3. Aku lah Orangnya

782 70 1
                                    

Ku Lupakan Kamu dengan Bismillah

A spiritual story by
Dwinda Darapati

.
.
.

Selamat Membaca

***

Kumandang azan isya bersenandung merdu di masjid Ar Rahman. Geri, dia adalah muadzinnya. Lelaki itu mengumandangkan azan bukan karena sebuah tugas yang dia emban, akan tetapi dilakukan dari hati, hingga merdu lah yang terdengar.

Para santri laki-laki atau perempuan bersegera masuk ke dalam masjid setelah berwudhu. Melaksanakan shalat sunnah qabliyah rawatib isya sembari menunggu iqamah.

"Win, kok orangnya pada shalat sendiri-sendiri, ya?" tanya Nayla heran.

"Iya juga, ya? Kan imamnya belum Iqamah." Winda menanggapi dengan menganggukkan kepalanya. Dia mengerutkan dahi seolah mengingat sesuatu namun susah sekali untuk mengingatnya.

"Fatimah!" panggil Nayla saat gadis muda itu berada di depannya.

"Iya, Kak?" Dan gadis itu langsung menoleh ketika dipanggil.

"Mereka shalat apa? Kok sendirian? Imam kan belum shalat?" tanya Nayla.

"Oh, itu namanya shalat sunah rawatib, Kak." Fatimah tersenyum.

"Buat apa?" tanya Winda.

"Banyak keutamaan dalam melaksanakan shalat sunah rawatib, Kak. Yang pertama; dijauhkan dari api neraka. Ada sebuah hadist yang riwayatkan oleh  At Tirmidzi dan Imam Ahmad, disebutkan bahwa mengerjakan sholat sunnah rawatib sebelum dan sesudah sholat dzuhur akan dihindarkan dari api neraka."

مَنْ حَافَظَ عَلَى أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ قَبْلَ الظُّهْرِ وَأَرْبَعٍ بَعْدَهَا حَرَّمَهُ اللَّهُ عَلَى النَّارِ

Artinya: "Barangsiapa yang mengerjakan dengan rutin empat rakaat sebelum dzuhur dan empat rakaat sesudahnya, maka Allah mengharamkan api neraka baginya," (HR. At Tirmidzi dan Ahmad).

Perasaan takjub dan kagum tampak dari wajah dua orang sahabat itu, pertanyaan dan jawaban yang disertai dengan hadist disampaikan oleh gadis muda seperti Fatimah. Sungguh luar biasa.

Terbesit di dalam pikiran Winda, bagaimana bisa Fatimah menghafal semuanya? Apakah dia juga mampu seperti Fatimah nantinya?

"Ooooo!" Winda dan Nayla mengangguk bersamaan. Lalu segera berdiri ketika iqaamah dari shaf di depan sudah terdengar. Mereka segera menyusun barisan yang rapi untuk menghadap pada Tuhan alam semesta.

Allahuakbar

Maka dengan kalimat Allah maha besar itu lah, mereka mulai melaksanakan ibadah kepada Allah.

***

Selesai berdoa setelah shalat, kain pembatas shaf antar shaf laki-laki dan perempuan disingkap, menampilkan sosok kepala Yayasan sekaligus sebagai ketua pelaksana acara pesantren kilat ini. Dia adalah Muhammad Rohid, lelaki paruh baya yang pernah menimba ilmu di negeri seribu menara.

Berceramah memberikan nasihat-nasihat ketaqwaan kepada Allah yang sudah menjadi jadwal rutin masjid itu.

"Hadirin yang dimuliakan oleh Allah, semua yang saya sampaikan tadi tujuannya tak lain adalah terutama untuk diri saya sendiri dan semoga apa yang saya sampaikan dapat bermanfaat bagi kita semua. Sebelum ditutup, apakah ada dari hadirin pertanyaan?" tanya Rohid mengarahkan matanya dari kiri ke kanan. Melihat apakah ada yang mengangkat tangan.

Ku Lupakan Kamu dengan BismillahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang