12. Tentang Winda dan Nayla

396 55 2
                                    

Ku Lupakan Kamu dengan Bismillah

By Dwinda Darapati

.
.
.
.
.
.

Selamat Membaca

***

Bersama para santri perempuan, Fatimah membimbing mereka membuat kaligrafi pada tripleks dengan menggunakan tinta hitam. Menunjukkan satu persatu cara agar tidak salah baik itu dalam proses penulisan atau kaidah penulisan ayat Al Qur'an.

Nayla dengan senang hati melukiskan ayat di tripleks tersebut. Dia bahkan bisa selesai dengan cepat sebelum yang lainnya. Gadis itu memang berjiwa seni, dia suka melukis.

"Kak Nayla ... ini bagus banget!" puji Fatimah. Dia menatap dengan takjub.

Nayla merasa malu. "Ah, ini biasa aja. Kamu malah lebih bagus," bantahnya.

"Coba lihat ini, Kak." Dia menunjuk huruf yang dibuat oleh Nayla. "Terlihat seperti tiga dimensi."

"Kamu terlalu memuji, ini hanya permainan kuas aja." Nayla tersenyum.

Fatimah seakan teringat sesuatu. "Kak Winda mana?" tanyanya.

"Lah, kamu ga tahu?" Nayla mengerutkan dahi. "Bukannya para ustadzah tahu, ya?" tanya Nayla.

Wajah Fatimah yang mengerutkan dahi menandakan bahwa dia tidak tahu sama sekali.  Menghela napas, Nayla dengan senang hati memberitahu. "Winda dihukum selama 10 hari untuk nyari kayu bakar. Ngomel-ngomel tuh dari semalam." Dan Nayla tertawa. "Ustadz Rahmat ga salah ngasih hukuman, dia emang pantas nyari kayu bakar."

Fatimah heran. "Lho, kok kak Nayla bilang gitu?"

Nayla membuang napasnya. "Winda dari kecil sudah terbiasa kerja keras, kerja susah. Sejak belakangan ini aja dia jadi manja karena udah terkenal."

Fatimah mendengarkan.

"Coba lihat tangannya Winda, tidak seperti tangan kita." Nayla menunjukkan telapak tangannya yang halus. "Tangan Winda jauh lebih kasar dari pada ini. Dia terlalu banyak bekerja."

"Beruntung dia jadi artis sehingga punya banyak penghasilan. Dia bisa perawatan. Kalau aja engga ...."

"Lalu kenapa kamu mengatakan kalau Winda emang pantas mencari kayu bakar?" tanya Kayla tiba-tiba yang ada di belakangnya. Gadis itu ternyata dari tadi mendengar percakapan Nayla dan Fatimah.

"Dia suka, kak." Nayla mengulum senyum. "Dia suka mencari kayu bakar."

"Unik," komen Kayla.

"Winda memang unik." Nayla membenarkan.

"Kalau boleh tahu, gimana ceritanya kalian bisa bersahabat?" tanya Fatimah.

Nayla tersenyum tipis, mengingat kembali bagaimana awal mula dia dan Winda bisa berteman. Pertemuan yang unik dan mengesankan.


G

adis berlesung pipi itu berlari menuju mobil angkutan kayu bakar yang terparkir di depan gerbang hutan. Dia harus segera menyerahkan pekerjaannya pada bos-nya agar segera mendapatkan upah. Namun ia gagal, dia malah terjatuh karena tersandung. Menjatuhkan semua kayu bakar yang susah payah dikumpulkannya.

Bos itu menggelengkan kepala, mencebik kesal lalu berjalan kearahnya. Mengambil kayu bakar yang sudah berhasil didapatkannya.

"Siapa yang nyuruh kamu berlari, Winda? Saya tidak akan pergi," kata Burhan, bos kayu bakar tersebut.

Ku Lupakan Kamu dengan BismillahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang