21. Nasihat Ayah Ibu

518 57 0
                                    

Ku Lupakan Kamu dengan Bismillah

Oleh

Dwinda Darapati

.
.
.
.

Selamat Membaca 🥰

***

Rahmat akhirnya sampai di rumahnya setelah mengendarai cukup lama. Dia memutuskan untuk pulang ke rumahnya beberapa waktu untuk menenangkan diri. Karena Rahmat tahu, disaat seperti ini yang dia butuhkan hanya sang ibu, Layla.

"Assalamualaikum ..." Dia mengetuk pintu.

Suara tergesa dari dalam rumah terdengar, pasti ibunya sedang bergegas membukakan pintu.

"Waalaikumussalam ... anak ibu..." Layla segera memeluk Rahmat. Dia mengajak masuk ke dalam.

"Tumben anak ibu pulang, ada masalah?" tanya Layla. "Biasanya betah banget di pondok."

Rahmat hanya tersenyum. "Ayah mana, Bu?" tanyanya karena tak melihat sosok ayah.

"Ada di belakang, lagi masak ikan."

"Lah, kok ayah yang masak?" Rahmat bertanya-tanya.

"Ibu abis masak kue kemarin, tapi lihat ..." Dia menunjukkan tangannya. "Kebakar oven," jelasnya.

"Astaghfirullah ibu..." Rahmat geleng kepala dibuatnya. "Aku ke kamar dulu, ya, Bu," pamitnya.

Di dalam kamar, Rahmat merebahkan tubuhnya. Dia menatap langit-langit kamar yang bewarna putih. Seharusnya hari ini Rahmat masih di pondok untuk melepas kepergian Winda, namun dia memilih untuk pergi karena Rahmat yakin jika saja Winda melihat dirinya, gadis itu akan berulah.

Dia memejamkan mata. Tubuhnya lelah begitu juga dengan pikirannya.

Elusan di kepalanya membuat Rahmat bangun, ternyata sang ibu tengah membangunkannya. "Udah hampir ashar, kamu masih mau tidur?"

"Iya, Bu." Rahmat bangkit, dia duduk bersandar di kepala ranjang. Rasanya baru saja hendak tidur, namun ternyata sudah sore saja.

Layla memperhatikan wajah putranya, tampak tirus dan ada lingkar hitam di bawah matanya.

"Apa di pondok sedang sibuk?" tanya Layla. "Kamu keliatan kelelahan."

"Engga ... aku cuma ..." Rahmat menoleh saat Layla meraih tangannya.

"Asy Syauqi Rahmat. Kerinduan yang dirahmati. Kamu tahu kenapa ibu dan ayah memberi kamu nama itu? Karena kamu adalah anak yang kami tunggu-tunggu, yang kami rindukan. Kamu lahir saat hujan datang pertama kali setelah hampir satu bulan musim kemarau. Hujan yang penuh rahmat, begitu juga dengan kelahiran kamu yang dirahmati." Layla mulai bercerita.

"Kamu anak satu-satunya, ibu paling paham sama kamu. Apa kamu pikir setelah berjauhan dengan ibu berbulan-bulan membuat ibu lupa dengan keanehan pada anak ibu?" tanya Layla.

"Kamu ada masalah? Cerita! Sama siapa lagi kamu akan cerita?" tanya Layla.

Rahmat meragu, namun tatapan sayu dari ibunya meyakinkan dirinya.

"Aku bertemu lagi dengan anak Bu Nurmala," kata Rahmat.

Jantung Layla berdegup kencang. "Lalu?"

Napas Rahmat terdengar sesak, jantungnya berdegup dengan kencang. "Dia mengenal aku, dia mencintai aku, Bu." Rahmat terisak. "Tapi Aku tersiksa."

Ku Lupakan Kamu dengan BismillahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang