Ku Lupakan Kamu dengan Bismillah
By Dwinda Darapati
.
.
.
.Selamat Membaca 🥰
***
Winda sibuk memilih sayuran segar. Dia pikir apa yang dikatakan Rahmat benar, bahwa sayur akan habis. Nyatanya sekarang banyak pilihan sayur dan masih banyak orang yang berjualan.
"Buk, yang ini dua, ya." Winda mengangkat dua buah sawi. "Itu juga." Dia menunjuk kol.
Ibu penjual langsung mengambil plastik untuk membungkus sayuran yang dipilih oleh Winda. Segera gadis itu memberi uang dan berpindah pada penjual lain sesuai dengan catatan yang diambilnya dari Fatimah tadi.
"Garam, sayur, ikan, daun salam, daun sup. Udah semua!" Winda berseru senang. "Ah iya, dagingnya belum."
Dia berjalan dengan cepat menuju los penjual daging. Rahmat yang berperan sebagai pembawa barang terpaksa mengikuti jalan Winda yang cepat.
"Dagingnya pak," pinta Winda.
"Berapa, Neng?"
"Lima kilo." Dia menjawab cepat. "Satu kilonya khusus lemak, ya, Pak. Buat sup," katanya terkekeh geli.
Penjual daging itu memotong daging, lalu menimbang. Dia menoleh pada gadis yang sedang berbelanja.
"Asyifa Winda, bukan?" tanya bapak itu. Dia lebih memperhatikan lagi. "Benar, kan?"
Winda tersenyum. "Iya, Pak."
Bapak itu langsung tersenyum sumringah. "Saya sudah yakin itu, lihat lesung pipi kamu saya langsung yakin itu kamu." Terlihat sangat semangat. "Ciri khas kamu ada disana," tambahnya.
Winda tertawa kecil, menampakkan giginya. "Bapak ada-ada aja. Udah siap, Pak? Berapa?" tanya Winda.
"Sebenarnya saya ingin mendiskon harga, karena kamu idola anak saya. Tapi karena saya juga anak buah, saya ga bisa." Pria paruh baya itu tampak menyesal. "Lima kilo daging, tiga juta lima ratus ribu," jawabnya.
Mata Winda membelalak, mahal sekali. Rahmat yang melihat itu tanpa bisa dicegah tertawa. Akan tetapi, Winda tak mengurungkan niatnya. Dia tak ingin menawar harga atau membatalkan jual beli.
Segera dia mengeluarkan dompetnya, mengambil beberapa uang merah lalu menyerahkan. Ini uang pribadinya.
"Terima kasih banyak, Neng." Bapak itu tampak senang karena dagangannya laris.
"S-sama-sama," jawab Winda dengan tampang lemas.
Dia lagi-lagi berjalan mendahului Rahmat, berhenti di sebuah kedai kecil untuk membeli ice cream. Dia membeli dua, satu rasa stroberi dan satu lagi rasa anggur.
"Abang ... ada bangku disana, kita duduk disana dulu, ya." Dia mengambil separuh tentengan Rahmat dan berlari ke arah sana.
Setelah duduk, Winda menyandarkan punggungnya. Kembali lurus saat Rahmat juga sampai disana. Karena lelah, lelaki itu ikut duduk di sisi lain kursi yang masih kosong.
"Abang suka stroberi atau anggur?" tanya Winda.
"Saya lebih suka coklat."
"Tidak ada di pilihan!" Winda menyerungut. "Stroberi aja buat Abang. Aku lebih suka anggur karena bewarna ungu." Dia memberikan ice cream stroberi pada Rahmat.
Gadis itu segera memakannya, melepas dahaga. Ketika ice cream itu sudah tinggal separoh, Winda menoleh pada Rahmat yang baru hendak menyuap.
"Tiga juta lima ratus ribu? Mahal banget!" Dia berkata tidak percaya. "Abis nih uang!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ku Lupakan Kamu dengan Bismillah
Romance"Aku mencintaimu karena Allah, maka dengan nama Allah juga aku melupakanmu." Tentang cinta yang membara, juga tentang rasa yang bungkam. Tentang sebuah perjuangan, juga tentang ketidakpedulian. Dan juga tentang sebuah keikhlasan dengan melupakan. ©D...