Tentang cinta yang membara, juga tentang rasa yang bungkam. Tentang sebuah perjuangan, juga tentang ketidakpedulian. Dan juga tentang sebuah keikhlasan dengan melupakan. ©D...