Ku Lupakan Kamu dengan Bismillah
By Dwinda Darapati
.
.
.
.Selamat Membaca 🥰💜
***
Nayla berteriak histeris ketika mendapat pesan dari Hamid. Dia segera berlari ke kamar Winda untuk menunjukkan kesan tersebut.
"Winda ... gue harus apa?!"
Winda yang baru saja selesai keramas melepas handuknya. "Apa?"
"Lihat!" Dia memberikan ponselnya pada Winda.
Besok, saya datang ke rumah kamu.
Bersama keluarga dengan niat baik.
Saya harap kamu menyiapkan beberapa sajian makan malam.Winda terkejut setelah membacanya. "I-ini ... ustadz Hamid, kan?" tanyanya. Dan Nayla mengangguk dengan cepat. "Ini khitbah, Nay! Lo bakalan di lamar sama ustadz Hamid!"
"S-serius, Lo?" tanya Nayla.
"Aelah, banyak tuh di Wattpad cerita begitu. Dan akhirnya cerita yang gue baca malah terjadi sama sahabat gue sendiri!" seru Winda senang.
"T-tapi Nay, sejak kapan Lo dekat sama ustadz Hamid? Bukan itu, kenapa ustadz Hamid bisa naksir sama Lo?" Winda bertanya-tanya sedang Nayla hanya mengangkat bahu tidak tahu.
"Nay ... Lo harus tampil rapi, Lo harus cantik." Winda menarik Nayla ke meja riasnya. "Lo harus gue salonin malam ini juga!"
Winda kembali membungkus rambutnya dengan handuk, lalu mulai memasang toner di wajah Nayla.
"Lihat, Lo terlalu mikirin gue sampai ga ngurus wajah sendiri. Untungnya ustadz Hamid ga mandang fisik." Winda tertawa sembari memakaikan skincare.
"Beruntung kalau kita menikah dengan laki-laki yang paham agama, Nay. Dia ga mandang fisik, dan dia pasti akan nerima kita apa adanya."
"Lo beruntung, Nay!"
Nayla menutup wajahnya malu-malu. "Kira-kira besok gue jawab apa, ya?"
Winda menoyor kepala gadis itu. "Yakin di hati elo. Kalau Lo suka terima, kalau engga tolak. Jangan permainin hati ustadz Hamid!"
"Bye the way Lo keren juga, ya. Sat set sat set jadi."
***
Tamu dari desa Jeruk sudah datang, Sherly ibunya Nayla segera menyambut kedatangan tamu dan mempersilahkan mereka duduk. Hamid datang bersama kedua orang tuanya begitu juga dengan orang tua Nayla yang sudah menunggu di ruang tamu.
Winda membantu mengantarkan minuman ke meja, dia mempersilakan para tamu untuk mencicipi makanan.
"Nak Hamid kerja dimana?" tanya Ahmad, ayah Nayla.
"Saya mengajar di pesantren, Pak. Disana khusus mereka yang sudah lulus sekolah yang ingin menambah ilmu." Hamid menjawab dengan tenang. "Tapi juga ada yang tingkat sekolah menengah pertama."
"Disana kenal sama Nayla?" tanya Sherly.
"Iya, Bu. Saya sering memarahi Nayla karena sering bicara kasar," jawabnya.
"Bagus begitu. Anak itu memang suka ngomong asal-asalan. Mulutnya ga di filter," komentar Ahmad.
"Maksud kedatangan saya kesini bersama orang tua adalah ingin mengkhitbah Nayla. Saya mengagumi Nayla semenjak di pesantren. Saya rasa itu hanya kagum sebagai teman, tapi Nayla selalu terpikir oleh saya." Hamid menjelaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ku Lupakan Kamu dengan Bismillah
Romance"Aku mencintaimu karena Allah, maka dengan nama Allah juga aku melupakanmu." Tentang cinta yang membara, juga tentang rasa yang bungkam. Tentang sebuah perjuangan, juga tentang ketidakpedulian. Dan juga tentang sebuah keikhlasan dengan melupakan. ©D...