14. Antara Pekerjaan dan Kebutuhan

377 55 6
                                    

Ku Lupakan Kamu dengan Bismillah

By Dwinda Darapati

.
.
.

Selamat Membaca 🖤

***

Malam hari setelah melaksanakan shalat isya, Nayla mengurusi Winda layaknya ibu pada anaknya. Dia mengolesi krim pelembab di wajah Winda, tak lupa pada tangannya sekalian.

"Lo itu harus jaga kulit, lihat jadinya!" omel Nayla. "Baik Lo artis atau engga,  namanya perempuan harus bisa menjaga diri. Kalau Lo kaya bara api gini, mana mau tuh ustadz Rahmat sama elo!"

"Abang itu ga mandang fisik kali, Nay. Lihat aja, dia ga pernah natap gue mau secantik apapun gue," jawab Winda. "Dia terlalu menjaga pandangan." Dia berkata dengan suara berbisik.

"By the way, Pak Kevin sutradara Humaniora hubungi gue, dia bilang kita akan shooting tiga minggu lagi. Sebelum itu seperti biasa, Lo harus reading dulu. Oh ya, Lo juga udah tahu kan kalau Lo dan Andy bakal jadi pasangan lagi di film ini?" Nayla terus mengoleskan krim di wajah Winda.

"Iya ... Andy tadi juga nelpon gue." Winda memanyunkan bibirnya. "Kalau gue shooting berarti kita ga bisa ikut pesantren ini sampai akhir?" tanya Winda dengan nada sedih.

"Ya mau gimana lagi, Win? Ini resiko. Walaupun Lo bilang bakalan istirahat ke media, nyatanya kita udah MOU  dengan pihak film. Dan kalau lo langgar, kita harus ganti rugi."

Winda menepuk paha Nayla. "Nay ... gimana kalau kita ganti rugi aja?"

Nayla menghentikan tangannya. "Gila, Lo? Lo pikir ganti rugi bakalan mudah? Dan juga, emang seberapa banyak uang Lo?  Bukannya uang lo habis untuk biaya operasi ayah Lo setahun yang lalu. Dan untuk rumah, kita juga belum lunas, Win."

"Dan Lo bilang ganti rugi? Jual rumah dulu kita!"

"Iya ... gimana dong?" Winda memajukan bibirnya ke depan.

Nayla segera memukul bibir Winda. "Maju terus, mikir bukan majuin bibir!"

"Nay ... Gue belum dapat ilmu, masa udah pergi aja dari sini?" tanya Winda. "Gue kekurangan ilmu, Nay."

Nayla mengangguk. "Iya ... iya ... Lo emang kekurangan ilmu. Waktu SMA, Lo malah disibukkan mencari uang demi ayah Lo. Dan setelah jadi artis, Lo memutuskan home schooling untuk memenuhi pendidikan lo. Dan itu aja ga cukup, Lo juga butuh ilmu agama agar bisa menjadi istri Solehah." Nayla membenarkan perkataan Winda.

"Tapi bodohnya lagi, Lo datang kesini niatnya buat nambah ilmu malah jatuh cinta sama ustadz Rahmat. Dan setiap hari Lo buat masalah, akhirnya hari-hari Lo penuh dengan hukuman. Alhasil, Lo ga ikutin pelajarannya. Dan alhasil pula, yang belajar gue!"

Winda menyengir kuda. "Maaf."

"Waktu kita tinggal seminggu lagi, tingkatkan semangat Lo. Akhiri hukuman, jangan buat onar. Bukannya Lo kekurangan ilmu?" sindir Nayla.

"Tapi Nay ... setelah kita pergi dari sini, apa kita bisa ketemu lagi sama mereka? Abang, ustadz Hamid, ustadz Geri. Fatimah, Kayla dan mereka yang nyebelin lainnya?"

Nayla tersenyum. "Insyaallah."

***

Winda menjatuhkan sekarung kayu yang sudah dikumpulkannya. Rahmat yang berada disana langsung terkejut mendengar benturan tersebut. Dia buru-buru menyimpan Al-Qur'an kecilnya.

"Ini hari terakhir. Alhamdulillah akhirnya aku bebas dari siksaan Abang!" Dia bersorak ria.

"Alhamdulillah, kamu menyelesaikan hukuman dengan baik." Rahmat menjawab dengan cuek. "Kamu bisa ikut bergabung dengan santri akhwat lainnya."

Ku Lupakan Kamu dengan BismillahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang